Pentingnya Soft Skill Bagi Para Pendidik Di Era Disrupsi
Zaman ini ditandai dengan perbuahan besar dan mendasar dalam segala bidang kehidupan disebabkan adanya disurpsi sehingga mengubah sistem tatanan kehidupan masyarakat secara luas. Cara hidup orang era ini berbeda dari era sebelumnya. Perubahan itu menjadi peluang sekaligus tantangan bagi organisasi maupun individu. Era sekarang penuh persaingan dalam seluruh aspek kehidupan. Perubahan adalah suatu keniscayaan.
Perubahan sedang terjadi dan tidak bisa dihempang. Karena itu setiap organisasi maupun individu harus membekali diri kalau mau memenangkan persaingan, termasuk dalam dunia pendidikan. Untuk itu penting peningkatan soft skill dengan peningkatan kualitas dan kapabilitas sumber daya manusia, inovasi berkelanjutan, dan penerapan teknologi digital. Demikian, dijelasan Dr. Elvie Maria Silalahi, M.M kepada para pengurus yayasan dan guru SMA Bintang Timur Pematangsiantar, Sabtu, 24 September 2022.
Seminar setengah hari ini diselenggarakan Pengurus Yayasan Perguruan St. Laurentius untuk membekali para pendidik dan tenaga kependidikan di unit SMA Bintang Timur. Menarik, dalam kata sambutan yang disampaikan Ketua Yayasan, Sr. Nicasia Sinaga, KYM, bahwa soft skill itu dibutuhkan organisasi dan para pendidik di era ini. Kalau tidak mau berubah, akan tergilas zaman, termasuk sekolah-sekolah yang dikelola yayasan. Kuncinya orgnaisasi dan individu harus mau berubah. Hal tersebut juga diamini oleh kepala Sekolah Bintang Timur, Sr. Aniceta Parhusip KYM.
Lebih lanjut Elvie Maria Silalahi, Direktur Gerakan Indonesia Kompeten (GNIK), menjelaskan bahwa soft skill merupakan ketrampilan dan kecakapan hidup, baik untuk diri sendiri, kelompok, atau masyarakat. Dibutuhkan ketrampilan berkomunikasi, kecapakan bernegosiasi, kecerdasan emosional, beretika dan bermoral, dan santun. Semuanya itu menunjukkan integritas diri dan ketrampilan spiritual. Soft skill bukan bakat alami yang didapatkan ketika lahir, tetapi ketrampilan yang bisa ditingkatkan secara terus-menerus seiring berjalannya waktu. Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki soft skill, maka hard skill dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Disadari atau tidak integritas diri diuji justru di tengah lingkungan kerja (sekolah), kantor, pemerintahan, dan dalam masyarakat luas. Di sinilah aneka godaan terjadi untuk melakukan perbuatan menyimpang dan merugikan kepentingan umum, demi kepentingan pribadi atau kelompok. Banyak penyimpangan dalam dunia kerja/pendidikan karena SDM tidak memiliki soft skill.
Selesai presentasi, Ibu Elvi Maria melakukan post test untuk melihat sejauh mana integritas pribadi peserta. Seminar selesai, 12.30 Wib dan dilanjutkan dengan makan bersama. *** Dobes Tamba