NEWSOPINIREFLEKSI

Kamu Berharga di Mata Allah, Jadilah dirimu sendiri

Loading

Perlu disadari bahwa sampai kapan pun kita tidak akan pernah dapat sama persis seperti orang lain. Yang dapat kita lakukan adalah meneladani atau mencontoh sisi positif dari kehidupan orang lain: perihal keberhasilan, prestasi, atau kreativitas mereka.

Ini dapat memotivasi kita untuk lebih bersemangat dalam menjalani hidup: jika mereka dapat, tidak menutup kemungkinan kita pun pula dapat.

Terkadang muncul rasa rendah diri atau minder, berkecil hati, mengasihani diri sendiri dan berputus asa oleh karena merasa kita tidak memiliki sesuatu yang istimewa. Kita merasa tidak ada apa-apanya dibanding mereka.

Tidak seharusnya kita bersikap demikian, karena sesungguhnya per orang selain punya nilai lebih pasti pula punya kelemahan, seperti peribahasa: ‘tak ada gading yang tak retak, artinya tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal.

Satu hal yang perlu kita sadari sebagai manusia adalah di dalam diri ini ada kelemahan. Kelemahan tersebut dapat berupa keterbatasan fisik (cacat), penyakit tertentu, atau mungkin pula keterbatasan emosional berupa trauma, kepahitan, temperamen bawaan atau pula keterbatasan kecerdasan. Namun hendaknya kelemahan itu bukan menjadi penghalang bagi kita untuk menjadi yang terbaik.

Sadarilah betapa Tuhan mengijinkan adanya kelemahan dalam diri seseorang dengan tujuan hendak menyatakan kuasa-Nya. Dalam kitab suci,  Tuhan berkata, ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Korintus 12:9).”

Ketahuilah bahwasanya  ketika kita menjadi diri sendiri itu adalah cara terbaik bagi kita untuk melayani orang lain. Seorang tokoh bernama David G. Benner dalam bukunya, The Present of Being Your self, mengatakan: “Saat kita menjadi semakin serupa dengan Kristus, maka kita akan menjadi semakin unik sebagai diri kita yang sejati.” Beliau secara nyata mengajak kita untuk menjalani kehidupan yang murni di hadapan Allah dan dunia.

Satu hal yang pasti, ketika menjadi diri sendiri akan mempengaruhi apa yang akan kita bagikan bagi orang disekeliling. Kita menjadi tahu apa yang menjadi bakat dan minat kita. Karenanya kita harus memaksimalkannya dan menunjukkannya kepada dunia demi menyatakan kebaikan Allah.

Misalnya, ketika kita hobi bernyanyi maka kita akan menyanyikan lagu demi memuliakan Allah. Jika dirimu menyukai menulis, menggambar, atau memiliki kepedulian di bidang kesehatan, semua hal itu dapat kita pakai untuk menyatakan kemuliaan Tuhan jika dibagikan.

Marilah sahabat.. mulailah mengenal diri kita sendiri di dalam Tuhan. Kita mampu melayani orang lain dengan kekurangan dan kelebihan yang ada pada diriku selama kita melakukannya dengan kasih yang tulus.

Jadi ingatlah… Janganlah kamu menganalisis atau membandingkan diri dengan orang lain. Kamu adalah dirimu yang paling sejati ketika mata kamu terarah kepada Yesus (Ibrani 12:2).

Saat kamu mengikuti-Nya dengan iman dan saat kamu melayani sesama dengan karunia yang Dia percayakan kepadamu (Roma 12:4-8). Jadilah yang terbaik dari versi dirimu.

 

Facebook Comments

Sri Lestari Samosir

Ibu Bahagia. Freelance Writer. Womanpreneur.

Leave a Reply