INKONSISTENSI, Refleksi Minggu Palma
“Inkonsistensi”, kiranya yang bisa kita tujukan kepada mereka yang menyalibkan Yesus. Awalnya mereka kemana-mana mengikuti Yesus dengan berbagai motivasi. Ada yang sekedar mencari kekaguman dengan melihat mujizat atau mereka menganggapnya Yesus main sulapan. Ada pula yang hanya mengikuti-Nya untuk memenuhi kebutuhannya, yang sakit – sembuh; yang lapar, dapat makan; yang sedih, dihibur, dan sebagainya. Namun, ada pula yang mengikuti Yesus karena percaya bahwa Dia adalah Allah yang menjadi manusia, yang menjadi juru selamat manusia. Namun orang-orang yang sama pulalah yang serentak berteriak, “salibkanlah Dia”.
Mengapa begitu cepat orang berubah dari pro menjadi kontra, yang begitu setia mengikuti menjadi menolak dan melawannya. Orang bisa jadi mudah ragu akan apa yang dipilih atau diikutinya. Kebenaran yang diyakininya seperti embun kena sinar matahari yang mudah kering dan hilang, pasrah kepada siapa atau apa yang datang mempengaruhinya. Kata akhir yang diucapkannya adalah “terserah”, kembali tidak memiliki pandangan dan mudah dipengaruhi. Yang kedua, keingintahuan mengapa orang lain berbeda pandangan dengan diri kita, apalagi yang berbeda adalah seorang tokoh. Dalam waktu yang singkat, pandangan kita luntur oleh keputusan sang tokoh. Akhirnya pula, bila tidak sesuai dengan keinginan kita, bisa jadi ada penyesalan mengapa kita ikut-ikutan. Berikutnya karena keinginan atau kebutuhan seseorang katakanlah belum terpenuhi, maka ia meninggalkannya.
Yesus disalibkan oleh orang-orang yang mudah dipengaruhi, sekalipun pengaruh negatif, fitnah (HOAX) ! Yesus disalibkan oleh mereka yang kecewa dan memaksakan kehendak. Yesus disalibkan oleh “lawan politik” yang berhasil dengan segala cara untuk mentingkirkan Yesus demi kepentingan mereka.
Apakah kita juga kembali menyalibkan Yesus untuk kedua kalinya, hanya kita ingin memaksakan keinginan kita dan pengaruh negatif orang lain ? Semoga kita tetap konsisten mengikuti Dia, meski keinginan kita belum dipenuhi-Nya.
RP EKO SUSANTO OSC