SEMARAK NATAL DI TENGAH KELUARGA DI MASA COVID
Oleh Edison Simamora, M.Si
Natal tahun ini tentu saja tidak sesemarak pada tahun sebelumnya karena pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran covid-19. Sebagai seorang kristiani tentu saja kita mendukung protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah demi kesehatan dan keselamatan bangsa Indonesia (bonum commune). Hal ini selaras dengan semangat natal dimana Allah yang Maha Kuasa, Maha Tinggi menjadi carne (daging) dalam rupa manusia dalam pribadi Yesus yang dikandung oleh Roh Kudus dan dilahirkan oleh Maria di kandang domba di Betlehem kurang lebih dua ribu tahun lalu.
Misteri keselamatan bagi seluruh umat manusia ini biasanya dirayakan penuh khidmat dan semarak dalam perayaan liturgi, ekaristi suci dengan aneka lagu puji-pujian yang agung karena Sang Emmanuel telah lahir di tengah-tengah kita. Demi NKRI yang sehat, bebas dari Covid-19, kita setuju dengan pembatasan sosial dalam merayakan natal kali ini dan tentu saja orangtua kini dipanggil Tuhan untuk menyemarakkan perayaan natal di tengah-tengah keluarga inti di rumah masing-masing.
Perayaan Natal di Rumah sebagai Domus Ecclesia
Orangtua sebagai pimpinan di rumah masing-masing dipanggil Tuhan sebagai Imam, Nabi dan Raja sebagai bagian yang tak terpisahkan dari baptisan suci. Orangtua dipanggil Tuhan untuk melaksanakan perayaan di rumah masing-masing sebagai domus ecclesia. Keluarga itu adalah gereja mini sehingga anak-anak bisa medengarkan kembali bacaan-bacaan dan berita keselamatan dari Allah.
Gereja biasanya mempersiapkan liturgi khusus ibadah di rumah masing-masing sehingga umat Allah bisa merayakan ibadah sederhana di rumah masing-masing. Barangkali ini bisa jadi perayaan natal pertama di rumah yang dipimpin orangtua. Hal ini tentu saja memberikan pesan tersendiri bagi anak-anak yang sedang bertumbuh dan berkembang dalam iman, harap dan kasih.
Kita berharap natal tahun ini perlu dimaknai dengan situsional covid-19 tanpa kehilangan esensi natal yang sesungguhnya. Sebagaimana dosa bisa menjauhkan manusia dari Tuhan yang Maha baik, demikian kiranya covid-19 ini bisa memisahkan manusia dengan keluarga yang disayanginya sehingga perlu waspada dan berhati-hati pada serangan fajar yang tak terdeteksi. Saat-saat genting seperti saat ini kita harus mentaati protokol kesehatan dan mencegah diri tertular atau menulari siapapun.
Libur natal dan tahun baru pada beberapa hari kedepan lebih baik di rumah saja dengan merayakan dan memaknai natal dan tahun baru bersama keluarga inti. Ini jauh lebih bermakna dan lebih sehat demi NKRI. Bukankah orang Yahudi disuruh Tuhan di rumah saja tatkala tulah pada Firaun dan kaumnya diturunkan Tuhan Yahwe? Tetap di rumah dan merayakan kasih Tuhan Allah Pencipta bagi kita umat manusia terutama kehadiran Tuhan Allah dalam rupa Yesus yang lahir di palungan kandang domba adalah pilihan terbaik.
Tinggal di rumah saja bukan berarti bersenang-senang melulu. Kekristenan tidak identik dengan bersenang-senang sebab syarat mengikuti Yesus adalah memikul salibnya sendiri, menyangkal dirinya sendiri dan mengikuti Jalan Tuhan. Jauh lebih indah dan bermakna mengisi natal dan tahun baru dengan aneka katekese dan sharing iman bersama anak-anak di rumah.
Anak adalah karunia dan aset yang harus dijaga, dipelihara dan dibimbing orangtua. Cukup keliru bila anak dibiarkan begitu saja dalam pencarian identitas dirinya dan pencarian siapa Tuhan baginya. Bukan menyenangkan hati kawan-kawan di kedai tuak, tempat arisan atau tempat kerja yang paling utama tetapi memastikan bahwa anak memiliki arah dan tujuan hidup yang benar. Merayakan natal dan tahun baru yang khusuk dan penuh khikmat dalam lagu pujian, persembahan, sharing iman, katekese dan pengajaran iman adalah pilihan terbaik dalam menciptakan semarak natal di rumah bersama keluarga inti.
Hadiah Natal Terindah: Habitus Baru Pasca Covid-19
Apa hadiah natal terindah saat ini? Habitus baru pasca covid-19 dalam seluruh dimensi kehidupan kita. Pada prinsipnya habitus baru itu tercipta dalam tiga bulan bila setia dan tekun melakukan kebiasaan baru dengan penuh kesadaran. Setelah mentaati protokol kesehatan dalam menghadapi covid-19 apakah sudah tercipta habitus baru? Yakinkan diri kita masing-masing bahwa habitus baru yang selaras dengan protokol kesehatan adalah hadiah terindah bagi orang-orang yang sangat kita cintai. Hadiah ini terindah ini tentu saja akan menghindarkan kita tertular dari virus corona. Meski sudah diberi vaksin covid-19 habitus baru ini sangat bermanfaat karena dimasa mendatang kita tidak tahu virus apa yang mengancam nyawa kita. Habitus baru bahkan yang terbaharukan kelak akan membuat diri kita terhindar dari virus jahat.
Di balik hadiah terindah ini ada sesuatu yang tidak boleh diabaikan dan menjadi pesan natal bagi kita semua. Pertama, mahluk yang tak kasad mata ternyata telah merusak tata kehidupan manusia dan teknologi paling canggih tidak berkutit. Ini saatnya kesombongan manusia dikurangi. Kedua, pemikiran yang bertentangan dengan rencana keselamatan Tuhan bisa mendorong manusia menciptakan berbagai makhluk yang pada akhirnya bisa mengancam manusia itu sendiri. Ketiga manusia sudah sepatutnya memikirkan kehidupan yang mendatang dan sungguh-sungguh mempersiapkan diri pada kehidupan yang mendatang di akhirat.
Penutup
Semarak natal pada prinsipnya tergantung pada kondisi batin dan spiritual kita masing-masing. Meski tidak semeriah seperti tahun lalu natal tidak akan kehilangan maknanya terutama saat orangtua memberikan pencerahan dan makna baru dari natal itu sendiri. Selamat merayakan natal bersama keluarga inti di rumah dan kiranya Jesus yang lahir di kandang domba di Betlehem lahir juga di hati kita demi keluarga kita yang lebih bermakna. Sebagaimana para gembala merayakan natal, kelahiran Tuhan Jesus demikian kiranya merayakan natal dalam kesederhanaan dan kesukaan. Selamat natal untuk kita semua dan selamat menyongsong tahun baru.