NEWS

Pasca Pemilu: Waligereja Katolik Ajak Semua Pihak Jaga Kerukunan

Loading

Ilustrasi, seruan dan harapan moral, pemilu damai

Komsoskam.com – Jakarta – Menyikapi proses pemilu yang berlangsung baik yang melibatkan 80 % penduduk Indonesia, KWI menilai hal ini patut diapresiasi. Keikutsertaan masyarakat dalam menentukan masa depan Indonesia melalui proses demokrasi telah menunjukkan semakin matangnya pemahaman dan sikap masyarakat dewasa ini. Namun demikian, proses pemilu yang juga diwarnai aksi pertentangan oleh sebagian pihak ini mestinya dilakukan dengan cara-cara santun dan bermartabat.

Menyikapi hal tersebut Konferensi Waligereja Indonesia melalui Komisi Kerasulan Awam mengajak seluruh umat untuk tetap rukun meski berbeda pilihan.

Berikut pernyataan resminya :

“MARI MENJAGA KERUKUNAN DALAM PERBEDAAN”

Proses pemilu serentak 2019 yang cukup panjang telah dilalui bersama oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai pemilih, kontestan, penyelenggara maupun pengawas. Kehidupan berdemokrasi bangsa ini sudah semakin maju dengan ditandai tingginya partisipasi masyarakat dalam pemilu dan proses pemungutan serta penghitungan suara yang relatif berjalan damai. Namun kita juga prihatin karena sampai hari ini kehidupan masyarakat belum kembali bersatu sebagai dampak dari pilihan politik yang berbeda-beda serta adanya ketidakpuasan terhadap proses dan hasil rekapitulasi Pemilu.

Dengan memperhatikan kondisi tersebut, Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) KWI menyatakan sikap sebagai berikut:

Pertama

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) yang telah menyelenggarakan dan mengawasi jalannya pesta demokrasi pada tahun ini. Kami juga turut berduka cita dan prihatin untuk para petugas KPPS yang meninggal dan menderita sakit. Mereka adalah para pahlawan demokrasi yang mengabdi dengan tulus dan penuh totalitas. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan dan mereka yang sakit segera sembuh.

Baca juga  Pekan Komunikasi Sosial Nasional 2019 Berlangsung di Keuskupan Makassar

Kedua

Kami mengecam berbagai bentuk kekerasan yang mengarah pada tindakan anarkis. Semua elemen bangsa, hendaknya tetap mengedepankan cara-cara damai dalam menyalurkan aspirasi, mengungkapkan kekecewaan, dan menyelesaikan berbagai perselisihan terkait dengan Pemilu. Penggunaan kekerasan tidak hanya menciderai nilai-nilai demokrasi tetapi juga bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia yang selalu menjunjung tinggi kerukunan dan persaudaraan dalam perbedaan.

Ketiga

Kami mengajak semua pihak untuk menghormati dan menaati konstitusi. Konstitusi sebagai payung bersama dalam hidup berbangsa telah menjamin setiap warga negara untuk mendapatkan keadilan, termasuk jika terjadi ketidakpuasan dan persengketaan dalam Pemilu. Oleh karena itu, hukum sebagai panglima di negeri ini harus benar benar dapat memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Masyarakat juga harus percaya dengan aparat penegak hukum sambil ikut mengawasinya dengan cara-cara yang beradab.

Keempat

Kami berharap para elit politik, tokoh agama dan masyarakat turut terlibat aktif dalam menciptakan suasana tenang dan damai dengan memberikan pencerahan yang mendorong terwujudnya rekonsiliasi sosial dan seruan-seruan yang menyejukkan sehingga masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh ajakan serta hasutan untuk melakukan kekerasan. Para tokoh tersebut tidak hanya menjadi pemimpin tetapi juga menjadi penjaga nilai-nilai moral, etika, dan jati diri bangsa.

Kelima

Kami mengajak semua masyarakat tetap bergandengan tangan dan waspada terhadap kekuatan-kekuatan,orang-roang atau pihak-pihak yang dengan sengaja ingin memanfaatkan situasi sosial-politik saat ini untuk tujuan tertentu yang bertentangan dengan Pancasila dan demokrasi.  TNI dan Polri dengan sekuat tenaga telah menjaga masyarakat agar tetap merasa damai dan mempertahankan keutuhan NKRI. Sudah semestinya juga, masyarakat secara sukarela ikut menjaga lingkungan dan tempat ibadah masing-masing sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Baca juga  Menghayati Hidup Beragama Yang Inklusif Tanpa Kehilangan Identitas

 

Demikianlah sikap dan harapan kami terhadap situasi yang sedang berkembang akhir-akhir ini.

Jakarta, 23 Mei 2019
Mgr. Vincentius Sensi Potokota/ Ketua
Rm. PC. Siswantoko, Pr/ Sekretaris

 

 

Facebook Comments

Leave a Reply