KATEKESEKHOTBAHREFLEKSI

YESUS DALAM HIDUPKU

Loading

RP. Frans Sihol Situmorang OFMCap Dosen STFT Pematangsiantar

Yes 22:19-23; Rom 11:33-36; Mat 16:13-20/Hari Minggu Biasa XXI

Tetapi apa katamu,siapakah Aku ini?

Kehadiran dan karya Yesus di hadapan umum ditanggapi orang banyak dengan cara yang berlainan. Ada yang antusias. Ada yang mempertanyakan. Ada yang berprasangka buruk dan tak peduli. Mereka yang setia mengikuti Yesus, mengakui-Nya sebagai yang kudus dari Allah. Perbedaan tanggapan ini diakibatkan oleh cara Yesus yang tidak selalu sejalan dengan paham dan cara pikir bangsa Israel tentang Mesias.

Orang banyak menyamakan Yesus dengan Elia, Yeremia atau Yohanes Pembaptis. Menurut para murid, Yesus adalah Mesias. Yesus melarang para murid memberitahukan bahwa Ia adalah Mesias, sebab paham orang banyak bahkan para murid tentang Mesias perlu dimurnikan. Yesus bukan Mesias politis yang akan membebaskan Israel dan memulihkan kerajaan Daud. Dia menyelamatkan dunia lewat jalan salib, kematian dan kebangkitan.

Kekhawatiran Yesus tentang kekeliruan para murid terbukti. Ketika Dia memberitahu penderitaan dan syarat untuk mengikuti-Nya, Petrus tak habis pikir, lalu menarik dan menegor Yesus. Petrus yang disebut batu karang dan dipercaya sebagai pemegang kunci kerajaan Surga kini dijuluki Iblis dan batu sandungan. Menerima Mesias yang harus menempuh jalan penderitaan dan kematian untuk sampai kepada kemuliaan bukanlah perkara mudah, sebab manusia condong memercayai hal-hal yang spektakuler.

Baca juga  KEKRISTENAN SEJATI || Hari Minggu Biasa XXXI

Di sebuah warung kopi, dua orang petani berdebat tentang kebenaran agama mereka masing-masing. Perdebatan mereka terdengar oleh petani lain. Ia berseru dengan suara nyaring, “Saudara-saudara! Selama lebih dari 40 tahun, aku sudah banyak kali membawa padiku ke penggilingan ini. Sekarang sudah terbentang dua jalan untuk tiba di penggilingan ini. Tetapi, pemilik penggilingan ini tak pernah bertanya kepadaku tentang jalan mana yang kupakai. Ia hanya bertanya, ‘Apakah padimu baik?’” Manusia suka berkata bahkan memaksakan kebenaran agamanya, tapi tidak menghidupi kebenaran yang dibelanya mati-matian.

Iman adalah ungkapan hubungan pribadi dengan Tuhan, tanggapan dari hati yang terdalam atas kasih dan sapaan Allah. Iman bukanlah pengetahuan yang dapat dicari di perpustakaan, bangku kuliah atau kotbah. Pengakuan iman ‘Yesus adalah Kristus’ tidak boleh berhenti pada tataran intelektual. Bisa jadi penjelasan kita tentang iman sulit kita ungkapkan dalam rumusan yang jelas dan utuh. Yesus tidak menanyakan pengetahuan atau pendapat kita tentang Dia, tapi apakah arti kehadiran Yesus dalam hidup kita. Sejauh mana iman kita tampak dalam kehidupan harian kita. Sebab, iman tampak dalam perbuatan dan iman tanpa perbuatan dan kasih adalah mati.

Agar sampai pada iman sejati kita diajak mendekatkan diri pada Allah, ambil bagian dalam kehidupan Yesus, menjadi kelompok para murid yang tinggal bersama Yesus dan setia mengikuti-Nya. Untuk sampai pada iman yang benar, kita mesti menjadikan pola hidup dan jalan Yesus menjadi pola hidup dan jalan kita. Menjadi murid Yesus menunut komitmen penuh, dan hanya atas cara itu kita dapat ambil bagian dalam kemuliaan-Nya. Menjadi kristen adalah perjalanan seumur hidup. Iman yang teguh dan matang kerap bagaikan emas yang dimurnikan dalam api. Dalam Perayaan Ekaristi, kita menerima Yesus dan bersatu dengan Dia. Semoga kesetiaan kita mengikuti Yesus menghantar kita kepada iman yang teguh. Amin.

Facebook Comments

Leave a Reply