KATEKESEREFLEKSI

TEGAR MENGHADAPI PENGANIAYAAN

Loading

RP. Frans Sihol Situmorang OFMCap, Dosen STFT Pematangsiantar

21 Juni 2020

Hari Minggu Biasa XII

 

Yer 20:10-13; Rom 5:12-15; Mat 10:26-33

Janganlah kamu takut!

Setelah mengikuti Yesus, para murid diutus bersaksi tentang apa yang mereka lihat dan alami. Warta yang mereka bawa berisi penyadaran untuk menyingkapkan hal-hal yang selama ini tersembunyi. Kesaksian para murid itu belum tentu diterima. Yesus mengingatkan mereka akan tantangan yang akan mereka hadapi, seperti penolakan, penderitaan bahkan kematian.

Sampai tiga kali Yesus meneguhkan para murid-Nya agar jangan takut. Musuh hanya bisa membunuh tubuh, tapi tidak berkuasa membunuh jiwa. Perhatian Allah kepada manusia melampaui perhatian kepada burung pipit yang sangat murah, tapi dipelihara oleh Allah. Para murid tidak perlu takut, sebab Allah akan menjaga mereka.

Di antara para nabi Yeremia menempati posisi khusus selaku nabi yang dianiaya karena tetap setia pada panggilannya. Tugas untuk mencabut dan merobohkan, membinasakan dan meruntuhkan, membangun dan menanam, membuatnya mengeluh. Tugas itu bukan saja mengakibatkan tekanan fisik, tetapi terutama siksaan batin. Yeremia sampai mengutuki hari kelahirannya. Dalam pergulatan itu, Yeremia tetap percaya, “Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah.” Dia tidak lupa berdoa agar Allah membebaskannya. Dalam hidup nabi Yeremia, tampak hubungan erat antara penganiayaan dan tugas kenabian. Para nabi menderita perlakuan buruk karena mereka setia melakukan kehendak Allah. Tak sedikit pun mereka goyah oleh banyaknya penderitaan lahir dan batin.

Baca juga  MENERIMA MAHKOTA KEHIDUPAN

Seeokor tikus tampak amat ketakutan melihat seekor kucing. Ia pergi kepada tukang sihir untuk menyulapnya menjadi kucing. Setelah menjadi kucing, tikus itu kembali lagi dicekam rasa takut karena melihat anjing. Ia segera kembali kepada tukang sihir dan meminta mengubahnya menjadi anjing. Setelah menjadi anjing, lagi-lagi ia takut saat bertemu dengan macan dan minta kepada tukang sihir untuk mengubahnya menjadi macan. Ketika datang lagi dengan keluhan bertemu dengan pemburu, tukang sihir menolak membantu, “Akan saya ubah kamu jadi tikus lagi, sebab sekalipun badanmu seperti macan, tapi nyalimu tetap nyali tikus.”

Dalam pengajaran Yesus, penganiayaan dijadikan sumber kebahagiaan, “Berbahagialah kamu jikalau kamu dianiaya” (Mat 5:11). Penganiyaan itu tidak bisa dihindarkan, “Seorang hamba tidak lebih besar dari tuannya. Jika mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu.” Mau hidup sesuai dengan jalan Tuhan berarti bersiap menghadapi kesulitan yang dari waktu ke waktu mendapat bentuk baru dan makin berat.

Sejarah mencatat keberanian orang kristen menghadapi penganiyaan. Para rasul bangga saat meninggalkan sidang mahkamah agama, karena telah dianggap layak menderita penghinaan karena Nama Yesus (Kis 5:41). Rasul Paulus berkata, “Dalam segala penderitaan kami, aku sangat terhibur dan sukacitaku melimpah-limpah” (2Kor 7:4). Penderitaan adalah sisi integral dari hidup murid Kristus. Mereka makin menjadi matang mengikuti Kristus, sebab dengan penderitaan itu iman mereka dimurnikan.

Baca juga  RESIKO TANGGUNG JAWAB || Hari Minggu Biasa XXXIII

Hidup kita adalah kesaksian. Itu kita lakukan bukan dengan berteriak di jalan, tetapi dengan meringankan penderitaan orang lain dan setia menjalani panggilan. Tidak ada kesaksian tanpa pengorbanan (waktu, tenaga, pikiran). Kesetiaan mengakui Tuhan adalah jaminan bahwa Yesus akan mengakui kita di hadapan Bapa. Inilah inti kebahagiaan yang dapat dicita-citakan oleh umat beriman, yakni ikut serta dalam kesatuan dengan Allah. Amin.

Facebook Comments

Rina Barus

Menikmati Hidup!!!

Leave a Reply