KATEKESE

HARI MINGGU SEBAGAI HARI TUHAN

Loading

Dalam perayaan Ekaristi pada Hari Tuhan, kita menegaskan bahwa kita adalah milik Tuhan. Hari itu adalah milik Tuhan. Ekaristi hari Minggu menerangi seluruh hari dan kehidupan umat Kristen. Kita pulang dari perayaan Ekaristi dengan hidup baru, siap untuk memberi kesaksian tentang kasih Allah bagi semua, untuk mendamaikan kita dengan semua. Ekaristi adalah “paru-paru rohani” kita yang membuat kita merasa bahwa kita hanya milik Tuhan. Hari Minggu, “hari ketiga”, tanpa Ekaristi adalah hari hampa, hari tanpa makna.

Hari Kedelapan

Bapa-bapa Gereja (teolog dan bapa rohani yang hidup hingga abad kedelapan) menyebut hari Minggu “hari kedelapan”. Mereka menghitung hari Minggu sebagai hari pertama, kemudian enam hari dalam seminggu, dan menambahkan hari Minggu lagi, sehingga hari itu menjadi hari kedelapan dalam seminggu. Kita tahu bahwa hanya ada tujuh hari dalam seminggu, bukan delapan, tetapi mereka menghitung hari Minggu dua kali (pada awal dan akhir minggu) untuk mengatakan bahwa hari Minggu, sebagai hari kedelapan, melampaui sistem alamiah alam semesta dan kehidupan alamiah manusia.

Itu mengingatkan kita bahwa kita telah diciptakan untuk selama-lamanya, untuk hidup selamanya. “Sebagai ‘hari kedelapan’ sesudah hari Sabat, ia menunjuk kepada ciptaan baru yang datang dengan kebangkitan Yesus Kristus, ia telah menjadi hari segala hari, pesta segala pesta, ‘hari Tuhan’, ‘hari Minggu’” KGK no. 2174).

Baca juga  Berkata-kata Dalam Bahasa Lain (Bahasa Dari Roh Kudus ?)

Pada hari Minggu kita merayakan Sang Matahari yang tidak pernah terbenam yakni Yesus Kristus. Hari ini membawa kita ke masa depan dan mengajak kita untuk melihat ke depan, ketika kita pasti akan bersama Tuhan. Paus Yohanes Paulus II menulis dalam Surat Apostolik Dies Domini (Hari Tuhan) bahwa hari kedelapan adalah gambaran keabadian. Pada waktu itu tidak akan ada hari atau minggu, tetapi hanya satu hari, tanpa akhir. Kita dipanggil untuk berlari menempuh jalan baru, untuk menyelesaikan “eksodus” baru menuju pertemuan kita dengan Tuhan, dalam persekutuan penuh dan definitif dengan-Nya.

Tantangan ini memberi kesan kepada kita untuk meninggalkan kenyamanan kita dan mendorong kita untuk melibatkan diri dalam kehidupan baru di mana keadilan dan kedamaian berkuasa di dalam kita. Oleh karena itu, hari kedelapan adalah panggilan untuk waspada sehingga kita menunggu “Hari Tuhan” bukan dalam ketakutan tetapi dalam sukacita, dengan harapan dan dalam ketekunan iman.

Hari Minggu bukanlah sekedar ingatan dari suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu, atau tanda kosong, tetapi realitas masa depan di mana kita hidup di sini belum sepenuhnya tetapi akan hidup secara total setelah kematian kita. Hari kedelapan adalah waktu baru yang dimulai dengan kebangkitan.

Bermula dari simbol hari kedelapan ini, banyak baptisteri (tempat di mana sakramen Pembaptisan dilayankan) dibangun dengan bentuk octagonal (bersisi delapan), untuk menandakan bahwa pembaptisan adalah kelahiran di zaman baru yang telah diungkapkan oleh kebangkitan. Hari Minggu adalah hari raya kebangkitan orang-orang Kristen yang berulang setiap minggu.

Baca juga  IMAN DAN BERIMAN

Pada hari Minggu kita dipanggil untuk merayakannya sebagai hari pertama (permulaan ciptaan baru), sebagai hari ketiga (hari kebangkitan Yesus Kristus), dan sebagai hari kedelapan (hari tanpa malam karena Allah akan menjadi terangnya selamanya). “Dalam merayakan hari Minggu, baik hari “pertama” maupun hari “kedelapan” umat Kristiani diarahkan kepada tujuan yakni hidup abadi.” “Mereka (murid-murid Yesus) akan melihat wajah-Nya, dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.

Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya” (Wahyu 22:4-5). Dengan demikian, Dies Domini atau the Lord’s Day menjadi Dies Christi, the Christ’s Day (hari Kristus).

 

Facebook Comments

Ananta Bangun

Pegawai Komisi Komsos KAM | Sering menulis di blog pribadi anantabangun.wordpress.com

Leave a Reply