KATEKESE

HARI MINGGU SEBAGAI HARI TUHAN

Loading

Hari Ketiga

Di samping hari Minggu sebagai hari pertama, terdapat juga sebutan lain dalam 1 Korintus 15:4 “bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.” Pernyataan ini terangkai juga dalam Pengakuan Iman Nikea-Konstantinopel “Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.”

Tradisi paling kuno mempertahankan penyebutan “hari ketiga” ini dan dengan itu mempertahankan peringatan akan kubur kosong dan penampakan pertama Tuhan yang bangkit. Mengapa ada spesifikasi “menurut Kitab Suci” ini? Apakah itu perlu? Mengapa tidak cukup mengatakan “Pada hari ketiga Ia bangkit”? Gereja perdana mengingat bahwa hari ketiga adalah hari yang diwartakan oleh Kitab Suci, pun dalam Perjanjian Lama, tentang peristiwa mendasar dalam sejarah dunia.

Atau lebih baik lagi, bukan tentang sejarah dunia tetapi tentang pembebasan sejarah dunia, peralihan dari pembunuhan dan kematian ke awal kehidupan baru. Dalam uraian perihal perjanjian di gunung Sinai dalam Perjanjian Lama, hari ketiga selalu merupakan hari di mana Tuhan memanifestasikan diri. Dalam Keluaran 19:11 ditulis, “Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di gunung Sinai. 

Jadi, penyebutan “hari ketiga” berarti bahwa kebangkitan Yesus adalah perjanjian definitif yakni entri Allah yang nyata dan definitif dalam sejarah; Ia menjadi Allah yang dapat didengar, dilihat, disentuh dan dipeluk. Kebangkitan berarti bahwa Tuhan berkuasa atas sejarah, Dia tidak meninggalkan dunia. Tuhan membuat diri-Nya hadir untuk dunia. “Hari ketiga” adalah tanda bahwa Tuhan ada di sana, kematian bukanlah langkah terakhir perjalanan hidup kita, sebab kematian telah dihancurkan. Dalam Prefasi Arwah ditulis:

Baca juga  IMAN DAN BERIMAN

Sebab Dialah yang telah menumbuhkan harapan kokoh akan kebangkitan mulia; sehingga kami yang sering takut akan maut yang tak terelakkan itu sungguh-sungguh dihibur oleh hidup abadi yang telah dijanjikan kepada kami. Oleh karena itu, sebagai umat beriman kami yakin bahwa hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan; bahwa suatu kediaman abadi tersedia bagi kami di surga bila pengembaraan kami di dunia ini berakhir.

Di sini perlu dimengerti arti resurrection dan resuscitation. Resurrection adalah kebangkitan dari kematian untuk hidup abadi, sedangkan resuscitation adalah kebangkitan dari kematian yang masih disusul oleh kematian. Kebangkitan (resurrection) Kristus dari kematian adalah kebangkitan untuk hidup selamanya; sedangkan kebangkitan (resuscitation) Lazarus adalah kebangkitan dari kematian di mana ia akan mati lagi. Lazarus yang dihidupkan kembali oleh Yesus adalah salah satu contoh resuscitation yakni Lazarus yang dihidupkan kembali akan mati lagi.

Kebangkitan bukanlah suatu peristiwa di antara peristiwa-peristiwa lainnya, sesuatu yang datang dan pergi. Kebangkitan adalah awal dari status baru, kehidupan baru yang tidak akan pernah berakhir. Tuhan yang bangkit memberikan dirinya dalam Ekaristi. Hari ketiga setelah kematian Yesus adalah hari pertama dalam minggu, hari penciptaan di mana Tuhan berkata dalam Kejadian 1:3), “Jadilah terang, dan terang itu jadi” Bagi Gereja perdana, hari Minggu tanpa Ekaristi adalah sesuatu yang absurd.

Facebook Comments

Ananta Bangun

Pegawai Komisi Komsos KAM | Sering menulis di blog pribadi anantabangun.wordpress.com

Leave a Reply