Seminar “Orang Muda Katolik Membentuk Rumah Tangga pada Usia Produktif” di Paroki St. Laurentius Brindisi
Secara sosiologis terjadi trend pergeseran usia menikah pada zaman ini. Banyak orang menunda perkawinan pada usia produktif. Sebaliknya ada yang menikah pada usia produktif tetapi menunda memiliki anak. Keadaan ini didukung usia harapan hidup semakin tinggi, berkembangnya teknologi reproduksi, serta keinginan mencapai karir pekerjaan yang mapan sebelum menikah. Demikian penjelasan dr Robert Situmorang,Sp.OG dari Komisi Kesehatan KAM kepada OMK Paroki St. Laurentius Brindisi, Pematangsiantar, Minggu, 17 Juli 2022 pada seminar bertemakan, “Orang Muda Katolik Membentuk Rumah Tangga pada Usia Produktif”.
Menurut dokter jebolan Universitas Airlangga ini, sebaiknya membentuk rumah tangga pada usia produktif. Perempuan sebaiknya menikah dibawah usia tiga puluh tahun. Sedangkan pria sebaiknya menikah di bawah usia tiga puluh lima tahun. “Penuaan membuat mutasi atau kelainan-kelainan pada materi genetik (DNA) sel telur terakumulasi yang memicu embrio yang defektif dan berakhir dengan abortus (keguguran) atau cacat bawaan pada bayi yang lahir. Wanita di awal usia 20-an memiliki sel telur abnormal sekitar 20 persen, sedangkan wanita berusia 40-an memiliki sel telur abnormal sekitar 80 persen. Sedangkan bagi pria di atas 40 tahun meningkatkan resiko kualitas sperma terganggu.”, imbuh mantan kepala Puskesmas Kepulauan Natuna ini.
Orang muda sangat penting bagi Gereja dan bangsa, karena itu sebanyak enampuluh lima orang peserta mendapat perhatian khusus dari tiga dokter Komisi Kesehatan KAM, yakni dr Ferdinand Sembiring, dr Manora Nababan, dr Robert Situmorang, dan Bapak Antonius Tampubolon sebagai pembanding. Bapak Antonius berharap bahwa orang muda Katolik penting mempersiapkan perkawinan. Perkawinan adalah tujuan bukan proses, selain sehat perlu berperilaku positif, persiapan ekonomi, karakter yang baik, adaptasi kejiwaan, dan cinta.
Ada lima tanda Keluarga Katolik yang baik, yakni, “Merayakan Ekaristi bersama, melakukan doa bersama di rumah, menjadikan keluarga sebagai sekolah cinta, memprioritaskan keluarga, dan sebagai saksi yang mengubah dunia”, imbuh Ketua Yayasan St Thomas.
Di akhir kegiatan, Parochus RP Markus Manurung, OFMCap sangat mengapresiasi dan mendukukung kegiatan Orang Muda Katolik. Seraya mengucapkan terimakasih kepada panitia, narsumber, DPPH, dan peserta yang ikut.
(Dobes Tamba)