Hosanna dan Salibkan Dia
24 Maret 2024 | Hari Minggu Palma Mengenang SengsaraTuhan – B | Yes 50: 4-7 ; Mzm 22:8-9.17-18a.19-20.23-24 ; Mrk 15:1-39
Perayaan Minggu Palma setiap tahun dirayakan untuk mengenangkan masuknya Yesus ke kota Yerusalem. Dia disambut dengan penuh sukacita dan dieluelukan sebagai raja dengan teriakan “Hosanna”. Kata ini pada dasarnya adalah seruan untuk minta tolong dan digunakan dalam doa-doa. Orang Yahudi mengucapkannya untuk mengundang Allah menyelamatkan orang yang berseru kepada-Nya. Jadinya, kata Hosanna adalah seruan religius. Namun demikian, ketika orang banyak dengan histeris menyambut Yesus dengan kata “Hosanna”, mereka mengubah seruan religius menjadi seruan politis. Mereka mengajak Yesus berkomplot dan ingin menjadikan-Nya pemimpin revolusi. Mereka telah menyaksikan kehebatan dan kuasa Yesus. Mereka yakin bahwa Dia dapat memimpin pemberontakan melawan penjajah Romawi.
Itulah sebabnya mereka mengeluelukan Yesus sebagai raja. Namun demikian, Yesus tidak menjadi sombong. Dia tampil sebagai raja yang sederhana dan bersahaja. Dia menaiki keledai masuk ke Yerusalem. Dia mendengar teriakan Hosanna, namun Dia tahu maksud hati mereka. Maka, Yesus memilih diam dan terus berjalan untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Kedatangan-Nya ke Yerusalem adalah untuk menggenapi rencana keselamatan Allah.
Tak berapa lama adegan beralih. Di hadapan Pilatus, Yesus diinterogasi di ruang pengadilan. Yesus memilih diam dan sesekali menjawab pertanyaan Pilatus. Dia hanya mengatakan dengan tegas bahwa Dia adalah raja. Diamnya Yesus membuat hati Pilatus menjadi bingung sementara orang banyak semakin beringas berteriak: “Salibkan Dia”. Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah, namun dia takut kepada orang banyak sehingga dia menyangkal kebenaran dan kemudian menyerahkan Yesus kepada algojo-algojo. Dia diserahkan untuk disalibkan oleh orang-orang yang sebelumnya berteriak: Hosanna.
“Hosanna dan Salibkan Dia” yang diucapkan oleh orang banyak merupakan sikap yang menandai hidup para pengikut Kristus hingga sekarang ini. Di saat gembira dan memperoleh kesuksesan, kita melantunkan lagu-lagu pujian. Namun di saat keadaan kita berubah dan harapan kita tidak terwujud, kita menjadi orang yang menyalibkan Tuhan dengan perbuatan yang bercela dan jahat. Inilah pergumulan hidup yang kita alami setiap hari. Perang antara yang baik dan yang jahat, keinginan duniawi dan kehendak ilahi. Kita senantiasa dihadapkan pada pilihan hidup yang tidak mudah.
Perjalanan Yesus ke Yerusalem adalah gambaran perjalanan iman kita untuk memperoleh keselamatan. Terkadang orang merindukan kehadiran kita saat mereka butuh atau mempunyai kepentingan. Tetapi tidak jarang kita dicaci, diejek, dipersulit dan dianiaya karena berbagai alasan yang kelihatan indah bagi banyak orang. Kita sering tergoda untuk berpaling dan mengikuti kata orang banyak. Kita belajar dari perjalanan Yesus bahwa beriman itu tidak mudah dan penuh resiko. Kita perlu banyak bermenung dan diam serta menerima kenyataan bahwa kesusahan dan penderitaan perlu membuat kita dewasa. Kita perlu memberitahu dunia bahwa di hadapan Allah kita tidak ada apa-apanya. Kita hanya perlu mengembalikan teriakan Hosanna kepada arti religius, bukan politis. Kita berseru Hoasanna berarti kita mengundang Allah untuk campur tangan agar kita mampu mengalahkan diri sendiri, mengosongkan diri dan dipenuhi dengan kekuatan Allah. Semoga Tuhan memberkati kita. Amin