Perayaan 96 Tahun Kongregasi FSE di Indonesia dan Kaul Kekal 4 Orang Suster FSE
Kongregasi Suster Santa Elisabet merayakan Misa Syukur, 96 tahun hadirnya kongregasi di Indonesia. Perayaan berlangsung di kapel St. Elisabet Medan, Rabu 29 September 2021 yang dipimpin oleh RP Romaldus Nairun, CMF selaku Vikaris Eviscopal Pro Religius, pastor Paroki Tanjung Slamat, RP Setevanus Budi Saptono, OSC dan RP Leo Sipahutar OFMCap, serta beberapa imam lainnya. Acara berlangsung penuh hikmat dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Misa syukur ini juga sekaligus dengan pengikraran kaul kekal 4 suster anggota kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE). Bersamaan pula dengan Pesta malaikat agung, Mikael, Gabriel dan Rafael.
Tema yang diambil adalah “Aku datang dari padaMu dan mereka percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku” (Yoh 17:8b).
Berikut nama lengkap dan motto suster.
Sr. M Desideria Habeahan FSE (Paroki St.Hilarius Tarutung Bolak).
Motto “Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang sebab daripaNyalah harapanku. (Mazmur 62:6) ”
Sr. M Delviana Siahaan FSE (Paroki St. Yosef Lawe Desky). Motto “Ini aku, utuslah aku. (Yesaya :6 )
Sr. M Bernardina Nainggolan FSE (Paroki St. Petrus Cinta Damai).
Motto “Sebab aku yakin bahwa penderitaan sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan pada kita kelak.” (Roma 8:18)
Sr. M Emiliana Napitu FSE (Paroki St. Antonius Padua Tiga Dolok).
Motto “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu.” (Luk 1:38)
Dalam homilinya Pastor Romaldus mengingatkan pentingnya menjaga motivasi agar tujuan kaul kekal dapat terjaga dan tercapai.
Beliau mengutip ungkapan Pemimpin Umum FSE pada kaul kekal tahun lalu yang mengatakan “Kaul kekal akan menjadi kaul sesat kalau kamu mengingkarinya. Kaul kekal akan menjadi sukacita apabila kamu menjalaninya dengan penuh syukur” katanya.
Lebih lanjut Pastor Romaldus menambahkan bahwa Kaul kekal merupakan sebuah tapal batas untuk melanjutkan ziarah iman. Jalan yang harus ditempuh dengan penuh kesabaran.
“Kalian menghidupinya seumur hidup. Kaul bukanlah beban dengan muka muram, tetapi dengan wajah penuh sukacita. Paus Fransiskus katanya, menghimbau bahwa kaum hidup bakti harus menampakkan sukacita inijil dalam kehidupannya.
“Dimanapun ada kaum hidup bakti, disitu ada sukacita dan kegembiraan”.
Sukacita itulah yang dibutuhkan kaum hidup bakti. Apalagi para suster banyak melayani orang sakit. Dengan wajah sukacita maka pasien akan lekas sembuh dan terhibur.
Ketika Allah memanggil kita, kamu penting bagiku, karna kita adalah perpanjangan tangan Tuhan. Seperti lagu sekami kala kecil dahulu. “Yesus tak punya tangan lagi, tangan kita lah perpanjangan tangannya. Yesus tak punya kaki lagi, kaki kitalah kakiNya. Yesus tak punya mulut lagi, mulut kitalah yang menjadi mulutNya.”
Masih dalam homilinya, Pastor juga mengingatkan agar setiap yang berkaul menjaga dirinya agar tidak terkena 7 jenis penyakit yang menurutnya sering menggerogoti, yaitu:
- Kutu, kurang bersekutu. Sering mersa jalan sendiri dalam panggilan.
- Kudis, kurang disiplin. Jam doa, terabaikan.
- Kuli, kurang peduli pada sesama.
- Kurap, kurang berharap.
- Kutang, kurang tanggung jawab.
- Kuman, kurang iman.
- Kuper, kurang percaya pada Tuhan dan sesame termasuk pada diri sendiri.
Dihadapan Tuhan dan para hadirin serta dihadapan Pemimpin Umum Kongregasi Santa Elisabet, Sr. Maria Guadeliva Simbolon FSE, keempat suster tersebut berjanji untuk menjaga kaul kemiskinan, kemurnian dan ketaatan. Selamat kepada para pestawan dan kita semuanya.