HARTA DAN KEDATANGAN ANAK MANUSIA
Kotbah Minggu, RP Frans Situmorang OFMCap
Keb 18:3.6-9; Ibr 11:1-2.8-19; Luk 12:32-48/ Hari Minggu Biasa XIX
Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua
Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus meneguhkan murid-murid-Nya supaya tidak takut, sebab Allah telah berkenan memberikan Kerajaan Allah kepada mereka. Karena telah diberi Kerajaan Allah, para murid tidak perlu kuatir akan materi. Mereka diminta memiliki sikap yang baru terhadap harta dunia ini. Mereka tidak boleh menimbun harta kekayaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri, tetapi membagikannya dengan orang miskin.
Para murid diminta membuat pundi-pundi yang tak dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak akan habis, yang tidak dapat dicuri dan tidak dapat dirusak ngengat sehingga tidak akan pernah hilang. Hal ini berbeda dengan harta kekayaan yang disimpan di dunia ini. Karena bisa saja dicuri dan dirusak oleh ngengat, pemiliknya cemas dan kuatir, sebab di mana harta seseorang berada, di situ juga perasaan, pikiran, perhatian dan minatnya.
Jika harta surgawi yang dicari, perasaan, pikiran, perhatian dan minat seseorang diarahkan kepada Tuhan dan kehendak-Nya. Sebaliknya dengan orang yang mencari dan menimbun harta duniwi, hati dan pikirannya jauh dari Tuhan dan ia tidak bebas dari ketakutan dan kecemasan serta tidak akan mendapatkan jaminan Kerajaan Surga.
Yesus berharap agar para murid-Nya siap siaga menghadapi pengadilan yang akan datang. Kesiagaan itu dilukiskan dalam perintah agar pinggang mereka tetap terikat, sebagai suatu tanda dan sikap pelayanan. Kesiagaan itu juga ditampakkan dengan perintah agar pelita tetap menyala supaya dapat memberi terang. Hamba tidak tahu kapan tuannya pulang dari pesta. Tuan itu akan merasa senang apabila hambanya dapat menyambut kedatangannya dengan pelita yang bernyala, karena pada waktu itu belum ada penerangan.
Kiasan mengenai hamba yang menunggu kedatangan tuannya pulang dari pesta perkawinan dipakai Yesus untuk melukiskan sikap yang harua dimiliki oleh para murid dalam menantikan kedatangan-Nya yang kedua. Perlunya sikap siap sedia makin penting karena waktu kedatangan Tuhan tak bisa dipastikan. Ketidakpastin itu dilukiskan dengan memakai gambaran kedatangan seorang pencuri di waktu malam. Para murid diharapkan agar senantiasa seperti hamba yang selalu berjaga-jaga dengan sukacita.
Kala dipanggil, para murid meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus. Namun, ada juga orang yang menjadi sedih hati ketika diperintahkan menjual dan membagikan miliknya kepada orang miskin. Yesus berharap para murid-Nya tidak kuatir akan kekayaan dunia ini. Mereka diharapkan memiliki semangat berbagi dengan orang miskin. Dan sebagai ganjarannya, mereka akan memperoleh harta di surga yang tidak akan habis, tidak dapat dicuri dan tidak dapat dirusakkan orang. Lebih dari itu hati mereka akan bebas dari segala kecemasan dan ketakutan. Para murid diharapkan selalu waspada menantikan dan menyambut Sang Hakim Agung pada akhir zaman dengan penuh sukacita dan berbuat kebaikan. Amin.