Paguyuban Fransiskus Xaverius Rayakan Paskah dengan Misa Inkulturasi
Komsoskam.com | Medan | Paguyuban Fransiskus Xaverius Keuskupan Agung Medan menyelenggarakan paskah dengan rangkaian misa berbahasa Jawa, Sabtu, 13 April 2024 di Gereja Katolik St. Paulus Pasar Merah Medan.
Misa dipimpin oleh Romo Willy O. Carm didampingi Romo Eka Bhakti Sutapa dan Romo Pascalis Tuarno, O.Carm. Dalam perayaan ini seluruh lagu diambil dari Kidung Adi, dan semua bacaan doa serta kotbah menggunakan bahasa jawa.
Umat yang mengikuti misa dan ramah tamah merasa sangat bangga dan bahagia bisa menikmati, mengenang, dan mempraktikkan suasana doa seperti di kampung orang tua di Jawa. Hal ini mengingat anggota Paguyuban Fransiskus Xavarius KAM yang kini berusua 58 tahun sebagian besar datang dari Pulau Jawa. Meskipun saat ini sejumlah anggotanya terdapat dari suku Toba, Karo, Nias dan Tionghoa serta yang lain.
Dalam homilinya Romo Eka Bhakti Sutapa mengingatkan bahwa dengan Paskah, kita diharapkan bangkit bersama Kristus menjadi rasul Kristus di tengah masyarakat seperti teladan Santo Fransiskus Xaverius. “Teladan yang utama yaitu mencintai Tuhan dengan segenap hati dan mencintai sesama seperti mrncintai dirinya sendiri” katanya.
Perarakan didahului dengan tarian jawa, demikian juga tarian pengawal saat perarakan persembahan. Hal unik lainnya, saat umat mempersembahkan sembako, telur Paskah, dan sejumlah makanan tradisional dari Jawa, misalnya, ingkung, wajik, apem, jadah, klepon dan yang lain. Kekhasan lainnnya dimana umat mengenakan pakaian khas jawa. Ibu-ibu mengenakan kebaya bersanggul dan bapak-bapak mengenakan surjan, beskab dan blangkon.
Setelah misa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah yang dilaksanakan di aula paroki dengan makan bersama dan hiburan. Dalam acara seharian itu tampak wajah hadirin bersuka cita ( suko parisuko) merayakan Paskah sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun Paguyuban Fransiskus Xaverius KAM yang ke-58.
Romo Willy O. Carm selaku pendamping menyampaikan bahwa sebagai orang beriman Katolik juga perlu “nguri-uri kabudayan” (melestarikan kebudayaan) yang luhur dan baik yang berasal dari nenek moyang kita. Para sesepuh dan penasehat menyampaikan bahwa baru kali ini di Medan ada misa berbahasa jawa secara utuh dan lengkap dari awal hingga akhir.
Kegiatan ini dapat berjalan dengan baik berkat kolaborasi banyak pihak, didukung oleh panitia handal yang di ketuai oleh Yustinus Sukisno.
Francois Yosep Suraji, SE