KATEKESEREFLEKSI

WASPADA DAN BERJAGA-JAGA || Hari Minggu Adven I

Loading

RP. Frans Sihol Situmorang, OFMCap

Yes 63:16b-17;64:1.3b-8; 1Kor 1:3-9; Mrk 13:33-37/Hari Minggu Adven I

Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu kapan saatnya tiba

Seorang tuan yang hendak bepergian membagi tanggung jawab kepada para hambanya. Tidak lupa penjaga pintu diperintahkan untuk selalu siaga, agar saat majikan pulang, rumahnya tidak didapati terkunci. Seruan berjaga-jaga ditegaskan sampai tiga kali. Hamba itu harus terus berjaga-jaga, sebab tuannya bisa kembali kapan saja. Diawaskan agar hamba itu tak didapatinya sedang tidur. Tidur berarti tidak peka terhadap tanda-tanda zaman, terbuai oleh penyesatan atau lalai berdoa.

Waktu dari saat kepergian hingga kembalinya tuan itu merupakan saat untuk menjalankan tanggung jawab, kesempatan untuk membangun masa depan. Hari kedatangan Tuhan bukanlah malapetaka, tetapi masa menerima ganjaran. Hari kedatangan Tuhan bisa menjadi bencana dan hilangnya masa depan bagi hamba yang lengah dan tidak bertanggung jawab.

Pengikut Kristus diajak supaya berjaga-jaga dan menjalankan tanggung jawab dengan setia. Untuk menyongsong kedatangan Tuhan, kita diminta agar berjaga-jaga dan menata ulang hidup kita. Ikut arus dan terlena dalam kenikmatan akan berakibat fatal. Hidup mesti dikoreksi dan dievaluasi dari sudut pandang hari kedatangan Tuhan yang tidak kita tahu saatnya. Sikap waspada yang dituntut Yesus bukan semacam momok yang menakut-nakuti dan membuat gelisah, tetapi dorongan untuk menjadikan hidup ini bermutu karena disiapkan dengan cermat dan teliti.

Baca juga  KEKRISTENAN SEJATI || Hari Minggu Biasa XXXI

Amanah Yesus ini bukanlah suatu peringatan di masa lalu. Kini justru lebih mendesak saat kita tenggelam dalam aneka kesibukan dan kesenangan yang membuat kita terbuai, acuh tak acuh, tidak siap atau mengira hari itu masih jauh. Kita berjaga-jaga dengan meneruskan karya Yesus. Dialah tuan yang hendak bepergian itu dan suatu waktu akan kembali.

Hari kedatangan Tuhan bisa dimengerti sebagai kedatangan pada akhir zaman. Hari itu juga bisa menunjuk kepada kehadiran Tuhan dalam waktu dekat. Dalam keduanya, saatnya tidak bisa diduga. Selain pada akhir zaman dan pada akhir hayat tiap orang, Tuhan hadir tiap hari dalam diri saudara-Nya yang kecil dan butuh pelayanan. Kepekaan akan kebutuhan sesama pun merupakan suatu bukti kewaspadaan dan kesediaan bagi kedatangan Tuhan.

Seorang jenderal meminta waktu berbicara kepada Napoleon. Sang jenderal membicarakan keberhasilannya dengan rinci. Napoleon mendengar dengan tekun, tapi tidak berkata sepatah kata pun. Jenderal itu kecewa. Ia mengharapkan suatu pujian. Tapi, hal itu tak kunjung datang. Ketika jenderal itu berbicara lagi tentang kemenangan yang lain, Napoleon terus mendengar. Jenderal itu menafsirkan sikap Napoleon sebagai yang membesarkan hati. Ia berharap bahwa Napoleon akan memberikan pujian yang pantas. Setelah jenderal itu menyelesaikan ceritanya, Napoleon bertanya, “Apa yang akan Anda lakukan hari berikutnya?” Sang jenderal tidak berkata sepatah kata pun. Sejak saat itu, ia mengerti bahwa dia tak boleh terbuai dengan segala kemenangannya.

Bukan kesulitan yang membuat orang gagal, melainkan karena terbuai dengan prestasi. Orang sering terlena karena sukses. Sikap menyongsong membutuhkan kewaspadaan dan aksi. Kita diminta giat mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang berguna untuk hidup yang akan datang. Berbenah diri seraya menggunakan kesempatan merupakan wujud sikap berjaga-jaga. Menghadapi masa depan membutuhkan kesiapsiagaan, karena banyak hal tak terduga bisa terjadi. Kiranya kita bertumbuh dalam kasih dan kebaikan sebagai wujud dan tanda kesiapsiagaan kita. Amin.

Baca juga  MENYANGKAL DIRI DAN MEMIKUL SALIB

 

Facebook Comments

Rina Barus

Menikmati Hidup!!!

Leave a Reply