OPINIREVIEWS

Mendalami Makna Misa Online

Loading

Komsoskam.com – Misa online merupakan upaya terbaik yang dipilih Gereja Katolik dalam rangka mendukung kebijakan social distancing di tengah merebaknya Coronavirus disease (Covid-19). Perayaan Misa seperti ini disiarkan melalui video siaran langsung di Youtube atau media sosial lainnya.

Gereja memilih untuk memanfaatkan teknologi demi tetap bisa melayani umat di berbagai wilayah. Dengan demikian, umat tetap bisa berpartisipasi bersama dalam perayaan atau Ibadat Liturgi dalam perayaan Ekaristi.

Namun banyak yang menanyakan soal keabsahan Misa online ini. Sebab seperti yang diketahui, Misa ini tidak ada penerimaan komuni.

Melansir dari andreatawolo.id, Pastor Andreas Atawolo OFM mengulas tentang hal ini dalam artikel yang berjudul “Misa Online Banyak Maknanya”.

Situasi khusus

Dosen Teologi Dogmatik di STF Driyarkara, Jakarta itu mengatakan, Misa online dilakukan karena adanya situasi khusus. Situasi khusus yang dimaksudkan adalah wabah yang menginvasi dunia.

“Pertama perlu dipahami bahwa di sini kita sedang berbicara tentang perayaan Ekaristi dalam situasi khusus, bukan situasi biasa atau normal,” tulis Pastor Andreas Atawolo OFM, seperti yang dikutip pada Jumat (27/3/2020).

Berpartisipasi, bukan sekadar menonton

Pastor Andre menekankan bahwa umat yang mengikuti Misa online harus berpartisipasi, bukan sekadar menonton.

“Partisipasi yang dimaksud ialah adanya Imam Katolik merayakan Ekaristi yang disiarkan secara live. Di saat yang sama umat berpartisipasi melalui media digital,” lanjutnya.

Disini, Pastor Andre menekankan bahwa umat tidak menonton sebuah video tentang Ekaristi. Akan tetapi ikut berpartisipasi secara spiritual atau batiniah dalam sebuah perayaan Ekaristi Gereja.

Baca juga  Gereja Katolik di Jerman Kritik Larangan Pelayanan Gereja

Communio Spiritual

Hal ini dikatakannya meyerupai istilah communio spiritual atau persekutuan spiritual. Makna yang terkandung dalam istilah itu ialah bahwa meskipun Ekaristi tidak dapat dirayakan dalam bentuk kehadiran secara menubuh, Ekaristi itu tetap sah. Sebab, communio atau persekutuan Gereja yang merayakan Ekaristi tidak melulu badani atau material, tetapi juga spiritual dan batiniah.

“Jadi, meskipun tidak ada kontak secara indrawi antarumat, mereka semua tetap bersatu karena satu iman dalam Kristus. Karena itu bersatu secara batiniah dan spiritul. Sebab pusat Perayaan Ekaristi adalah Yesus Kristus sebagai Penyelamat kita,” sambungnya.

Makna Ekaristi yang Sesungguhnya

Disebutnya, communio spiritual bukan ide yang tiba-tiba muncul karena situasi khusus seperti sekarang ini. Dimensi ini justru melekat pada makna Ekaristi.

“Sejak Yesus mengatakan ‘Inilah Tubuh-Ku, ambillah dan makanlah’. ‘Inilah Darah-Ku, ambillah dan minumlah’. Lalu berkata ‘Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku’. Ia sendiri telah meletakkan dengan kokoh dasar spiritual bagi persekutun Gereja dalam Perayaan Ekaristi,” jelas Pastor Andre.

Oleh sebab itu, Pastor Andre menegaskan bahwa Misa online itu sah. Justru akan membuka kesadaran bahwa communio spiritual itu akar dari seluruh hidup Gereja.

Ia mengatakan, perayaan Ekaristi Gereja baru menjadi meriah sering perkembanga Liturgi. Tetapi fondasinya ialah Kristus kepala Gereja. Hal ini sama halnya dengan situasi jemaat awal. Kata-kata dan pesan Yesus pada Perjamuan Akhir itulah yang menjadi dasar ikatan batin mereka.

“Ketika tidak dapat hadir bersama di Gereja, ada sebuah kerinduan untuk berkumpul kembali. Tentu dalam situasi khusus ini, jelas bahwa hal yang paling kita rindukan, yaitu menerima Tubuh Kristus dalam rupa hosti kudus tidak atau sulit untuk dipenuhi. Sebagai makhluk inderawi kita merasa ada kekurangan besar,”

Namun, Pastor Andre menyebutkan bahwa kekurangan ini tidak perlu menjadi alasan untuk meremehkan makna Ekaristi secara online atau menjadi pesimis. Kekurangan ini menjadi kesempatan bagi umat untuk berdoa mengundang Tuhan hadir dalam hati.

“Communio tanpa menerima hosti menjadi saat untuk lebih sadar bahwa makna simbol itu memang terbatas, tidak mutlak. Hanya kasih Tuhan yang tidak dibatasi oleh simbol; bahwa kita makhluk terbatas dan sering kali menuntut tanda. Namun kita dikasihi Tuhan tanpa batas ruang dan waktu,” kata Pastor Andre.

Dari penjelasan di atas, kita wajib memahami bahwa perayaan Ekaristi dapat dilakukan secara sederhana namun bermakna. Ingat, yang menjadi dasar Gereja adalah orangnya, bukan gedungnya!

Facebook Comments

Yantika Simatupang

Freelance writer and Journalist

Leave a Reply