Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair
Komsoskam.com-Tomok- “Keluarga Sejahtera” merupakan fokus Pastoral Keuskupan Agung Medan salama tahun 2020. Setiap paroki diharapkan menyusun kegiatan untuk mencapai indikator sebagaimana telah ditentukan oleh TPP KAM.
Dari program yang telah direncanakan tim PSE Paroki St. Antonio Maria Claret Tomok, salah satunya adalah pelatihan pembuatan pupuk organik dan penguatan kelompok. Dari kegiatan ini diharapkan perubahan pola pikir umat khususnya “para petani”.
Maka Sabtu, 22 Februari 2020 (sepanjang hari) diadakan pelatihan pembuatan pupuk organik cair di aula Paroki. Kegiatan ini disambut baik oleh umat perwakilan dari 18 (delapan belas) Stasi yang ada di Paroki Tomok. Pada kesempatan ini juga hadir Bapak Buha Simbolon yang merupakan salah satu staff Yayasan Caritas PSE Keuskupan Agung Medan. Sabat Nababan sebagai Pastor Paroki dan sekaligus menjadi narasumber dalam kegiatan ini.
“Berani menjadi agen perubahan”
Diawal kegiatan dipaparkan bahwa, “salah satu kelemahan petani adalah tidak memiliki daya tawar dalam memasarkan hasil pertanianya, petani tidak ikut menentukan harga pasar sehingga sering terjadi, petani tidak mengalami kehidupan yang lebih baik”. Pastor Sabat juga menambahkan bahwa, “seorang petani harus mengenal tanaman yang dibudidayakannya dan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan tanaman itu”.
Beberapa peserta mengungkapkan pengalaman mereka dalam bertani dan mengakui betapa mereka buta dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan tanaman yang mereka tanam. Bahkan mereka mengatakan “betapa bodoh” hanya kemauan saja yang tinggi, tetapi buta dalam hal perawatan sehingga tanaman menjadi kurang produktif.
Petani, tanah dan pupuk merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Petani menambahkan pupuk supaya tanamannya menjadi tanaman yang produktif. Dewasa ini petani sudah dengan mudah memilih berbagai jenis pupuk kimia, tentu dengan modal yang cukup besar. Tubuh manusia membutuhkan nutrisi yang diperoleh dari makanan.
Sama halnya seperti tubuh manusia, tanaman juga membutuhkan kecukupan nutrisi untuk menopang pertumbuhannya secara optimal. Nitrogen, phospor dan kalium adalah tiga unsur besar yang dibutuhkan tanaman”. Selain ketiga unsur ini, tanaman juga membutuhkan hormon pertumbuhan yakni auksilin, gibirelin dan sitokinin.
Ketiga unsur utama ini belum tentu memenuhi nutrisi tanaman jika tetap tergantung pada penggunaan pupuk kimia. Unsur makro nitrisi tanaman dan hormon pertumbuhan dapat dengan mudah dan murah diolah secara mandiri agar tanaman tumbuh subur dan tanah tidak rusak.
Narasumber memaparkan secara rinci ketiga unsur utama dan hormon pertumbuhan pada tanaman telah disediakan Allah di alam secara melimpah dan berkelanjutan. Kemudian dilakukan uji coba daya hantar listrik dalam beberapa formulasi pupuk cair organik karena “Semakin tinggi daya hantar listrik maka pupuk tersebut semakin baik untuk tanaman”, tutur narasumber dalam penjelasannya.
Peserta pelatihan semakin tercengang ketika narasumber mendemonstarsikan uji daya hantar listrik pada pupuk organik cair, pupuk kimia, air kemasan dan air sumur tanah. Pengujian dilakukan pada pupuk urea, pupuk TSP, KCl, pupuk mutiara, hasil fermentasi kulit buah, zpt, air mineral, air sumur.
Peragaan ini dilakukan dengan menggunakan 2 buah bola lampu pijar ukuran 25 watt. Di mana bola yang satu hidup sebagai sample (contoh). Jika bola yang mati “hidup” ketika dimasukkan ke dalam larutan pupuk berarti pupuk tersebut memiliki daya hantar listrik.
Dari hasil pengujian daya hantar listik KCl hampir sama dengan daya hantar listrik ZPT (pupuk organik cair yang difermentasikan) apakah para petani masih perlu bertahan menggunakan pupuk kimia KCl dengan harga yang mahal?
Membuat pupuk organik cair bukanlah hal yang sulit dan membutuhkan biaya mahal, tetapi hanya membutuhkan kemauan. Bahan-bahannya juga sangat terjangkau dan mudah didapatkan secara melimpah di alam.
Salah satu contoh formulasi pupuk organic cair terdidiri dari: Air kelapa 1 liter, kecap manis 300 ml, ajinamoto 14 gr, telur ayam kampung 5 butir. Cara pembuatan dan penggunaannya: telur dihancurkan, semua bahan dicampur dan difermentasikan selama 1 minggu. Cairan sudah bisa digunakan dengan dosis 250 ml untuk 12 liter air biasa. Semprotkan pada tanaman di bawah jam 11.00 atau di atas jam 16.00 khusus untuk tanaman yang mau berbunga.
Dipenghujung kegiatan ini, RD. Sabat Nababan, mantan penggerak PSE KAM, mengajak peserta untuk menyadari bahwa pentingnya perubahan pola pikir, supaya pola rasa berubah serta pola tindak berubah. Maka butuh keberanian melakukan pembaharuan, dengan meninggalkan kebiasaan lama. ”……Jadilah agen perubahan…..”
Semoga pelatihan pembuatan pupuk organik cair ini semakin meninggkatkan kualitas tanaman dan para petani khususnya di wilayah Paroki St. Antonio Maria Claret menjadi keluarga sejahtera.
Sr. M.Yosepha Gultom FCJM