REFLEKSI

Bersukacitalah, bersukacitalah

Loading

Kehidupan yang sulit cenderung membuat kita mengeluh. Sehingga kita terperangkap dalam kondisi terpuruk dan tidak berdaya.

Seorang penjual tape langgana suami saya pernah membuat saya terkesima dan malu. Saat itu saya merenung saat di bonceng suami. Badan yang letih membuat saya cemberut dan merasa hidup saya begitu membosankan. Saat di perjalanan, kamipun berpapasan dengan si Bapak penjual tape itu. Dia menyapa suami saya dengan senyum yang sangat sumringah, dan kami segera berhenti untuk membeli tape jualannya. Senyuman dan sapaannya seketika menyejukkan hati saya. Saya tersentak malu didalam hati, mengingat saya baru saja menggerutu di dalam hati. Apa yang membuat saya terkesima dan malu terhadap Bapak itu? Itu karena dia yang tanpa tangan, bisa semangat berjualan, tetap tersenyum ramah kepada semua orang. Dan semua orang menyapanya dengan senyuman. Sedangkan saya yang diciptakan normal, masih sempat menggerutu dan lupa bersukacita. Sehingga yang melihat saya juga merengut.

Dalam bacaan Filipi 4:4 Paulus berkata kepada jemaat di Filipi, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Paulus tidak meminta jemaat di Filipi untuk bersukacita sewaktu-waktu. Tetapi, Ia menasihati mereka untuk bersukacita senantiasa. Meski respon tidak sesuai dengan apa yang di inginkan jemaat Filipi saat itu.

Selama melewati musim kesedihan , kita harus sadar, bahwa itu adalah saat kita  diingatkan bahwa dengan menjadi pengikut Kristus bukan berarti jalan selalu lurus dan rata. Kesulitan akan tetap ada. Rasa sakit akan tetap dialami. Akan tiba saat di mana kita merasa kewalahan, dan menyerah nampaknya menjadi satu-satunya jalan keluar.

Baca juga  Dahaga Tepuk Tangan

Tetapi, kita harus tahu, bahwa firman Allah  mendorong kita untuk tetap menemukan sukacita besar di tengah kesukaran ketika kita berpengharapan di dalam Ia yang sanggup meredakan badai dan angin ribut kehidupan. Percayalah kepada Tuhan, dan pada waktu-Nya, Ia akan mengubah tangisan menjadi tarian dan kedukaan menjadi kesukaan. Jangan biarkan dirimu ditenggelamkan ombak, belajarlah untuk berselancar di atasnya sampai ke pesisir. Atau jangan takut basah karena hujan masalah, kamu harus mencoba menari di tengah derasnya hujan. Bersukacitalah di dalam Tuhan senantiasa. Sekali lagi kukatakan, bersukacitalah.

 

(Eva Susanti Barus)

Facebook Comments

Ananta Bangun

Pegawai Komisi Komsos KAM | Sering menulis di blog pribadi anantabangun.wordpress.com

Leave a Reply