NEWS

Bangga dan Merasa Terharu Bisa Lebih Dekat Paus Fransiskus

Komsoskam.com | Medan | Dalam Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024 lalu sejumlah media peliput diberi akses lebih dekat dengan Paus Fransiskus. Tentu mereka punya pengalaman yang sungguh menarik untuk dibagikan. Satu diantaranya adalah Anne Griselda Manullang yang berasal dari Medan. Seperti apa pengalamannya simak penuturan Anne  berikut ini.

Anne Griselda Manullang di Gereja Katedral Jakarta berfoto pada maskot Garuda Pancasila, lambang NKRI dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

“Tuhan itu suka memberi surprise. Yang jauh melebihi batas ekspektasi kita, jauh dari yang kita     rencanakan juga. Kesempatan ini bukan soal euphoria, bukan soal gengsi dan ikut-ikutan, bukan soal kecukupan ekonomi, bukan soal siapa tercepat juga, apalagi soal previlage. Awalnya hanya modal ‘nekad’ karena dorongan kerinduan mendalam yang sudah ‘ter-chip’ menjadi ajaran iman dari orang tua saya, bahwa Paus adalah orang suci pilihan Tuhan yang melalui doa dan berkatnya, doa kita pun akan sampai kepada Bapa di surga. Kerinduan itu melebur sebagai niat kuat untuk bisa hadir mengikuti Misa bersama Bapa Paus di GBK, menerima berkat dan peneguhan. Yah, hanya ingin fokus untuk ibadah. Duduk manis, khusyuk mendengarkan Tuhan bersabda melalui Bapa Paus.

Tak sedikitpun terbesit niat untuk menjadi bagian dari tim media. Memang sempat terpikir bagaimana caranya agar bisa bertemu langsung, berjabat tangan, bertatap wajah dan berbicara langsung mohon diberkati, namun karena merasa itu adalah hal mustahil dan sulit, maka pikiran itupun terbenamkan. Sampai suatu ketika seorang teman men-share informasi via whatsapp grup tentang adanya perekrutan tim media kunjungan Apostolik Bapa Paus ke Indonesia. Wah, bidang yang saya minati. Apalagi melalui bidang ini kita akan menerima akreditasi media dari panitia pusat yang tentunya dapat menjadi personal branding dalam dunia kerja ataupun sosial kita. Terbesit kembali sebuah peluang untuk bisa bertemu langsung dan berjabat tangan dengan Bapa Paus, namun hanya bisa mendoakan dalam hati. Maka dengan semangat membara saya melamar dan mengajukan permohonan ke Komisi Komsos KAM agar memberi surat rekomendasi bagi saya untuk mengikuti perekrutan tersebut. Dan puji Tuhan, saya sangat bersyukur, bersama lima teman muda dari KAM saya diterima dan dipercaya sebagai tim media atas Kunjungan Apostolik Bapa Paus, dengan tugas utama saya untuk peliputan kegiatan Kunjungan Bapa Paus di Mesjid Istiqlal, Jakarta.

Momen Meliput Kunjungan Paus di Mesjid Istiqlal

Ada rasa bangga, ada rasa haru, lebihnya ada syukur dan sukacita yang bergelora dan membangkitkan semangat. Pengalaman iman yang luar biasa bagi saya, walaupun akhirnya tidak bisa bertemu langsung dan berjabat tangan dengan Bapa Paus. Tapi tangannya memberkati semua insan pers yang hadir dan mengalirkan berkat akan iman dan harapan. Bisa hadir dan meliput di Mesjid Istiqlal, mesjid terbesar di Asia, tempat suci yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya, itu sesuatu yang wow bagi saya. Bertemu dan berbincang dengan banyak tokoh keagamaan, juga Imam Besar Mesjid Istiqlal, Nasaruddin Umar ; tokoh-tokoh masyarakat, pemerintah juga rekan-rekan pers dari berbagai media nasional dan internasional yang humble dan tidak ‘pelit’ informasi. Memetik pelajaran penting tentang indahnya toleransi dalam keberagaman, bukan malah menonjolkan perbedaan.

Paus Fransiskus bersama Imam Besar Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA bersama sejumlah tokoh agama Muslim.

Betapa bersyukurnya saya bisa mendengar langsung suara Bapa Paus Fransiskus dalam pidatonya menggemakan semangat toleransi. Apalagi menyaksikan dan menangkap momen saat Bapa Paus menandatangani prasasti ‘Terowongan Silaturahim’ yang menghubungkan Mesjid Istiqlal dan Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga. Ini adalah simbol penuh makna, yang menghubungkan dua tempat ibadah agung, tidak hanya berada berhadapan satu sama lain, tetapi juga terhubung satu sama lain. Memungkinkan perjumpaan, dialog, dan kesempatan nyata untuk menemukan dan membagikan ‘mistik’ hidup bersama atas dasar sikap saling menghargai dan mengasihi.

Saya merasa teraliri energi yang menghidupkan semangat kenegarawanan saya. Semakin mencintai Indonesia, semakin membaharui ke-Katolikan saya. Dari momen ini saya termotivasi untuk selalu membagikan cerita, pengalaman dan pandangan hidup yang saya petik dari Bapa Paus, untuk mendukung perjalanan menuju persatuan dan kerukunan yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. ‘Selalu melihat secara mendalam, karena hanya di sanalah kita dapat menemukan apa yang menyatukan di balik perbedaan. Dan menjaga ikatan, melalui Terowongan Silaturahim yang menghubungkan dan menciptakan ikatan. Dua hal ini merupakan oleh-oleh yang ditinggalkan Bapa Paus untuk bumi pertiwi dan bangsa kita, Indonesia. Semoga semua orang terpesona oleh impian akan sebuah masyarakat dan kemanusiaan yang bebas, bersaudara dan damai! Seperti harapan dan berkat Bapa Paus Fransiskus”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *