SEMUA TERJADI DILUAR KEMAMPUANKU
Saya adalah seorang remaja berumur 19 tahun, kelahiran 22 juli 2001 Nias. Sekarang saya sedang menempuh pendidikan di bangku perkuliahan jurusan akuntansi. Saya adalah sosok pribadi yang introvert, dan bukan berarti saya anti sosial, semata-mata pribadi saya yang introvert bukanlah bawaan yang lahiriah, namun itu terjadi karna pengaruh tekanan-tekanan yang terjadi di sekitar saya.
Dari kecil, masih kelas tiga SD saya sudah mulai memikirkan hidup yang sesungguhnya, saya selalu memikirkan bagaimana saya membahagiakan orang lain terlebih kedua orang tuaku, aku selalu berfikir bahwa tak ingin meninggalkan mereka hingga mereka tua nanti. Masa kecilku kulalui dengan baik dan penuh dengan kasih sayang dari kedua orang tuaku.
Kebahagiaan terbesarku adalah saat aku dan kedua orang tuaku pergi ke gereja secara bersama-sama. Dulu ayahku adalah pribadi yang sangat tekun beribadah, dia sosok yang dermawan begitu juga dengan ibuku. Saya merasa keluargaku penuh dengan kasih, dan tidak sekalipun kami mendapat masalah dalam keluarga.
Saat aku mulai besar duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), sudah jarang sekali aku melihat ayah pergi ke gereja, setiap hari minggu dia lebih memilih tidur, istirahat di rumah. Setiap kali aku membujuknya namun itu tidak pernah berhasil. Semenjak itu saya merasa keluargaku kurang lengkap dan suasana rumah yang hampa, sering juga mendapat berbagai persoalan dan pertikaian didalam keluarga serta penyakit yang tak kunjung usai.
Saya yang menyaksikan perjalanan keluarga kami, merasa sangat tertekan. Saya merindukan suasana keluarga beberapa tahun lalu. Saya yang hanya seorang anak tak tau apa yang harus dilakukan, saya menuangkan rasa rindu itu dengan membaca Alkitab.
Di dalam alkitab saya membaca sebuah teks yang terdapat di ayat 1 korintus 11:3 yang mennyatakan “tetapi Aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah”. Aku yang tak terlalu paham dengan firman-Nya, menyimpulkan bahwa ayahku lebih dekat dengan Kristus dibanding ibuku, aku selalu memilah-milah di dalam fikiranku kenapa ayah sudah tak sering lagi ke gereja? Bukankah kodratnya lebih dekat dengan Kristus?
Seiring berjalannya waktu ibuku jatuh sakit, kini dia sudah sangat kurus. Penyakit yang di deritanya juga tidak diketahui penyebabnya meski sudah sering dirujuk ke rumah sakit. Saya yang tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menangis dan termenung sepanjang hari, setiap malam aku tak bisa tidur aku terus saja memikirkan keluargaku, aku hanya bisa berdoa dan berharap keluargaku bisa seperti dulu lagi. Hal ini membuat saya sangat tertekan hingga terbersit dibenakku untuk menjadi seorang biarawati agar aku bisa lebih tekun untuk keluargaku. Beberapa imam kita undang kerumah mengadakan doa untuk keluarga kita yang tidak baik-baik saja. Beberapa dari mereka mengatakan hal yang sama kepada ayahku “seringlah beribadah, kamu sudah sangat lama tidak datang ke gereja, kamu adalah imam bagi keluarga ini”.
Ayah kembali lagi datang ke geraja namun itu tak berlangsung lama, namun selama itu sungguh suasana di rumah tentram sekali, ini adalah sebuah keajaiban. Meskipun kekurangan disana-sini namun saya pribadi merasa tentram dan damai sekarang saya bisa tidur nyenyak dan tidak murung sekalipun keadaan ibu juga mulai membaik.
Ayah kembali gk sering ke gereja, melihat hal itu ibu berkata “dulu waktu aku masih remaja, aku pernah sakit parah bertahun-tahun seperti ini haya karna ayah tidak datang ke gereja, namun setelah ia berjanji akan datang ke gereja aku pulih kembali, saya rasa aku sakit seperti ini karna sekarang kamulah sebagai imamku sudah meninggalkan gereja”.
Keluarga kita semakin krisis mengingat kita delapan orang bersaudara udah pada sekolah, bahkan saat aku melanjut di SMA aku hampir tidak bisa. Namun aku percaya bahwa Tuhan selalu punya cara untuk membantu saya dan itu benar, aku bisa melanjutkan sekolahku ke jenjang SMA. Selama tiga tahun di SMA tak sedikit aku mengalami persoalan mulai dari kecelakaan hingga mendapat lima belas jahitan di lututku. Aku sangat bersyukur karna saya bisa menyelesaikan jenjang SMA ku dengan baik.
Setelah itu aku mulai merasa frutasi mengingat ekonomi keluarga yang kurang memadai aku yakin tak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Hanya bermodalkan uang transportasi dari Nias ke Medan untuk kerja. Pada hari keberangkatanku para kerabat menemuiku bermaksud memberi uang buat beli air di perjalanan nantinya, tak terkira jumlah uang yang saya dapat dari mereka berjumlah jutaan, aku hanya kerja satu bulan dan sudah cukup mendaftar kuliah di salah satu PTS di Medan. Aku kuliah pada siang hari dan kerja pada sore hingga malam untuk memenuhi biaya kuliah dan kebutuhanku sehari harinya. Saat memasuki semester II saya mengalami kecelakaan saat pulang dari kerja dengan dua puluh lima jahitan di keningku ini luka yang cukup parah, namun syukur aku masih baik-baik saja. Tak sedikit persoalan yang telah saya lewati namun itu tak membuat saya bimbang untuk terus maju karna aku percaya Tuhan telah membuat rencana yang lebih baik untukku.
Hal ini adalah kesaksian hidup saya yang sungguh tidak terkira, karna semua ini terjadi diluar kemampuan, kendali saya dan keluarga. Dari peristiwa ini saya percaya bahwa doa adalah jawaban dari setiap perkara yang tengah di hadapi tidak ada yang tau rencana Tuhan dalam setiap pribadi seseorang. (Marta Nefiria Halawa)