NEWSREFLEKSI

ALLAH YANG MENGAMPUNI

KOTBAH MINGGU | RP FRANS SITUMORANG OFMCap.

Bersukacitalah bersama-sama dengan Aku

(Kel 32:7-11.13-14; 1Tim 1:15-17; Luk 15:1-32/ Hari Minggu Biasa XXIV )

Salah satu hal yang menonjol tentang Allah ialah bahwa Ia melupakan kesalahan-kesalahan dan tidak memperhitungkan dosa-dosa kita. Gambaran tentang Allah yang panjang sabar, penuh kasih setia dan suka mengampuni itulah yang dilukiskan dalam Injil hari ini. Ketiga perumpaan sama-sama menunjukkan bahwa Allah mencintai manusia dengan kasih yang tidak bisa dipahami oleh manusia bahkan tidak masuk akal.

Menurut hukum Yahudi, seorang ayah tidak membangi harta kekayaan secara sama rata kepada anak-anaknya. Anak sulung mendapat dua pertiga, sedangkan anak bungsu hanya memperoleh sepertiga. Orangtua juga tidak membagi harta kekayaannya selagi ia masih kuat. Kekayaan itu dibagikan saat menjelang kematiannya. Tapi, bapa dalam perumpamaan itu mau saja membagi warisannya sekalipun ia masih kuat. Ketika anaknya yang bungsu kembali ke rumah setelah menghambur-hamburkan harta yang bukan hasil keringatnya, ayah itu memperlakukannya secara luar biasa dan tak terduga-duga. Dia menerima anak itu tanpa menuntut pertanggungjawaban ataupun penyesalan, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Cinta Allah yang tidak mengenal batas itu tampak dalam tindakan-Nya. Saat anak itu mendekat ke rumah, si ayahlah yang berlari mendapatkan dia, merangkul dan menciumnya. Belum sempat anak itu mengucapkan sepatah kata, si ayah telah memerintahkan agar para hambanya mengambil jubah, mengenakan cincin dan memotong lembu yang paling tambun agar mereka bisa berpesta dan bersukacita, sebab anaknya telah mati dan hiduk kembali, telah hilang dan ditemukan kembali. Jubah adalah lambang kehormatan, cincin dalah simbol kuasa, sepatu adalah lambang keputraan. Dengan itu si ayah memulikan martabat anaknya yang telah sempat hilang. Anak bungsu yang mendurhaka diterima kembali sebagai putra sebagaimana sebelumnya.

Ada orang yang mengatakan bahwa sekalipun kita kehilangan semua informasi tentang apa yang dilakukan Allah kecuali ketiga perumpamaan ini, maka kita tidak kehilangan informasi tentang siapakah Allah itu. Ketiga perumpamaan ini menunjukkan bahwa Allah itu adalah kasih. Hubungan Allah dengan manusia didasarkan pada cinta yang tak masuk akal. Allah itu maha pengampun. Dia akan selalu mengampuni apa pun dosa kita. Allah akan selalui menyertai kita, apa pun keadaan kita. Hal seperti inilah yang diharapkan Yesus berkembang dalam hati dan hidup kita. Kita yang telah merasakan belas kasih Allah diharapkan berbelas kasih seperti Dia. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *