KATEKESEREFLEKSI

MENGAMPUNI: KEKUATAN IMAN KRISTIANI

Loading

Pastor Hubert OSC,

Anda dan saya mungkin memberi batasan tolerir terhadap orang yang mempunyai persoalan dengan kita. Misalnya:  ‘satu kali okei, dua kali  masih sabar, tetapi jangan kau mencoba sampai kali yang ketiga’. Pada bagian lain mungkin saja kita menempatkannya sebagai PRESTASI. Misalnya ungkapan seperti ini: ‘walapun disakiti berkali-kali tapi aku tetap sabar, tidak membalas dan marah’. ‘Ah keluarga itu hebat, sudah  lebih dari tiga kali disakiti tapi mereka  diam dan sabar.’

Apakah semangat pengampunan yang demikian, yang ditanggapi Tuhan sewaktu ditanya Petrus, perihal MENGAMPUNI ORANG YANG BERSALAH ATAU BERBUAT DOSA? Yesus memberikan sesuatu yang LEBIH MENDASAR, TIDAK SEKEDAR BATAS TOLERIR DAN PRESTASI.  MENGAMPUNI ITU MERUPAKAN KEKUATAN IMAN “Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Apakah kita mulai menghitung-hitung hari hidup kita dengan berapa kali pengampunan yang sudah diberikan? Semakin banyak angka pengampunan yang  dicatat maka kita  menjadi lebih SALEH DAN SOLEHA? Kala kita menelusuri  cerita  Injil selanjutnya  dalam bentuk perumpamaan, maka menjadi lebih jelas BAHWA PENGAMPUNAN ITU MERUPAKAN SIFAT DASAR TUHAN. Ia menghendaki agar  sifat dasarNya itu menjadi warisan berharga bagi orang yang percaya. “Bukankah engkaupun harus mengasihi kawanmu seperti aku telah mengasihi engkau?”

Saudaraku, kalau kita berbicara tentang pengampunan, tanpa dasar IMAN, maka akan menjadi sesuatu yang mustahil. Apalagi dalam kondisi yang penuh dengan KECEMBURUAN, MARAH DAN DENDAM KESUMAT. Dinamika balas-membalas merupakan sesuatu yang dianggap biasa dan wajar, bahkan ada kecenderungan DIBAWA DALAM DOA. MEMOHON AGAR TUHANLAH MEMBALAS DAN MENCELAKAKANNYA. Hal ini  bertentangan dengan mentalitas dasar Tuhan. “Ampunilah kesalahan kepada sesama orang, niscaya dosa-dosamu akan dihapus juga, jika engkau berdoa.”(Bac.I) Apapun  ceritanya manusia yang beriman,  tetap menjadi milik Tuhan, baik  hidup maupun  mati. “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, jika kita mati, kita mati untuk Tuhan.”(Bac.II)

Baca juga  STASI ST. PAULUS JUHAR: “BERIBADAH DARI RUMAH UMAT, HINGGA MAMPU MEMBANGUN RUMAH TUHAN”

Harus kita akui bahwa mengampuni bukanlah sebuah perkara gampang,  seperti orang membalikan tetapak tangannya. Sulit bahkan sangat sulit. Mengapa sulit? Sebagai orang beriman, kita berjuang menuju kepada   KEKUATAN IMAN, TERUTAMA  MENGHADAPI SITUASI HIDUP YANG KADANG PENUH DENGAN KEBENCIAN  DAN AROMA NAFAS  DENDAM KESUMAT. KITA BERUPAYA MENUNJUKAN BAHWA MENGAMPUNI ITU ADALAH IDENTITAS DARI ORANG-ORANG PERCAYA. Tuhan, dalam perjuangan antara hidup dan mati, dari atas SALIB Ia berdoa: Tuhan ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.

Mari kita belajar menghidupkan  semangat pengampunan Tuhan, terutama dengan anggota keluarga, komunitas, rekan kerja,  orang yang menyusahkan   hidup kita misalnya lawan politik, dan yang berbeda keyakinan. “Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskan dan menghapuskan hutangnya.”

Campo Belo, 11 September 2020

 

Facebook Comments

Rina Barus

Menikmati Hidup!!!

Leave a Reply