REFLEKSIREVIEWS

Sabda Allah Membebaskan

RENUNGAN KATOLIK HARI INI | Senin 16 Maret 2020

Hari Biasa Pekan III Prapaskah 2Raj. 5:1-15a; Mzm. 42:2,3; 43:3,4;

Luk. 4:24-30 warna liturgi Ungu

======

Jangan Cegah Sabda Allah Menyentuh Hatimu

 “Sesungguhnya tidak ada seorang nabi dihargai di tempat asalnya.” Kita sering mendengar perkataan Yesus tersebut dan sudah menjadi pepatah. Dan Yesus mengutip dua peristiwa yang sudah dikenal banyak orang yang mendukung pernyataan-Nya.

Pertama, ketika terjadi bencana kelaparan nabi Elia diutus kepada janda di Sarfat, bukan kepada salah seorang janda di Israel.

Kedua, pada zamannya, nabi Elisa hanya mentahirkan Naaman orang orang Syria padahal banyak orang kusta di Israel.

Orang-orang Nasaret jengkel dengan perkataan Yesus. Pernyataan Yesus itu sepertinya menggugat dan menyangkal status mereka sebagai bangsa terpilih. Mereka tidak mampu mengakui kebenaran yang disampaikan Yesus.

Kejengkelan mereka bukan hanya karena perkataan Yesus, tetapi juga karena mereka mengenal siapa Yesus, seorang dari (kampung) mereka tetapi berbicara sebagai nabi. Karena jengkelnya, mereka bahkan menghalau Yesus ke luar kota dan hendak melemparkan-Nya dari tebing gunung. Perkataan Yesus  tidak dapat menyentuh hati mereka

Memang tidak menyenangkan mendengarkan kebenaran yang menunjukkan kelemahan dan kekurangan kita, yang terpampang dalam sejarah hidup kita.  Kebenaran itu menyakitkan.  Akan tetapi  barangkali kita  perlu setuju dengan ungkapan orang Italia yang mengatakan:

“Kebenaran itu menyakiti sekali saja, tetapi kebohongan menyakiti sepanjang hidup.” 

Kebenaran yang mengoreksi, jika diterima akan menghasilkan perbaikan yang berarti, kendati menyakitkan.  Tetapi penolakan akan kebenaran, penolakan akan kritikan yang membangun, karena sakit hati hanya akan menimbulkan kemarahan-kemarahan lainnya, bukan perbaikan dan pertobatan.

Lewat injil hari ini kita diajak merenungkan penerimaan kita akan kebenaran, penerimaan kita akan sabda Tuhan dalah hidup kita.

  • Kita perlu bertanya: berapa kali kita mencegah perkataan Tuhan menyentuh hati kita, hanya karena kita tidak merasa nyaman?
  • Berapa kali kita mengabaikan sabda Tuhan hanya karena kita berhenti pada penampilan, asal-muasal orang menyampaikan sabda Tuhan itu?

Di masa Prapaskah ini kita diajak menyambut dan merenungkan sabda Allah, yang barangkali menghakimi dan menilai hidup kita.

Akan tetapi penghakiman dan penilaian Allah melalui sabda-Nya tidaklah menghukum, melainkan jika diterima, justru membebaskan dan membuahkan hasil.

 

Pastor Petrus Simarmata

===

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *