TERBERKATI DALAM KERAJAAN KRISTUS || Hari Minggu Biasa XXXIV
Yeh 34:11-12.15-17; 1Kor 15:20-26.28; Mat 25:31-46/Hari Minggu Biasa XXXIV
Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku,
Terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan
Nabi Yehezkiel bernubuat mengenai Tuhan yang akan bertindak selaku gembala. Dia tidak hanya mengumpulkan yang tercerai, membawa pulang yang sesat, mencari yang hilang membalut yang luka dan melindungi yang gemuk dan kuat, tetapi akan menjadi hakim di antara kawanan domba itu.
Matius menceritakan kedatangan Anak Manusia pada akhir zaman. Dia akan menghakimi semua bangsa seperti gembala yang memisahkan domba dari kambing. Domba-domba ditempatkan di sebelah kanan dan kambing-kambing di sebelah kiri. Kedua pihak terkejut karena merasa tidak pernah berbuat sesuatu yang baik atau menolak berbuat yang baik kepada Raja itu.
Kemiskinan merupakan masalah serius bagi Tuhan. Melalui inkarnasi, Allah solider dengan kaum miskin. Orang yang menyembah Tuhan, tapi tak mau tahu dengan derita sesamanya, tidak akan menikmati Kerajaan Allah. Mutu keberimanan tidak diukur dari kerajinan berdoa. Tanggung jawab, solidaritas, kepedulian dan belas kasih bagi orang miskin dan menderita adalah patokan penilaian. Mereka yang di sebelah kanan menerima warisan karena berbuat baik kepada orang yang butuh uluran tangan.
Kristus ditemukan dalam sesama. Persahabatan dan hubungan dengan Allah terwujud dalam kasih terhadap sesama. Pelaksanaan kasih merupakan kriteria satu-satunya pada saat penghakiman manusia. Kendati tidak secara eksplisit diberi label demi Kristus, perbuatan yang didasari oleh kasih itu ditujukan pada Kristus sendiri. Hukum kasihlah yang paling utama. Orang kafir pun akan dibenarkan jikalau mereka melaksanakan hukum kasih.
Suatu malam yang dingin dan hujan, seraya menunggu bis, saya lihat seorang ibu tua turun dari sebuah bis dan berjalan perlahan ke halte. “Malam yang buruk, ya! Saya harap tidak perlu menunggu terlalu lama,” katanya. Kutanya tentang bis yang ia tunggu. Ketika ia memberitahu, saya berkata, “Lho, Anda baru saja turun dari bis tersebut. Mengapa Anda turun sebelum tempat yang Anda tuju?” “Begini. Di bis tadi ada seorang pemuda yang cacat. Tak seorang pun menawarkan tempat duduk kepadanya. Saya tahu bahwa dia akan merasa malu kalau seorang ibu tua seperti saya berdiri untuknya. Saya berpura-pura sudah waktunya untuk turun dan saya membunyikan bel saat pemuda itu berada di sisi tempat duduk saya. Ia tidak merasa malu, dan bagi saya, masih selalu ada bis lain.”
Yesus Kristus ditampilkan sebagai Gembala dan Raja. Gambaran yang terkait dengan dua waktu dalam hidup kita. Waktu pertama ialah masa kini, yang oleh Paulus disebut saat keselamatan (2Kor 6:2). Di sini kita bertemu dengan Kristus Gembala yang baik. Pada waktu pertama ini, keputusan ada pada kita. Lalu kita akan memasuki fase kedua, saat bertemu dengan Kristus sebagai hakim. Saat itu keputusan tak ada di tangan kita; tak ada lagi debat atau pembelaan diri selain mendengar keputusan: marilah atau enyahlah.
Injil hari ini menutup khotbah Yesus tentang akhir zaman. Kedatangan mulia Anak Manusia adalah puncak sejarah manusia. Untuk menanti saat penting ini, kita diminta setia, berjaga-jaga serta mengembangkan talenta. Bentuk konkritnya ialah hidup dalam kasih dan melayani orang yang susah. Gembala baik berjalan di depan agar kita mengikuti jejak-Nya mengasihi yang miskin. Di akhir zaman, Ia akan datang sebagai Raja dan menghakimi setiap orang. Semoga kita terhitung di antara kaum terberkati dan ikut ambil bagian dalam kerajaan-Nya. Selagi masih ada waktu, marilah hidup dalam kasih dan berbuat baik agar nanti diterima ke dalam Kerajaan Allah. Amin.