Menaker H. Hanif : Revolusi Industri 4.0 Harus Diantisipasi
Komsoskam.com- Jakarta- Merespon semakin cepatnya perkembangan dan perubahan teknologi masa kini, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri mengatakan, dalam bidang ketenagakerjaan, Revolusi Industri 4.0 membawa berbagai dampak dan tantangan yang harus diantisipasi. Ia menjelaskan, revolusi industry ini akan mengakibatkan beberapa pekerjaan lama menjadi hilang. Namun demikian, diprediksi akan muncul sekitar 3,7 juta pekerjaan baru.
“Dunia industri akan mengalami disrupsi dan kolaborasi beberapa jenis platform baru, sehingga menghasilkan jenis industri baru. Hal ini berdampak pada jenis pekerjaan dalam industri tersebut,” ujar Hanif saat memberikan hantaran dalam Musyawarah Nasional XIII Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) 2019 di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (7/9/2019).
Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah terus mempersiapkan tenaga kerja Indonesia agar mampu beradaptasi, berdaya saing, dan bertahan di tengah perubahan dunia kerja. Menaker menegaskan, di era global Revolusi Industri 4.0 saat ini, sumber daya manusia (SDM) kompeten dan berdaya saing tinggi menjadi syarat mutlak untuk dapat menghadapi persaingan global yang semakin ketat.
Disamping itu Hanif mengatakan, pemerintah sesungguhnya juga melihat peluang terciptanya lapangan kerja baru pada era Revolusi Industri 4.0. Oleh karena itu, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk meningkatkan akses dan mutu pelatihan vokasi guna menyiapkan SDM kompeten dan berdaya saing.
Hanif mengatakan, kebijakan yang telah dilakukan diantaranya menetapkan pelatihan kerja berbasis kompetensi yang inklusif atau tidak mempersyaratkan (batasan) usia maupun latar belakang pendidikan.
Ada pula program ‘3R’, yaitu re-orientasi, revitalisasi dan re-branding Balai Latihan Kerja ( BLK) milik pemerintah. Program itu ditujukan untuk mempercepat dan masifikasi produksi SDM kompeten di berbagai bidang kejuruan prioritas, sekaligus meningkatkan relevansi keluaran BLK sesuai kebutuhan pasar kerja.
“Kejuruan di berbagai BLK pun telah disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja di era Revolusi Industri 4.0,” ujar dia. Misalnya, kejuruan menjahit yang telah ditingkatkan menjadi kejuruan fashion technology. Jurusan ini bukan hanya melatih peserta agar terampil menjahit, tetapi terampil mendesain, memproduksi, hingga memasarkan produk yang dibuat.
Selain itu ada juga program ‘Triple Skilling’, yaitu skilling, up-skilling, dan re-skilling. Skilling merupakan pelatihan bagi calon tenaga kerja yang belum siap untuk bekerja. Kemudian up-skilling yakni pelatihan bagi pekerja yang ingin meningkatkan kompetensi ataupun karirnya. Selanjutnya re-skilling, yakni pelatihan bagi pekerja yang terdampak pemutusan hak kerja (PHK) atau kehilangan pekerjaan, maupun alih profesi (karir baru), sehingga tetap bisa mendapatkan pekerjaan.
Ia berharap melalui program tersebut, tenaga kerja Indonesia dapat mengembangkan dan memacu dirinya untuk memenuhi standar internasional, sehingga mampu bersaing di pasar global. Semoga kita juga tidak ketinggalan.