KATEKESEREFLEKSI

BACAAN INJIL, SABTU 26 SEPTEMBER 2020

Loading

Luk. 9: 43b-45

Kita semua pasti ingin hidup dalam  kebahagiaan. Dan untuk mencapai kebahagiaan itu  segala cara ditempuh. Tetapi ceritera kehidupan justru terkadang jauh berbeda dari apa yang kita impikan. Setiap hari kita mendengar, membaca ataupun menyaksikan wajah suram hidup ini khusunya dimasa pandemi ini. Setiap hari bertambah orang yang terkena Covid 19. Setiap hari kita mendengar ada orang yang meninggal akibat Covid. Semakin banyak orang yang menderita. Reaksi kitapun beragam terhadap siutasi yang satu ini. Ada yang pasrah karena menurut mereka itulah takdir  hidup, ada yang memberontak, mengeluh. Ada lagi yang mencoba bersikap lebih bijak; menerima sambil belajar bagaimana bisa menghadapinya.

Ada yang melihat bahwa penderitaan ini merupakan ujian yang harus dijalankan. Apapun pandangan kita tentang yang satu ini, satu hal yang mesti kita catat; bahwa  terkadang kita perlu mengalami penderitaaan  supaya kita memahami betapa berartinya kebahagiaan.

Hal yang sama terjadi di antara para murid ketika Yesus memberitakan tentang penderitaanNya dan nasib yang akan menimpahNya. Para murid tidak mengerti karena seorang Yesus, yang telah banyak membuat mujizat yang luar biasa harus menderita. Bagaimana mungkin dan ini tidak masuk akal,  tetapi kenyataannya, Ia menyatakan tentang maksud misiNya serta konsekwensi yang bakal dihadapiNya.  Yesus berkata,“Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”

Dan penginjil masih mengatakan bahwa “mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya. Pernyataan Yesus ini sungguh membuyarkan mimpi mereka tentang kebahagiaan mengikuti Dia.

Lewat sabdaNya ini, Yesus hendak mengingatkan para murid-Nya dan juga kita yang mengaku diri sebagai pengikutNya, bahwa mengikuti Dia tidak mudah.. Memilih mengikuti Dia bukanlah jaminan bebas dari perlakuan tidak adil atau bebas dari penderitaan. Justru sebaliknya kita  akan mengalami nasib dan perlakuan yang sama. Kebaikan yang kita lakukan tidak selalu akan mendatangkan tanggapan positif dan sanjungan dari orang yang kita bantu.  Ini satu awasan bagi kita.

Memilih mengikuti Dia berarti harus siap untuk menderita. Tahan terhadap penderitaan menjadi bukti sejatinya kita sebagai pengikut Kristus. Kalau emas diuji dalam tanur api, kesetiaan seorang murid diuji dalam tanur kehidupan.  Penderitaan dan penolakan mesti melahirkan sikap tahan uji dan tidak boleh mematikan semangat untuk tetap berbuat kebaikan. Hal ini yang harus dilakukan oleh seorang murid Yesus. Maka Yesus  menyatakan kebenaran tentang misiNya, agar cepat atau lambat para pengikut-Nya memahami dan siap menerima konsekwensi dari pilihan mengikuti Dia.  Sabda Yesus ini jelas. Setiap pilihan punya konsekwuensi. Maka menjadi refleksi bagi kita bahwa mengikuti Yesus itu bukan tanpa tantangan bahkan penuh tantangan dan perjuangan,

namun sesulit apapun perjuangan kemuridan kita, kita akan dibantu oleh-Nya untuk memahami dan menerimanya sebagai bagian dari perjalanan hidup kita. Kita harus selalu yakin kalau Yesus sendiri telah melewatinya dengan kemenangan, maka kita  yang percaya kepadaNya mesti yakin pula, bahwa salib dan kesulitan dalam hidup adalah jalan yang mesti kita dilewati untuk mencapai hidup yang sesungguhnya yakni hidup yang membawa keselamatan dan kebahagiaan bagi kita Amin.

Facebook Comments
Baca juga  TERPUJILAH YANG DATANG ATAS NAMA TUHAN

Rina Barus

Menikmati Hidup!!!

Leave a Reply