Kesetaraan Gender bisa juga disebut Sepadan atau Setara
Kita sering berbicara, berdiskusi, beropini, bahkan berdebat tentang kesetaraan gender, pria dan wanita. Beribu-ribu tahun yang silam Kitab Suci sudah mengedepankan pemahaman tentang kesetaraan gender, yang berkaitan dengan penciptaan.
Penciptaan manusia sesuai dengan cerita Kitab Suci, diciptakan Allah setelah Ia menciptakan bumi dan alam semesta. Tujuannya agar manusia menghuni dan menguasai bumi dan alam semesta. Pada awal Allah menciptakan satu. Manusia saja (Adam) tetapi kemudiaan Allah sendiri menilai bahwa tidak baik kalau hanya satu manusia saja. Maka diciptakan satu manusia yang lain (Hawa).
Dari proses penciptaan manusia yang lain itu, Hawa, telah menunjukan bahwa Allah menghiraukan kesetaraan itu. Tercipta dari tulang rusuk sang Adam. Mengapa tulang rusuk, bukan kepala atau kaki? Allah menciptakan agar mereka setara, agar mereka saling melindungi dan menjaga. Tulang rusuk selalu berada di bawah lengan atau bahu. Allah menciptakan agar mereka saling mencintai. Tulang rusuk selalu berada dekat hati. Allah menciptakan, bukan untuk mereka saling menguasai. Kepala simbol kuasa, bukan juga untuk saling menindas alias menginjak-nginjak, simbol kaki. Dari awal mereka sudah saling menerima satu dengan yang lain.
Kesetaraan gender Pria dan Wanita mendapat tempat yang paling jelas dalam hidup perkawinan atau hidup berumah tangga. Hidup perkawinan itu menjadi kudus karena campur tangan Allah secara langsung. Mengapa terjadi perceraian? Karena kehendak sepihak dari manusia yang menunjukan ketidak taatan manusia terhadap Allah. Spirit perkawinan mengacu pada maksud luhur Allah yakni: menciptakan manusia; Sepadan, setara, saling melindungi, menerima dan mencintai. Tidak untuk saling menguasai dan menindas satu dengan yang lain.
Kita dipanggil untuk membangun relasi kemanusiaan yang sifatnya setara dan sederajat. Para suami istri agar saling menerima pasangannya sebagai anugerah Allah yang terbaik saling menghargai sebagai pribadi yang sepadan. Hendaklah para suami istri juga saling melengkapi kekurangan dan mengakui kelebihan pasangannya.
RP. Hubertus Agustus, OSC.