KATEKESEREFLEKSI

BERJAGA-JAGA

Loading

KOTBAH MINGGU | RP FRANS SITUMORANG OFMCap

Yes 2:1-5; Rom 13:11-14a; Mat 24:37-44/ Hari Minggu Adven I
Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang

Injil melukiskan kedatangan Anak Manusia yang diawali oleh kejadian yang amat menakutkan. Situasi semakin tak menentu, sebab Ia akan datang ibarat pencuri. Manusia mesti siaga tinggi agar tragedi pada masa Nuh tidak terulang lagi. Hidup mesti dikoreksi dan dievaluasi dari sudut pandang hari kedatangan Tuhan. Mereka yang terlena dan ikut arus kenikmatan dunia ini akan mengalami nasib fatal. Bukan rasa cemas yang ingin ditonjolkan, tapi kesetiaan memaknai dan mengisi hidup dalam perspektif kedatangan Tuhan. Waspada serta berjaga-jaga adalah bukti kesiapaan dan kerinduan menerima Tuhan. Sikap yang mesti dikembangkan adalah gembira, sebab Ia yang akan datang itu adalah kepenuhan keselamatan dan damai sejahtera kita.

Yesaya, yang mendapat perutusan ketika ketegangan, pergolakan dan krisis melanda para bangsa, menubuatkan bagaimana segala bangsa pergi ke gunung tempat rumah Tuhan berdiri. Hasilnya luar biasa. Para bangsa yang dulu bertikai kini tidak lagi membutuhkan senjata perang. Mereka menempa pedang menjadi bajak dan tombak menjadi pisau pemangkas. Tidak ada lagi permusuhan. Semua bangsa menjadi saudara dan hidup dalam perdamaian.
Paulus melihat hidup orang kristen dalam bingkai kedatangan Kristus, yang ditandai oleh peralihan dari gelap kepada terang. Perbuatan kegelapan yang mesti ditinggalkan ialah pesta pora, kemabukan, perselisihan, iri hati, percabulan dan nafsu. Umat diajak supaya selalu bangun dan mengenakan cara hidup Kristus, yakni kasih, sebagai perlengkapan senjata terang.

Baca juga  ORANG SAMARIA YANG MURAH HATI

Suatu hari Demostenes, seorang ahli pidato Yunani, tengah membela perkara seorang miskin, tapi para hakim tak peduli. Demostenes menginterupsi sidang dan menceritakan suatu kisah: “Para hakim yang mulia, saya ingin menceritakan sebuah kejadian aneh. Seorang pria menyewa seekor keledai untuk pergi ke Atena. Dalam perjalanan, dia turun dari keledai sewaannya untuk beristirahat pada bayang-bayang keledai, sebab matahari panas. Tapi, pemilik keledai itu keberatan dan meminta agar sewa dinaikkan, sebab bayangan keledai itu belum dihitung. Mereka berdua bertengkar terus.” Setelah itu Demostenes berhenti. Ketika hendak meneruskan membela perkara si miskin, hakim berteriak, “Ceritakanlah kepada kami bagaimana perselisihan itu berakhir!” Ahli pidato ulung itu berkata, “Tuan-tuan hakim yang mulia, seharusnya kalian malu. Saat saya membela perkara si miskin ini, kalian tidak peduli. Tapi, waktu saya menceritakan kisah tentang bayangan seekor keledai, kamu semua menaruh perhatian.”

Dalam hidup ini perlulah selalu waspada terhadap hal-hal yang penting dan tidak membiarkan diri dikuasai oleh perkara sepele. Kini kita memasuki masa Adven, masa penatian yang kaya akan rahmat. Kita mengarahkan hati untuk menyambut Juruselamat. Kedatangan-Nya bisa menjadi rahmat atau bencana bagi orang yang acuh. Kita menyiapkan diri menuju Natal dengan perhatian agar dapat memaknai keagungan dan kebesaran kasih Tuhan.

Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita untuk mengajar kita menempuh jalan Tuhan. Menanti bukanlah menunggu sesuatu akan terjadi. Banyak orang yang tahu Natal akan terjadi dan Kristus akan datang sebagai hakim di akhir zaman, tetapi tidak melakukan apa-pa. Penantian mengajak kita aktif mendekatkan diri pada Tuhan, menata hidup dalam doa, berjalan pada jalan-jalan Tuhan, beralih dari hidup yang diwarnai kegelapan kepada hidup yang penuh terang, adil dan jujur. Amin.

Facebook Comments

Leave a Reply