Perkuat Karakter Stakeholder Sekolah, Dion Sihombing Sosialisasikan Model Manajemen Berbasis Budaya Lokal
Akademisi Universitas Negeri Medan (Unimed), Dr. Dionisius Sihombing, M.Si., sosialisasikan Model Manajemen Sekolah Berbasis Budaya Batak (MSB3), sekaligus memperkuat Karakter Stakeholder di sekolah TK Antonius dan SD Budi Luhur Medan- Yayasan Don Bosco.
Kegiatan ini berlangsung di Gedung Pertemuan SD Budi Luhur Medan, Sabtu 19 Maret 2022. Dalam paparannya, Dr. Dionisius Sihombing, mengajak para stakeholder internal sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, wakil kepala, guru, pegawai TK Antonius dan SD Budi Luhur Medan untuk berbenah dan membaharui perilaku organisasi yang mengedepankan kasih atau holong dalam melaksanakan tugas di sekolah.
Dr. Dionisius Sihombing, yang juga sekretaris Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Medan (Komdik KAM) ini menyebut bahwa perubahan perilaku organisasi sekolah diharap terjadi oleh pimpinan, anggota dan situasi lingkungan organisasi. Karena itu semua anggota organisasi harus sama-sama berubah dan tak boleh hanya satu dua pihak.
“Apabila sekolah ingin meraih tujuan, visi dan misinya, maka setiap anggota organisasi wajib berperilaku positif: saling menghormati, saling mendengar, dan sopan santun dalam berkomunikasi dan kordinasi tugas secara kerjasama”.
Setiap unsur di sekolah harus merasa satu tim dan saling bekerjasama. Di dalamnya setiap anggota mesti beroleh perlakuan yang manusiawi: saling hormat, didengar dan dihargai, termasuk kelebihan dan kekurangannya. Jika ada pihak yang merasa tidak diperlakukan sama maka akan menjadi penghalang bagi kemajuan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Praktisi Pendidikan ini menambahkan bahwa masing-masing anggota organisasi sekolah wajib tahu posisi dan peranannya. Sehingga memahami dengan jelas apa tugas dan tanggung jawabnya serta bagaimana bersikap, berkomunikasi maupun berkordinasi dengan unsur lainnya.
“Dalam budaya Batak sudah sejak lama para anggotanya diwariskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip membina komunikasi dan mendorong partisipasi dalam aneka kegiatan budaya. Hal inilah yang menjadi dasar model Manajemen Sekolah Berbasi Budaya Batak yang dihasilkannya lewat Desertasinya belum lama ini. Ia berharap model manajemen sekolah yang telah teruji tersebut, bisa dipraktekkan di sekolah demi mencapai kemajuan maupun dalam upaya melahirkan karakter kasih diantara stakeholder sekolah”.
“ Jika diadaptasi, pola budaya Batak di sekolah sangat memungkinkan dan hasilnya akan jadi lebih baik, sebab masing-masing unsur di sekolah bekerjasama secara lebih baik karena menyadari dan memahami posisi, peranan dan fungsinya di sekolah” tandasnya.
Dalam pertemuan tersebut, para peserta memberikan tanggapan yang baik dan merasa tertarik untuk mempraktekkannya di lingkungan sekolah masing-masing. Dengan demikian tujuan pendidikan bisa dicapai dengan baik, sejalan dengan nilai-nilai budaya lokal yang relevan hingga saat ini.