REFLEKSI

Cara Berhenti Tingkah Laku Menggerutu

Loading

Jika ada yang bertanya kapan terakhir kali aku bersungut-sungut dan menggerutu? Maka dengan mudah aku akan menjawabnya. Terakhir kali aku menggerutu tentang anggota keluargaku sendiri. Dan hal ini sangat sering aku lakukan. Lebih tepatnya, aku merasakan saat aku melewati masa-masa sulit, empati dari keluarga itu seharusnya bisa aku rasakan. Namun justru sebaliknya dimana masa-masa sulit aku tidak merasakan kehadiran keluarga.

Tetapi yang terjadi, semakin aku menggerutu, semakin aku merasa tidak bahagia, semakin aku merasa tidak bahagia, semakin banyak aku menggerutu. Bahkan aku semakin rajin mengeluh tentang segala hal, bukan hanya tentang anggota keluargaku, tetapi semua hal. Yang aku rasakan aku semakin memiliki sifat negatif. Akhirnya aku menambah sisi buruk dalam kehidupanku. Si tukang mengeluh dan pemarah.

Aku sadar, itu bukanlah hidup dan sikap yang Tuhan inginkan untuk aku jalani. Melalui surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, Tuhan mendorong kita untuk berperilaku yang layak bagi Injil Kristus ( Filipi 1:27). Kesetiaan kita harus kita tunjukkan kepada Tuhan dengan cara yang taat tanpa mengeluh dan tanpa membantah.

Hari ini, aku juga tercenung membaca Filipi 2 : 14 yang demikian isinya, “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.” Ketika aku membaca ayat-ayat ini, aku teringat bagaimana aku membenarkan diriku untuk bersikap kecewa terhadap anggota keluargaku. Kecewa karena aku merasa mereka menihilkan apa yang telah aku perjuangkan kepada mereka. Dan Aku membandingkan diriku dengan orang Israel dulu menggerutu dan mempertanyakan pemimpin mereka saat berada di tengah padang gurun. Sikap orang-orang Israel yang sering mengeluh dan mempertanyakan Tuhan akan situasi mereka merupakan suatu bentuk ketidaktaatan. Sama hal dengan diriku.

Baca juga  Mengandalkan Doa Selama Covid-19

Sikap menggerutu bukan hanya sikap yang tidak disukai oleh Tuhan, tetapi ini menjadi cerminan diri sendiri. Orang akan menilai kita lewat apa yang kita ucapkan. Semakin sering menggerutu, maka kita bersaksi bahwa diri kita memiliki sikap yang buruk.

Tapi pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa menemukan kekuatan untuk melakukan semuadan memberi dengan ikhlas tanpa mengeluh?

Filipi 2 : 16 berkata demikian,” sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.” Jadi, dengan berpegang kepada firman Tuhan, Tuhan akan memungkinkan dan melengkapi kita untuk melakukan  kehendak-Nya melalui Roh Kudus . Dan intinya semua yang kita lakukan bukan untuk memegahkan kita, tetapi semua untuk Tuhan.

Tidaklah mudah untuk menghentikan diri kita sendiri dari mengeluh tentang hal-hal yang tidak kita sukai. Bagiku, masih sulit sekali untuk mengendalikan ucapanku ketika aku mengalami kekecewaan terhadap keluargaku. Tapi ketika aku mengingat identitasku dalam Kristus, maka aku sedang belajar untuk mengendalikan kata-kataku setiap hari. Berdoa salah satu rem untuk mengeluarkan perkataan buruk. Saat berdoa dan merenung,  kita dapat menghindar dari tingkah laku menggerutu dan mengeluh.

Eva Susanti Barus

Facebook Comments

Ananta Bangun

Pegawai Komisi Komsos KAM | Sering menulis di blog pribadi anantabangun.wordpress.com

Leave a Reply