Resensi Buku | Lady In Waiting
Buku Lady In Waiting dikenalkan oleh sahabat saya bernama Melfa Ambarita. Saat itu, saya belum menikah dan sedang belajar move on dari patah hati karena gagalnya rencana pernikahan saya. Pertama kali membaca judul buku ini , yang terbersit di dalam pikiranku adalah bahwa buku ini adalah panduang menemukan pria yang tepat, cara menarik pria agar menyukai perempuan. Bahkan ada teman yang respon pertamanya melihat judul buku tersebut bahwa dia mengira itu hanya untuk wanita lajang saja. Ternyata setelah membacanya, semua yang kami pikirkan salah. Lady In Waiting yang ditulis oleh Jackie Kendall & Debbie Jones ini bukanlah tentang bagaimana menemukan pria yang tepat, namun tentang bagaimana menjadi wanita yang tepat bagi Mempelai Pria Surgawi kita yang sesungguhnya, yaitu Allah pencipta alam semseta..
Di Indonesia pada umumnya, wanita menjadi pihak yang menunggu pinangan. Dan didalam buku Lady in Waiting menuturkan apa yang perlu dilakukan oleh seorang wanita sembari menanti. Tokoh Rut menjadi acuan untuk menjadi wanita yang tepat dalam penantian. Kualitas seorang wanita dalam penantian yang dimaksud adalah wanita yang sepenuhnya mencerminkan gambaran Allah. Wanita yang sepenuhnya puas akan keberadaan dirinya, wanita yang berintegritas, wanita yang hidupnya di isi dengan pelayanan kepada Allah.
Buku Lady In Waiting meruntuhkan tentang asumsi bahwa pernikahan dapat menyempurnakan/ mengutuhkan hidup wanita. Karena banyak wanita yang sudah menikah masih merasa sendiri, merasa tidak memiliki suami yang baik, atau bahkan banyak wanita yang setelah menikah bercerai. Maka, buku tersebut menjelaskan, bahwa keutuhan kita hanya di dalam Dia yang telah menyempurnakan segalanya. Bukan ada di tangan suami.
Buku ini mengajarkan kita bahwa menikah tidak boleh karena faktor alasan usiasudah tua, atau tekanan dari keluarga. Karena menikah harus benar-benar siap lahir dan batin, dimana cara menilai kita sudah siap atau tidak, kita harus bahagia dengan keberadaan kita. Jika dalam kesendirian kitapun kita sudah bahagia, maka kita kelak akan bisa bahagia berbagi hidup dengan pasangan kita, meskin dalam suka atau duka. Syukuri waktu penantian dengan memanfaatkan sebanyak mungkin untuk bergaul dengan Allah. Karena ketika sudah menikah, tidak dapat dipungkiri bahwa waktu kita bukan lagi sepenuhnya milik kita sendiri. Sudah banyak yang meminta waktu kita. Pasangan, anak, sanak saudara, kerabat, dll. Semua harus kita beri waktu kita, sehingga 24 jam rasanya begitu cepat berlalu. . Jika ketika masih sendiri perbanyaklah waktu untuk Tuhan, karena jika saat sendiri saja waktu untuk Tuhan tikda ada, apalagi setelah berkeluarga.
Jadi, di akhir artikel ini, saya mengatakan bahwa saya bersyukur sebelum menikah, saya sudah membaca buku ini. Karena banyak sekali manfaatnya. Pengajaran dalam buku Lady in Waiting menjadikanku berpegang teguh dalam suka suka kehidupan pernikahan saya. Sebab, buku Lady in waiting menjadikan Alkitab sebagai referensi topiknya. So, semua sesuai perintah Allah.
(Eva Susanti Barus)