BELAJAR DARI SURAT PASTORAL PAUS FRANSISKUS: FRATERLLI TUTTI
Paus Fransiskus pada tanggal 3 Oktober 2020 mengeluarkan Surat Pastoral atau Ensiklik yang terbaru dengan judul: FRATELLI TUTTI (Semua Saudara) amat menarik bahwa Surat Pastoral tersebut, ditanda tangani beliau pada kunjungannya kemakam santo Fransiskus Asisi. Paus mengakui bahwa semangat dasar Surat Pastoralnya ini adalah dari Santo Fransiskus Asisi yang menyapa dan menganjurkan agar anggota-anggotanya saling menyapa, dengan ungkapan: SAUDARA DAN SAUDARI. Surat Pastoralnya ini terdiri atas 8 bab, yang dibuka dengan pengantar dan ada bagian penutup. Kalau kita membaca dan merenungkan Surat Pastoral Paus itu sangat aktual dan bermanfaat bagi semua orang di dunia ini sekarang dan masa depan, secara khusus kita di Indonesia.
Berkaitan dengan PILKADA SERENTAK di Indonesia yang prosesnya sudah dimulai, maka pada kesempatan ini saya mengajak kita merefleksikan pandangan Paus Fransiskus tentang politik, secara khusus dalam surat beliau. Tema tentang politik ada di bab 5. Dengan jelas beliau mengatakan bahwa Politik itu merupakan satu bentuk amal yang paling berharga, karena: MELAYANI KEBAIKAN BERSAMA DAN MENGAKUI BETAPA PENTINGNYA MANUSIA. Aspek seperti: KETERBUKAN, DISKUSI DAN DIALOG, penting karena bertautan langsung dengan manusia yang dilayani. Politik itu melindungi mata pencaharian dan memastikan bahwa setiap orang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. Paus berpandangan bahwa bantuan terhadap orang miskin, bukan semata-mata uang. Uang itu penting karena perannya bak obat sementara, tetapi jauh lebih penting adalah agar orang itu memiliki kehidupan yang bermartabat melalui pekerjaan.
Sangat jelas beliau mengatakan bahwa sikap politik yang kita butuhkan adalah: mengatakan tidak pada korupsi, tidak pada inefisiensi penggunaan kekuasaan yang tidak benar, dan kurang penghormatan pada hukum. Politik itu berpusat pada martabat manusia dan tidak tunduk pada uang.
Paus menegaskan bahwa gereja sebagai institusi meskipun tidak terlibat langsung dalam politik, tetapi gereja tidak meninggalkan dimensi politik dalam kehidupannya sendiri karena fokus perhatiannya pada KEBAIKAN BERSAMA DAN PERKEMBANGAN MANUSIA SEUTUHNYA.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia ini, yang menjamin KEBEBASAN KEHIDUPAN BERAGAMA, maka baik juga kita merefleksikan Surat Pastoral Paus Fransiskus secara khusus pada bab yang ke 8: TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA. Prinsip beliau adalah bahwa agama itu untuk MELAYANI PERSAUDARAAN, dengan demikian kekerasan tidak memiliki dasar dalam keyakinan agama, tapi itu kelainan. Bagi Paus, kekerasan seperti terorisme itu memilukan. Dan merupakan akibat dari salah tafsir akan teks agama atau dampak dari kebijakan yang keliru dan tidak adil, kelaparan, kemiskinan dan penindasan. Terorisme bagi Paus tidak boleh didukung dengan uang, senjata dan liputan media, karena itu adalah kejahatan internasional.
Paus Fransiskus meyakini bahwa perjalanan perdamaian antar agama adalah mungkin maka perlu menjamin kebebasan beragama karena merupakan hak asasi yang fundamental bagi semua orang beriman. Paus menyebut beberapa orang sebagai model dari saudara universal Martin Luther King, Desmon Tutu, Mahatma gandi, dan Beato: Charles de Foucauld.
Campo Belo, 6 Oktober 2020