NEWSSOSOK

Hidup Kembali Untuk Menjadi Uskup, Kisah 25 Tahun Imamat Mgr. Kornelius Sipayung

Loading

Hidup Ini Adalah Kesempatan

Perayaan Pesta 25 Tahun Imamat Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap, berlangsung meriah dengan penuh kegembiraan pada 30 Desember 2024. Acara ini berlangsung di gereja stasi St. Paulus Bandar Hinalang, tempat dimana Mgr. Kornelius Sipayung merayakan Misa Imamat Perdana 25 tahun lalu. Uskup Kornelius Sipayung sebelumnya menerima tahbisan Imamat dari Mgr. A.G. Pius Datubara OFMCap, bersama dua imam Konventual pada 11 Desember 1999 di Delitua yaitu RP Jakobus Ginting OFMConv., dan RP Florentinus Sembiring OFMConv.

Keluarga besar Uskup Kornelius Sipayung memberikan topi adat Simalungun (Gotong) sebagai lambang sukacita dan penghormatan serta pengharapan.

Uskup Sipayung merupakan anak pertama dari 6 bersaudara. Ia dilahirkan dari pasangan berbahagia Bapak Fransiskus Hotman Deardo Sipayung dan Ibu Hongmailim Rosa Purba Tanjung, pada 26 Agustus 1970. Salah satu adiknya juga mengikuti jejaknya, memilih menjadi pastor dalam Ordo Kapusin yaitu RP Jonam Sipayung OFMCap.

Sebagai seorang Kapusin, Bapa Uskup Kornelius Sipayung dikenal sebagai seorang pekerja keras. Tegas dan ingin cepat-cepat menuntaskan pekerjaan. Ia seorang yang visioner. Hobi bola dan rajin olah raga. Ia menyukai seni terutama dalam bernyanyi. Bisa dikatakan di setiap acara atau kunjungan pastoral ia selalu menyanyi, menyumbangkan suara terbaiknya. Sungguh umat juga menantikan dan merindukannya.

Mensyukuri Rahmat dan Kasih Setia Tuhan

Dalam perayaan syukur 25 tahun  ini, Uskup Sipayung menyampaikan terima kasih atas doa dan dukungan dari seluruh umat beriman. Bapa Uskup sungguh merasakan kasih Tuhan hingga bisa menjalankan imamat dan tugas episkopalnya hingga saat ini. Ia menambahkan bahwa yang paling disyukuri adalah rahmat Allah, kemurahan Allah yang telah memberikan kesempatan baginya dan bagi semua umat Allah untuk melihat dan merasakan kasih Tuhan lewat perjalanan hidupnya.

“Saya merayakan dan bersyukur karena Allah setia. Pertama, Ia mengampuni saya yang lemah. Setia mendampingi saya yang lemah. Dan yang paling saya syukuri, saudara-saudari dalam perjalanan 25 tahun imamat  yang turut membantu, menolong, mendukung serta mendoakan saya” katanya di hadapan seluruh undangan.

Bapa Uskup dalam kesempatan itu menceritakan bagaimana ia sempat menderita sakit jantung di Bagan Batu. Kala itu ia bersama adiknya pastor Jonam Sipayung sedang bermain bulu tangkis. Usai berjuang dalam beberapa set ia sepertinya kehabisan tenaga, hingga akhirnya merasakan ada yang tidak beres dalam tubuhnya. Ia kemudian dibawa ke rumah Sakit Indah, di sana ia langsung cek jantung. Dari pemeriksaan disebutkan ia mengalami serangan jantung koroner akut. “Dua jam lagi ia akan lewat” katanya menirukan apa yang didengarnya waktu itu.   

Sesudah itu ia merasakan detak jantungnya semakin lemah. Dari situ ia dibawa ke Rumah Sakit di Pekan Baru. Ia mengaku bahwa yang membuatnya masih hidup waktu itu karena dua orang perempuan yang setia mendampinginya. Seorang Ibu bernama Bidan Martha Br Simanullang dan Suster Agatha Sinaga, KYM. Dalam kelemahan ia mendengar sayup-sayup “Bertahan ya pastor… bertahan ya pastor..” Merekalah yang terus mendoakan dan menyemangatinya selama masa kritis. Sampai di Pekan Baru ia kemudian masuk ICU (Intensive Care Unit) selama lima hari. Saat itu Ia mengaku hidupnya seperti sudah mati rasa.

“Maka ketika dibangunkan, saya keberatan. Seperti sudah enak. Mungkin seperti itulah rasanya kalau sudah mati. Ketika didudukkan seperti jatuh ke depan” kata Bapa Uskup. Singkat cerita ia kembali hidup. Entah, bagaimana pembicaraannya dengan dokter, katanya sesuatu disuntikkan sehingga arterinya tembus. Setelah mulai sehat ia nantinya disarankan untuk berobat ke Penang, namun usai sampai di sana, dokter mengatakan jantungnya bagus. Menyadari itu ia kembali merasa tersanjung pada Tuhan. Sungguh baik dan penyayang Allah itu.

Uskup Kornelius Sipayung OFMCap, saat merayakan Pesta 25 tahun imamat, di Bandar Hinalang, Saribudolog

Hidup Kembali untuk Menjadi Uskup

Beberapa bulan setelah itu, Duta Vatikan pada bulan Januari, bertepatan dengan pemberkatan suami-istri di Garingging menelepon beberapa kali. “Awalnya saya biarkan, tapi pas doa umat, saya melihat siapa yang mengganggu itu, rupanya Duta Vatikan. Kemudian ia membisikkan sebentar lagi saya telepon, sedang memimpin misa katanya. Sesudah itulah kemudian ia mengetahui bahwa ia mendapat tugas perutusan menjadi Uskup di Keuskupan Agung Medan. “Itulah mungkin alasan, kenapa saya tidak mati di Bagan Batu itu” katanya. “Maka sejak itu saya sangat suka dengan lagu Hidup ini Adalah Kesempatan” tandas Bapa Uskup. Itulah rencana Allah yang membiarkan saya bertahan hidup sampai sekarang, terangnya penuh keyakinan.

“Hidup ini adalah kesempatan, kesempatan untuk melayani. Allah yang setia dan penuh kasih  yang membiarkan saya bertahan hidup sampai sekarang  sehingga bisa menjalani 25 tahun Imamat, dan 6 tahun sebagai Uskup di Keuskupan Agung Medan”.

Mengingat Kasih Tuhan Adalah Kekuatan

Dalam perjalanan pelayanannya, Bapa Uskup menyadari bahwa fisiknya tidak sekuat kala masih frater. Sebagai seorang Uskup ia mengaku berbeda dengan Uskup-uskup yang lain. “Saya sebenarnya mengalami banyak sakit. Karena bagaimanapun orang yang sakit jantung itu gampang lelah. Sangat gampang capek. Kemudian ada juga penyakit saya yang sudah lama yaitu asam urat. Kadang-kadang penyakit tersebut membuat saya susah, berjalan pun sulit.  Makanya kadang-kadang kalau kumat asam urat  lalu diminta berfoto, aduh saya pikir harus berdiri tegak. Ini menyakitkan, tapi tidak apa-apa”. Demi tugas pelayanan katanya dalam hati.

Jubilaris bersama para Imam Konselebran dalam pesta perak imamat Uskup Kornelius Sipayung OFMCap (30-Desember 2024)

Dengan mengakui kelemahan tersebut ia justru memiliki kekuatan. “Kekuatan saya muncul ketika saya mengingat kasih setia Tuhan. Mengingat perbuatan Allah yang menyelamatkan, yang membiarkan saya hidup. Itu menjadi kekuatan utama” tandasnya.  Ia menyadari bahwa dalam bacaan suci disebutkan bahwa orang beriman itu adalah orang yang senantiasa mengungkapkan kebaikan-kebaikan Tuhan di dalam hidupnya. Sadar akan kebaikan-kebaikan Tuhan dalam perjalanan hidup. Itulah orang beriman. Maka pesta hari ini adalah pesta orang beriman lanjut Bapa Uskup.

Permenungan atas jalan hidupnya ini menjadi sebuah kesaksian iman. Kesaksian akan kebaikan dan penyelenggaraan Tuhan. “Kita yang hadir di sini juga orang yang beriman. Orang yang senantiasa menyadari bahwa Allah membuat dan mengupayakan yang baik untuk kita” tambahnya.

Baginya pesta syukur yang dirayakan tersebut menjadi pesta atas Kasih setia Allah yang besar. “Bukan karena saya Uskup, saya Imam. Atau karna saya membuat banyak pengajaran, membuat banyak pelayanan, bukan. Tapi karena kasih setia Allah yang Maha Besar. Allah yang mengampuni dosa kita. Allah yang merangkul kita ketika kita kembali kepadanya dengan tobat dan penyesalan. Itulah yang kita pestakan hari ini” imbuh Uskup kembali.

Pemugaran Stasi St. Paulus Bandar Hinalang

Dalam kesempatan berbahagia ini, panitia juga mengadakan penggalangan dana untuk renovasi gereja St. Paulus Bandar Hinalang yang tidak muat lagi menampung umat. Meski berdiri kokoh, tapi dengan perkembangan umat yang terus bertambah maka dibutuhkan ruang yang lebih besar. Maka telah diputuskan untuk memugar gereja agar bisa menampung lebih banyak umat sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh umat.

Gereja Stasi St. Paulus Bandar Hinalang, Paroki St. Fransiskus Assisi Saribudolog

Dalam kesempatan ini bapa Uskup juga mengajak sejumlah sobat karibnya dan mereka mendukung pembangunan gereja tersebut. Tampak misalnya seperti bapak J.R. Saragih, Sembiring, Dr. Lie, Antonie Lie, Simangunsong, Rudolf Saragih, Jenda Damanik, Parlindungan Purba dan sejumlah nama kerabat lainnya. Mereka turut bergembira dan berbahagia atas pesta imamat bapa Uskup, dan dengan senang hati siap mendukung pembangunan gereja di kampung halamannya itu. Niat pembangunan itu juga sejalan dengan harapan anak rantau lewat acara “Marsombuh sihol”.

Puji Tuhan, aliran dana mengalir deras. Dalam kesempatan tersebut setidaknya sekitar 1,2 miliar rupiah telah terkumpul lewat spontanitas donatur, maupun lewat aneka lelang seperti foto Uskup, benda rohani dan lelang makanan. Seluruh umat tampak bahagia dan berpartisipasi mendukung rencana pembangunan tersebut. Dengan gotong-royong seluruh umat, kiranya Gereja St. Paulus menjadi lebih luas, gagah dan mudah dilihat semua orang. Sehingga nantinya gereja tersebut menjadi tempat penuh rahmat, tempat umat beriman memuji dan semakin memuliakan Tuhan.

Keluarga juga menyampaikan sukacita dalam rupa Gotong (topi adat Simalungun) yang langsung dikenakan pada Bapa Uskup. Dengan tarian dan nyanyian selurh keluarga merasakan sukacita dan kelimpahan berkat. Proficiat Bapa Uskup Kornelius Sipayung.

Jansudin Saragih.

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *