BERBENAH SEBELUM BERJUANG | Kotbah 1 Maret 2020
Sebelum memulai karya-Nya di hadapan publik, dalam bimbingan Roh Kudus, Yesus menarik diri ke padang gurun. Di tempat sunyi yang penuh bahaya itu, Yesus merasa sepi dan digoda. Yesus merasakan konflik untuk menuruti keinginan sendiri atau mengikuti panggilan Allah. Yesus sadar, perjalananNya tertuju ke Kalvari. Dia harus meminum piala penderitaan yang begitu berat dan tragis.
Iblis yang mengetahui nasib yang akan menimpa Yesus menggoda-Nya untuk mengubah batu menjadi roti. Batu adalah simbol sesuatu yang keras, kasar dan berat, dan roti adalah simbol hidup serba mudah dan tidak perlu bersusah-susah. Di hadapan pengalaman Kalvari yang tampak seperti batu, berat, tragis dan mematikan, Yesus digodai mengubah pilihan. Dia diminta untuk mengubah batu menjadi roti, artinya menolak menjadi Mesias yang menderita, mati dan bangkit; lalu ditawarkan memilih roti: jalan hidup yang serba enak, mudah, tanpa salib dan penderitaan.
Yesus dihadapkan kepada Mesias yang dinantikan orang Yahudi, yakni Mesias yang membangun kembali kerajaan Daud yang kuat dari segi sosial, politis dan ekonomis; Mesias yang akan membebaskan mereka dari tekanan bangsa Romawi. Di hadapan godaan Mesias politis itu, Yesus tetap memilih sebagai Putra Allah yang mewujudkan perutusan-Nya lewat kekuatan Salib. Ia tetap taat pada Bapa demi keselamatan dunia. Yesus melupakan diri. Dia ingat akan kehendak Bapa-Nya dan dunia yang perlu diselamatkan.
Ketiga godaan itu juga dihadapi orang kristen zaman ini. Godaan untuk lari dari kenyataan hidup pribadi dan sejarah masa lalu yang menyakitkan. Godaan mencari kemuliaan, pangkat dan nama besar. Godaan akan kuasa untuk memerintah dan menguasai. Dalam masa puasa ini secara khusus kita diajak belajar dari Yesus untuk menghadapi dan mengatasi godaan-godaan hidup dengan cara yang benar. Inilah akhir dari masa pencobaan di Padang Gurun, tapi bukan akhir dari perjuangan-Nya. Dalam peziarahan menuju tanah terjanji, kala menghadapi pencobaan di padang gurun bangsa Israel takluk. Di tempat yang sama Kristus, sebagai Israel baru, keluar menjadi pemenang. Dalam jawaban-Nya Yesus mengutip Kitab Suci. Kehidupan Yesus senantiasa mengalir dari Sabda Tuhan. Dalam menjalani masa puasa, kita diajak menimba kekuatan dari Firman Tuhan.
Seorang Indian Amerika sedang memberi kesaksian tentang pencobaan. Dia berkata, “Saudara-i, saya seolah-olah memiliki dua ekor anjing yang terus saja berkelahi dalam hati saya. Yang seekor sangat baik, cantik dan berbulu putih. Dia selalu melindungi kepentingan-kepentingan saya. Seekor lainnya sangat jahat dan berbulu hitam, dan selalu mencoba merusak banyak hal yang ingin saya bangun.” Salah seorang pendengarnya bertanya, “Anjing mana yang menang?” Orang itu menjawab dengan cepat, “Anjing yang pertama.” Jika kita berjalan di dalam Roh, kita tidak akan memenuhi hawa nafsu daging.
Masa puasa adalah saat merenungkan panggilan kita sebagai anak-anak Allah dan berupaya membuatnya lebih berbuah. Kita sadar, tak seorang pun memiliki kesetiaan yang tidak pernah goncang. Perhatian dan perasaan kita kerap terpikat oleh daya tarik dunia yang bisa mengaburkan pandangan kita. Si jahat menawarkan diri sebagai kepenuhan dan perwujudan diri manusia. Percaya akan Sabda Allah, orang beriman bersaksi atas pilihannya. Memilih Allah tidak selalu menyenangkan dan sering membawa rasa takut. Namun, kemenangan Kristus membawa optimisme bagi orang yang percaya kepada-Nya. Yesus, yang telah sukses mengalahkan semua godaan, akan membantu kita menghadapi godaan dan tantangan hidup. Amin.