KATEKESE

Mengapa umat Katolik percaya bahwa alam semesta diciptakan dan diatur oleh Allah yang Mahakuasa?

Loading

Iman dan Akal Budi akan Allah Tritunggal Mahakudus 

Mengapa umat Katolik percaya bahwa alam semesta dan segala kehidupan di dalamnya diciptakan dan diatur oleh Allah yang Mahakuasa? Apa bukti nyata yang dapat membenarkan keberadaan dan kemahakuasaan Tuhan?

Umat Katolik percaya bahwa alam semesta adalah ciptaan. Alam semesta diciptakan oleh Allah yang Mahakuasa yang kekuasaan-Nya eksklusif dan mutlak. Bukti yang menunjuk kesimpulan itu begitu banyak dan meyakinkan sehingga tempat bagi keraguan yang sekecil apa pun sama sekali tidak ada.

Pembuktian pertama didasarkan pada logika. Melalui proses penalaran matematis sederhana, manusia mau tidak mau berhadapan langsung dengan prinsip-prinsip pasti yang tak terbantahkan, yakni segala sesuatu memiliki sebab; dengan kata lain, tidak ada apa pun yang dapat membuat dirinya ada dari dirinya sendiri. Karena itu, terdapat rantai panjang penyebab di alam semesta; tetapi pada akhirnya harus ada penyebab pertama, penyebab yang tidak disebabkan. Penyebab yang tidak disebabkan ini kita sebut Allah. Teori evolusi, bahkan jika itu bisa dibuktikan, tidak akan menjelaskan asal usul apa pun; evolusi hanya berurusan dengan apa yang mungkin terjadi setelah materi ada.


Selanjutnya, juga berdasarkan logika, kebenaran di bawah ini tidak dapat dibantah:

  • penciptaan pribadi (manusia) mengandaikan kepastian bahwa terdapat Pencipta yang harus lebih tinggi daripada manusia
  • alam semesta yang sangat tertata ini mengandaikan kepastian bahwa ada Penata alam semesta
  • energi kosmik mengandaikan adanya Pencipta energi kosmik
  • hukum alam mengandaikan Pembuat Hukum Universal

Prinsip-prinsip dasar akal budi seperti ini menjelaskan mengapa begitu banyak ilmuwan terkemuka dunia sungguh orang-orang yang percaya akan Allah.

Kemudian, ada bukti berdasarkan Wahyu Ilahi. Pada kesempatan yang tak terhitung jumlahnya Allah telah mengungkapkan diri-Nya melalui suara, penglihatan dan penampakan sehingga indera manusia dapat menangkapnya. Allah juga menunjukkan Kemahakuasaan-Nya dengan mukjizat supranatural yang luar biasa. Banyak dari wahyu ini merupakan catatan sejarah yang diautentikasi.

Alkitab, misalnya, penuh dengan kisah-kisah seperti itu; dan di zaman modern dunia telah menyaksikan mukjizat-mukjizat seperti yang terjadi di Fatima, Portugas, dan Lourdes, Perancis. Selain itu, jasad orang kudus Katolik, seperti St. Bernadet, yang meninggal pada tahun 1879, tetap utuh, tidak membusuk; Hosti Ekaristi Lancianus, Italia, telah terbukti secara ilmiah sebagai daging manusia dan darah manusia dengan golongan darah AB. Inilah beberapa mukjizat yang berlangsung di abad ke-20, yang menunjukkan keberadaan (eksistensi) Allah.

Bukti terakhir yang tidak kalah meyakinkan didasarkan pada intuisi manusia. Para psikolog telah lama mengetahui bahwa setiap manusia, termasuk mereka yang ateis, secara intuitif mencari pertolongan Allah di saat-saat bencana besar, dan secara naluriah memohon belas kasihan Allah ketika kematian sudah dekat. Voltaire, misalnya, adalah seorang ilmuwan Perancis yang sangat terkenal. Saat menikmati kesehatan, ketenaran dan kekayaan, dia begitu mahir, fasih dan yakin dalam penyangkalannya terhadap Allah. Menurutnya, Allah tidak ada.

Namun ketika berbaring di ranjang kematiannya, dia menolak semua tulisan ateisnya dan dengan panik dan gelisah mencari seorang imam Katolik untuk membantunya meredakan kepanikan dan kegelisahnnya. Nikolai Lenin, ketika dia berbaring di ranjang kematiannya, melihat sekelilingnya dan dengan panik meminta maaf atas meja dan kursi di ruangan itu. Karena seperti kelaparan akan makanan menyatakan keberadaan makanan, kelaparan intuitif manusia akan Allah mewartakan Realitas, Kemahakuasaan dan Keadilan Allah. Dan inilah yang dialami dan diakui oleh Len Oleh karena itu, kepercayaan Katolik kepada Tuhan adalah murni dan merupakan ekspresi kewarasan intelektual.

Mengapa umat Katolik percaya bahwa Allah itu Satu dalam tiga Pribadi, yang disebut Tritunggal Mahakudus? Bagaimana Allah bisa menjadi tiga Pribadi dan tetap merupakan satu Allah?

Umat Katolik percaya bahwa ada satu Allah yang terdiri dari tiga Pribadi ilahi yang berbeda dan setara, yakni Bapa, Putera dan Roh Kudus karena dalam banyak kesempatan Allah telah menggambarkan diri-Nya demikian. Perjanjian Lama memberikan isyarat bahwa ada lebih dari satu Pribadi di dalam Allah.

Dalam Kejadian 1:26, Allah berkata, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” Dalam Yesaya 9:6-7, Allah Bapa menyatakan kedatangan Anak Allah yang sudah dekat ke dalam dunia. Dalam Mazmur 2:7, kita membaca, “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” Dan di dalam Perjanjian Baru, Yahweh mengungkapkan doktrin ini dengan lebih jelas lagi.

Misalnya, pada saat pembaptisan Yesus Kristus, Roh Kudus menampakkan diri dalam bentuk burung merpati, dan suara Allah Bapa terdengar: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:16-17). Dalam Matius 28:19, Allah Putra memerintahkan para Rasul untuk membaptis “dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Dan dalam 1 Korintus 12:4-6, “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.”

Tiga Pribadi ilahi dalam Ketuhanan yang Maha Esa mungkin tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia, tetapi itulah yang diharapkan. Bagaimana manusia dapat sepenuhnya memahami susunan Tuhan yang tak terbatas ketika ia tidak dapat sepenuhnya memahami susunan dirinya sendiri yang terbatas? Kita harus menerima firman Tuhan untuk itu. Juga, kita dapat memuaskan diri kita sendiri mengenai kelayakan susunan tritunggal Allah dengan mempertimbangkan berbagai realitas tritunggal lainnya.

Segitiga, misalnya, adalah satu bentuk yang berbeda dengan tiga sisi yang berbeda dan sama. Dan daun semanggi adalah satu daun dengan tiga kelopak yang berbeda dan sama. Ada banyak trinitas fisik di bumi, oleh karena itu Tritunggal Spiritual, yang adalah Tuhan di Surga, tidak bertentangan dengan akal manusia, tetapi melebihi (di atas) akal manusia.

Mengapa umat Katolik percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah Putra, Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus? Bukankah lebih masuk akal untuk percaya bahwa Dia adalah orang yang agung dan kudus, seorang pemimpin agama dengan bakat dan dedikasi yang luar biasa, dan seorang nabi?

Umat Katolik percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, yang berinkarnasi dalam daging manusia. Itu berarti:

  • Yesus adalah manifestasi fisik Allah di bumi; segala sesuatu yang berkaitan dengan manifestasi atau inkarnasi ini dinubuatkan berkali-kali dalam Wahyu Ilahi, dan Yesus menggenapi nubuat itu
  • Yesus mengklaim bahwa Dia adalah Allah (Yohanes 10:30, 14:9-10 dan banyak bagian lainnya), dan Dia tidak pernah menipu siapa pun karena memang Allah tidak dapat menipu dan berbohong
  • Yesus membuktikan keilahian-Nya dengan kekudusan-Nya yang sempurna dan kesempurnaan ajaran-Nya yang tanpa cacat cela
  • Yesus dapat membuat mukjizat: mengubah air menjadi anggur di pesta nikah di Kana, berjalan di atas air, memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, dan, setelah kematian-Nya di kayu Salib, Ia bangkit dari kubur-Nya sendiri
  • hanya Tuhan yang dapat, dalam waktu singkat tiga tahun, tanpa penaklukan militer, tanpa kekuatan politik, tanpa menulis satu baris pun atau melakukan perjalanan lebih dari beberapa kilometer, begitu sangat memengaruhi jalannya peristiwa manusia
  • hanya Allah dapat menanamkan dalam jiwa manusia kasih karunia dan damai sejahtera dan jaminan keselamatan kekal yang diwartakan dan ditanamkan oleh

( RP Ivo Simanulang OFMCap. Dosen Fakultas Filsafat Unika St. Thomas di Pematang Siantar)

Facebook Comments

Leave a Reply