Deseminasi Manajemen Pengelolaan Sekolah Berbasis Budaya Batak (MPSB3) Secara Online
Kolaborasi Akademisi Unimed Bersama Komdik-KAM
Akademisi Universitas Negeri Medan, Dionisius Sihombing bersama dengan Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Medan (KOMDIK-KAM) mendeseminasikan model manajemen pengengeloaan sekolah berbasis budaya Batak (MPSB3) kepada sekolah-sekolah Katolik secara daring yang dilangsungkan dari gedung Catholic Center, Medan 22 Desember 2020.
Kegiatan ini diikuti sebanyak 38 sekolah Katolik yang terdiri dari organ Yayasan, Kepala Sekolah, Guru dan Pegawai mengikuti kegiatan deseminasi dengan perhatian serius.
Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Medan, RP Daniel Erwin Manullang OFMCap dalam sambutannya mengutip nota pastoral pendidikan KWI, mengatakan bahwa lembaga pendidikan katolik, diharapkan menata pendidikan secara partisifatif dalam pengambilan keputusan secara bersama -musyawarah mufakat.
Menurutnya kenyataan di lapangan belum berlangsung baik sehingga memerlukan pembenahan. Hal itu juga tergambar dalam penelitian KOMDIK-KAM tahun 2017. Untuk mengatasi persoalan manajemen pengelolaan itu, sebuah model manajemen pengelolaan sekolah dihadirkan oleh akademisi Unimed Medan, Dionisius Sihombing. Saat ini beliau sedang menyusun disertasi doktoralnya dalam kajian bidang manajemen pendidikan, yaitu model manajemen pengelolaan berbasis budaya Batak, dimana penekanannya juga terkait pembentukan pola komunikasi dan interaksi yang berdampak pada tumbuhnya partifipasi dan kerjasama aktif dengan semua pihak (stakeholders) pendidikan. Seperti halnya dalam proses penentuan tri organ fungsional dari masyarakat sekolah diadaptasi dari philosophi budaya Batak Dalihan Na Tolu.
Menurut Dion, ada tiga organ yang saling bersinergi dalam sekolah dan mereka harus saling mengerti peranan dan fungsinya di sekolah. Misalnya sebagai perancang program, sebagai pemberi restu program, dan sebagai pelaksana teknis operasional program sekolah.
Organ itu adalah Pengurus Yayasan, Kepala Sekolah dan Pendidik serta tenaga pendidikan. “Sejauh yang saya cermati dan pahami dalam model yang disusun bahwa masyarakat sekolah harus bersinergi, bekerjasama dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi semua program sekolah. Model tersebut adalah sebuah tawaran solusi ilmiah yang patut diterapkan di sekolah dan model itu adalah sumbangsih solusi bagi mengatasi persoalan pendidikan yang terjadi” ungkap Dion yang juga sekretaris Komdik KAM.
Mengenalkan Model MPSB3 dari Philosopi Dalihan Na Tolu
Dalam penyajiannya, Dion mengatakan bahwa model manajemen pengelolaan sekolah berbasis budaya Batak (MPSB3) yang disusunnya, diyakini positif dalam mendorong tumbuhnya komunikasi dan interaksi yang baik diantara masyarakat sekolah. Menurutnya metode yang usungnya mampu mendorong lahirnya kerjasama dan partisifasi aktif untuk mensukseskan program sekolah sehingga visi, misi dan tujuan sekolah yang digariskan terwujud.
Model MPSB3 adalah pendekatan sistem komunikasi, interaksi, kerjasama dan kordinasi diantara tiga organ sekolah yang dikelompokkan dan diadaptasi dari Budaya Batak sesuai fungsional Dalihan Na Tolu, Yaitu: Unsur Yayasan sebagai pemberi restu atas rancangan pengembangan sekolah yang diusulkan Kepala Sekolah, dimana Kepala Sekolah dan wakilnya sebagai organ perumus/pemilik program, sementara Guru/Tenaga Pendidikan di sekolah sebagai pelaku atau pelaksana operasional dari program yang dirancang.
Dalam kaitannya di sekolah, bahwa rencana program sekolah yang sudah disusun perlu disosialisasi atau diparipurnakan melalui Rapat Akbar Sekolah (RAS) yang melibatkan semua pihak sekolah yaitu: organ yayasan sebagai pemberi restu atas rencana program, organ Kepala Sekolah sebagai pengurus/perumus/pemilik program dan Organ Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai organ pelaku/pelayan yang mengurusi secara teknis program sekolah, dan melibatkan pihak pendukung seperti Komite Sekolah, OSIS, Alumni dan Dunia Usaha/Dunia Industri.
Kegiatan RAS atau paripurna bertujuan untuk mensosialisasikan rencana program sekolah, mengambil keputusan, menetapkan rencana menjadi program sekolah, menetapkan atau mengangkat Pihak dari unsur masyarakat sekolah untuk menjadi Kordinator/Tim penanggungjawab atas sejumlah program sekolah yang ditetapkan.
Begitulah finalisasi program sekolah diputuskan. Pada kesempatan itu dimungkinkan beroleh bantuan saran dalam pembiayaan operasional sekolah untuk mendukung pencapaian mutu atau kualitas. Setelah finalisasi program sekolah, terbentuklah organ turunan baru, yaitu, Tim Kerja Penanggungjawab utama yang dipilih dalam RAS sebagai pemilik program/penanggungjawab utama yang mengendalikan operasional program, Kepala Sekolah sebagai Pemberi Restu atas pelaksanaan program sekolah, dan tim kerja teknis dari unsur Pendidik dan Pegawai sebagai petugas/pelayan yang mengurusi kelancaran operasional program sekolah.
Organ sekolah yang terbentuk harus saling bersinergi atau bekerjasama mensukseskan program sekolah, berperilaku hati-hati terhadap unsur yang diposisikan sama satu level (pemilik/pengendali program), berperilaku hormat kepada organ yang menyetujui atau merestui pelaksanaan program dan berperilaku kasih sayang dengan organ pelayan/pelaksana teknis program. Semua Organ harus saling terbuka kepada komunikasi, interaksi dan kerjasama yang sinergis, tidak egois atau menang sendiri, dan berkomitmen yang sama kepada ikatan visi, misi dan tujuan sekolah dan membangun komunitas atau keluarga persaudaraan sekolah. Model dan petunjuk pelaksanaannya telah disusun dalam buku model dan sudah dibagikan kepada grup WA Kepala Sekolah untuk disebarluaskan.
Beberapa dari peserta merespon bahwa model yang dihasilkan sangat membantu pengelolaan sekolah umumnya dan khususnya sekolah-sekolah Katolik di Keuskupan Agung Medan. Peserta berharap model yang dihasilkan dapat ditindaklanjuti untuk menghadirkan sekolah Katolik yang semakin sesuai harapan.
Kegiatan deseminasi berlangsung dengan baik, dimoderatori oleh Parno Mahulae, M.Pd. Kegiatan diawali dan ditutup dengan doa dipimpin oleh Ketua KOMDIK-KAM P.Daniel Erwin Manullang.
Ungkapan Terimakasih
Dalam sesi penutup Dionisius Sihombing mengucapkan terimakasih kepada Uskup Agung Medan, Ketua Komdik-KAM, Yayasan Santo Yoseph Medan di Pematangsiantar, Kepala Sekolah, Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMA/SMK Yayasan Santo Yoseph Medan yang telah bekenan mendukung penelitian dilaksanakan, menyediakan data, menghimpun responden untuk tiga tahapan uji coba, dari tahap terbatas, tahap utama, dan tahap operasional, dengan segala saran penyempurnaan hingga menjadi model final yang dihasilkan yaitu Model Pengelolaan Sekolah berbasis budaya Batak (MPSB3).
Terimakasih juga disampaikan kepada Promotor Penelitian Disertasi, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., dan Prof. Dr. Benyamin Situmorang, M.Pd yang telah membimbing dengan seksama penyusunan disertasi, kepada pakar manajemen sekolah, pakar budaya/Batak, dan kepada praktisi manajemen yang telah bersikap ilmiah dalam memvalidasi konsep model yang diajukan, hingga mereka menyatakan layak untuk diujicoba di sekolah.
Atas semua itu disampaikan terimakasih dan semoga Tuhan memberkati semua pihak atas semua kebaikan, perhatian dan ilmu yang diberikan. Perlu diketahui bahwa kegiatan deseminasi juga telah dilakukan secara langsung kepada warga sekolah Yayasan Budi Dharma Banda Aceh di Banda Aceh bersama dengan Komdik-KAM pada 17 Desember 2020. Artinya kegiatan deseminasi model ini telah dilakukan secara tatap muka dan online, sehingga warga sekolah telah mengetahui informasi pengembangan ilmu pengetahuan bidang manajemen pendidikan khususnya model pengelolaan sekolah berbasis budaya batak (MPSB3). (rilis)