REFLEKSI

SEMANGAT KEBANGKITAN | Kotbah 29 Maret 2020

Loading

RP Frans Sihol Situmorang OFMCap

Dalam perjalanan ke Yudea, Yesus mendapati Lazarus telah meninggal. Menurut Marta dan Maria, saudara mereka tidak akan mati andaikan Yesus hadir kala Lazarus sakit. Yesus menegaskan bahwa Lazarus akan bangkit. Di depan makam Lazarus, Yesus berdoa lalu berseru dengan suara keras, “Lazarus, marilah keluar.” Lazarus berjalan keluar dari kubur dan mendekat kepada Dia yang memanggilnya. Ia kembali berada di tengah-tengah orang hidup. Kematian dan kubur tidak berkuasa menghalangi kuasa ilahi. Yesus adalah kebangkitan dan hidup.

Yohanes bukan terutama mau menceritakan kisah bangkitnya Lazarus, tapi besarnya iman mereka yang memercayai Yesus. Iman akan Yesus akan menolong kita untuk menjalani hidup ini. Minggu Prapaskah yang terakhir menghantar kita lebih dekat pada misteri kebangkitan. Yesus menunjukkan bahwa Dia berkuasa mengalahkan kematian. Dengan sabda-Nya yang penuh kuasa, Yesus membawa Lazarus keluar dari kubur ke dalam keadaan hidup.

Pembangkitan Lazarus menandakan apa yang dialami oleh mereka yang percaya kepada Kristus. Setelah dibangkitkan dari kematian, mereka takkan mati lagi. Mereka akan mengalami kebangkitan seperti Kristus. Maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Orang-orang yang akan dibangkitkan Tuhan akan sama seperti para malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah (Luk 20:36).

Seorang pasien mendengar bahwa sisa hidupnya hanya tinggal enam bulan. Reaksi pertamanya ialah terkejut tidak siap mati. Setelah lama berjuang, ia sadar bahwa hidup yang sesungguhnya tersedia setelah hidup di dunia ini berakhir. Akhirnya, orang itu justru merasa gembira dan bebas, sebab sekarang ia merasa targetnya sudah jelas. Dia mulai melepaskan hal-hal yang tak berguna. Dia lebih prihatin terhadap mutu hidup daripada lamanya hidup. Mempersiapkan keabadian berarti belajar untuk hidup dan mencurahkan perhatian bagaimana memberi arti kepada hidup dan bersukacita atas apa yang dialami selagi masih ada waktu. Bangsa Israel diibaratkan seperti tulang-tulang kering yang berserakan dan tidak memiliki kehidupan. Jauh atau lepas dari Tuhan, manusia tinggal onggokan tulang-tulang kering yang tak berarti. Tuhan, sumber kehidupan, berkenan memberi Roh-Nya, maka tulangtulang itu hidup kembali. Tuhan berkenan berbagi nafas kehidupan dengan manusia agar manusia hidup.

Baca juga  BERTEKUNLAH DALAM DOA

Iman akan Kristus yang berkuasa atas kematian menjadi pegangan bagi kita dalam menjalani hidup di dunia ini. Kita hidup di dunia ini, tapi seluruh diri kita juga terarah kepada kehidupan abadi bersama Kristus. Orang yang berpegang pada keyakinan ini menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak Allah. Ia percaya bahwa Kristus menantikan dia dalam kediaman-Nya yang abadi. Ia berusaha agar hidupnya berkenan kepada Allah supaya kelak layak untuk tinggal bersama Dia di surga.

Kebangkitan bukan hanya objek iman dan harapan di masa mendatang. Lewat baptisan, kita disatukan dengan hidup Kristus yang bangkit. Di dunia ini, dalam menghadapi tantangan, kesulitan, penderitaan-temasuk kematian, kita mengenakan semangat kebangkitan. Kematian bukanlah kuburan tanpa harapan. Iman dan kepercayaan, seperti yang ditampakkan Marta dan Maria, akan menolong kita menjalani hidup dengan optimisme. Dari Tuhan, kita menerima nafas kehidupan. Kita mohon supaya semangat kebangkitan dan kehidupan itu senantiasa menjiwai kita dalam perjalanan kita. Amin.

Facebook Comments

Rina Barus

Menikmati Hidup!!!

Leave a Reply