Umat Allah Bersukacita Atas Tahbisan 4 Imam Baru di Keuskupan Agung Medan
Komsoskam.com, Kabanjahe. Umat Keuskupan Agung Medan patut bersukacita, belum lama ini 4 imam baru saja ditahbiskan oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung. Kegembiaraan ini tampak dalam kebersamaan umat paroki St. Petrus dan Paulus Kabanjahe dalam mempersiapkan dan mengikuti Misa Tahbisan Imam yang dilaksanakan di kompleks gereja St. Petrus dan Paulus Kabanjahe, Sabtu 8 Februari 2025.
Empat orang diakon yang ditahbiskan saat itu yakni Diakon Nathanio Chris Maranatha Bangun OFMCap. (Dari Paroki St. Petrus dan Paulus Kabanjahe) Diakon Refanta Ginting (Dari Paroki St. Petrus dan Paulus Kabanjahe) Diakon Agustian Ganda Putra Sihombing OFMCap. (Dari Paroki Santo Paulus Pekanbaru) Diakon Alam Tukhot Makabe Saragih OFMCap (Dari Paroki St. Fransiskus Asisi Saribudolog). Tiga orang Kapusin dan satu orang imam projo atau diosesan.

Misa Tahbisan suci ini dipimpin oleh Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap. yang diikuti ratusan imam meliputi imam diosesan maupun tarekat. Selama perayaan, umat yang berkisar 7.000 orang tampak begitu hikmat mengikuti dan memohonkan rahmat tahbisan bagi imam baru tersebut.
Dalam khotbahnya Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap. meneguhkan panggilan Imam agar terus mendekatkan diri pada Kristus sang Imamat sejati.
“Imam itu adalah seorang gembala yang kepadanya domba-domba dan umat Allah dipercayakan. Domba-domba itu sudah ditebus Yesus Kristus. Bukan dengan uang emas dan perak. Tetapi sudah ditebus dengan darahnya sendiri.” Bapa Uskup mengajak seluruh hadirin untuk merenungkan kembali, siapa gembala yang baik menurut penginjil Johanes. Menurutnya dalam injil Yohanes disebutkan bahwa menjadi seorang gembala sejati bahkan dibandingkan dengan gembala upahan. Ia menegaskan bahwa gembala yang baik adalah dia yang mempunyai empat kualifikasi: Pertama atau yang utama yaitu menjadi pribadi yang rela berkorban. Kedua, mengenal dan mengasihi domba-domba atau umat. Ketiga, melindungi mereka dari bahaya dan keempat menjadi teladan dalam kekudusan.
Bapa Uskup menekankan bahwa gembala yang diharapkan oleh Allah adalah gembala yang memberikan dirinya untuk memelihara domba-dombanya. Seorang gembala mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi dan menjaga kawanan domba yang diincar serigala. Seorang gembala menghadang musuh agar bisa menjaga dan menuntun domba-dombanya. “Kita ini bukan gembala upahan” kata bapa Uskup.
Seorang gembala, tegasnya mengorbankan waktu, menyediakan waktu bagi yang lain. Kalau belum benar-benar pernah mengalami sakit sebagai bukti pengorbanan karena pelayanan, itu belum gembala sejati. Barangkali itu masih gembala upahan” kata uskup. Seorang Imam itu tambahnya bukan untuk mencari kenyamanan dan popularitas tetapi untuk mengorbankan dirinya bagi keselamatan jiwa-jiwa.
“Jika belum pernah merasa sangat letih sampai sakit itu barangkali masih pada belum sampai kepada kesejatian. Ya tantangan yang dihadapi Imam di zaman ini memandang pengorbanan sebagai sesuatu yang tidak terlalu perlu atau tak berguna. Ini barangkali pengaruh budaya hedonisme yang mendorong banyak orang termasuk para imam untuk memilih nyaman. Enak, nikmat dan ini membuat tak berani ambil risiko karena akan mengalami kesulitan atau sakit”. Menurutnya tantangan nyata itu bisa dilewati apabila senantiasa mengutamakan kehendak Kristus.

Perayaan berjalan dengan baik dan dilanjutkan dengan santap siang bersama seluruh umat. Sukacita dan kemeriahan juga semakin penuh dengan kehadiran anak-anak OMK dan sekolah-sekolah Katolik yang memberikan hiburan dan pertunjukan seni budaya.
Semoga dengan perayaan tahbisan imam ini, pelayanan bagi umat semakin meningkat sehingga nama Tuhan semakin dimuliakan. Proficiat.
Jansudin Saragih