Dialog Islam dan Katolik di Vatican
Bertempat di Aula Basilica del Buonconsiglio, Napoli, Italia, KBRI Vatikan menyelenggarakan dialog Islam-Katholik sebagai usaha menjembatani perbedaan sekaligus membangun kerukunan antar agama. Tema dialog kali ini, “Memperkuat Kerukunan Umat Muslim dan Katolik di Indonesia.”
Dalam acara yang dibuka secara resmi oleh Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan, Antonius Agus Sriyono dan dihadiri Uskup Napoli, Kardinal Crescenzio Sepe ini, bertindak sebagai pembicara: Valeria Martano, Direktur Komunitas Sant Egidio, dan Zaenal Muttaqin, Dosen Institut Agama Islam Negeri Surakarta yang sedang melanjutkan studi doktoralnya di Inggris.
Sekitar seratus peserta yang umumnya biarawan dan biarawati Katholik hadir pada kesempatan itu. Sebelum dialog berlangsung, diselenggarakan pameran foto karya seorang fotografer Italia, Carmen Mastello, yang memamerkan 30 foto menggambarkan bagaimana potret kerukunan beragama di Indonesia, seperti warga Muslim yang berwisata ke Candi Borobudur dan keindahan pura di Bali. “Saya berharap melalui karya saya ini, para pengunjung dapat mendapatkan gambaran tentang keindahan dan kerukunan beragama di Indonesia,” papar Carmen. Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan, Antonius Agus Sriyono, dalam pembukaan menekankan pentingnya dialog Islam-Katholik karena dengan acara semacam ini diharapkan tumbuh saling pengertian dan saling menghormati antar pemeluk agama sehingga harmoni dan kerukunan beragama dapat terwujud di Indonesia. Acara ini berlangsung Sabtu (18/11/2017) di uala Basilica.
Kardinal Sepe yang khusus menyempatkan hadir menyatakan harapannya bahwa dialog seperti ini akan terus berlanjut. Bukan hanya itu, ke depan beliau berharap bukan hanya dialog, namun juga akan ada dilaksanakan berbagai kegiatan sosial yang melibatkan kelompok masyarakat luas yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda. Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar telah menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam mengelola keberagaman. Dalam paparannya, dosen IAIN Surakarta, Zaenal Muttaqin menitikberatkan pada bagaimana Islam memandang pluralisme di Indonesia.
“Dalam al-Quran disebutkan bahwa Tuhan menciptakan manusia sudah berbeda-beda dan Islam tidak memberikan larangan untuk berbuat baik kepada sesama,” kata Muttaqin. Menurutnya, terdapat 3 metoda untuk meningkatkan toleransi antar umat beragama, yakni: (i) dialog teologis yang terkait dengan saling belajar bagaimana keyakinan orang lain terhadap agamanya, bukan dari perspektif agama sendiri melainkan bagaimana pemeluk agama lain meyakini agamanya. (ii). dialog sosiologis, yaitu bagaimana pergaulan di masyarakat dapat dimanfaatkan untuk membina kerukunan dengan melibatkan warga lintas agama. (iii) kerja sama lintas agama dalam bentuk kolaborasi di lapangan untuk mencari solusi persoalan kemanusiaan seperti pendidikan, kemiskinan, ketimpangan sosial dan ekonomi, kekerasan, dan sebagainya. Sementara itu, Valeria Martano menekankan bahwa Indonesia adalah sebuah contoh besar sebagai negara dimana rakyatnya dapat hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada, terutama dalam perbedaan agama. “Negara Eropa tidak memiliki banyak perbedaan seperti di Indonesia. Bahkan kita sering merasa takut dengan adanya banyak perbedaan.
Untuk itu, tantangan utama adalah dialog. Paus mengatakan bahwa dialog akan membantu orang untuk saling mengenal. Dialog juga merupakan tanda cinta kasih. Gereja Katolik di Indonesia juga banyak terlibat dalam mengadakan berbagai dialog untuk dapat membuka diri, memberikan kesaksian tentang cinta kasih, tidak hanya kepada sesama pemeluk Kristiani, tetapi semua yang membutuhkan, dengan segala perbedaannya”, ujar Martano. Keseluruhan acara yang berlangsung kurang lebih selama tiga jam ini terselenggara dengan nuansa yang sangat bersahabat disertai dengan tukar pikiran yang terbuka. Para peserta berharap Indonesia akan mampu mempertahankan nilai-nilai harmoni yang sudah ada guna memelihara persatuan bangsa serta terus mempromosikan kerukunan agama sebagai contoh bagi negara-negara lain
Sumber KBRI Vatican