Akankah “Samosir Negeri Indah Kepingan Surga” Tetap Lestari ?
(Sebuah Refleksi, oleh Sr.M.Yosepha Gultom FCJM)
“Samosir Negeri Indah Kepingan Surga”. Demikian ungkapan banyak orang yang datang berkunjung ke Samosir dan menemukan keindahan alamnya. Dengan bangga masyarakat yang berkunjung ke Samosir mengumandangkan slogan ini tetapi bagaimana dengan pendapat masyarakat yang berdomisili di daerah Tomok yang merupakan pintu gerbang pariwisata dari Parapat.
Adalah pemandangan yang biasa kita temukan apabila terjadi antrian mobil menuju Kapal Very Tao Toba, penumpang dengan biasa meleparkan bungkus kemasan makanan yang mereka konsumsi di mobil di sepanjang jalan. Apakah tindakan yang demikian ini tidak menodai keindahan Samosir sebagai Negeri Indah Kepingan Surga? Apakah penduduk yang tinggal di sepanjang jalan tidak terganggu ketika rumah indahnya dinodai oleh para pengunjung?
Jika masyarakat yang datang berkunjung ke Samosir rela meninggalkan tempat kediamannya bahkan membayar sejumlah uang untuk mengunjungi Samosir karena ingin menikmati keindahan Samosir mengapa tidak ikut serta menjaga keindahan Alam Samosir dengan membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan? Apa tindakan nyata dari penduduk yang tinggal di sepanjang jalan lintas Tomok ketika halaman rumahnya dibuat jorok oleh para pengunjung sehingga keindahannya menjadi pudar? Cukupkah kita selaku penduduk yang menetap tinggal di Tomok menyerahkan pemeliharaan keasrian lingkungan tempat tinggal kita kepada petugas Dinas Kebersihan?
Untuk menjawab berbagai pertanyaan di atas, atas anjuran dan dorongan dari Pastor Paroki St. Antonio Maria Claret Tomok, RD. Sabat Saulus Nababan, Anak Remaja Katolik (Kelompok Misdinar) Gereja Katolik St. Antonio Maria Claret Tomok, mencoba memberikan kontribusi kecil untuk menjaga keindahan alam Samosir (TOMOK) dari tindakan penodaan keindahan itu oleh orang-orang yang tidak peduli dengan keindahan tersebut. Sr.M.Yosepha Gultom FCJM bersama kelompok Misdinar terjun langsung setiap hari Minggu memungut sampah-sampah yang bertebaran di sepanjang jalan. Sampah-sampah plastik mereka kumpulkan di kompleks Paroki untuk kelak diolah menjadi paving block sedangkan sampah-sampah lain dimasukkan ke tempat sampah yang sudah tersedia.
Para kelompok Remaja ini, bukanlah orang-orang yang kurang kerjaan, juga bukan kelompok pemulung tetapi mencoba dari kesadaran untuk peduli menjaga Keindahan alam Samosir (Tomok). Sehingga wisatawan yang mau berkunjung ke Samosir tidak disambut di gerbang yang jorok tetapi di gerbang yang indah, asri, dan bersih. Tindakan kecil dari para Remaja (Misdinar) ini hendaknya menjadi teladan bagi orang-orang dewasa untuk bersama-sama terlibat menjaga keindahan Alam Samosir (Tomok) untuk tidak melemparkan sampah makanannya di sepanjang jalan tetapi membuang sampah tersebut pada tempat yang sudah disediakan. Tindakan sederhana ini hendak menunjukkan bahwa keindahan Alam Samosir akan tetap lestari jika pengunjung yang datang ke Samosir tabu dan malu membuang sampah sembarang serta penduduk yang tinggal di sepanjang Tomok juga peduli akan keasarian rumahnya yang dinodai oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Kami Anak Remaja Katolik (Kelompok Misdinar) Gereja Paroki St. Antonio Maria Claret Tomok mengajak seluruh pengunjung yang datang ke Samosir dan seluruh masyarakat Tomok untuk bersama-sama menjaga keindahan Alam Samosir agar “Samosir Negeri Indah Kepingan Surga” tidak hanya sebatas slogan tetapi sungguh-sungguh Lestari untuk Generasi Mendatang, memiliki daya tarik bagi pengunjung lain yang belum pernah datang ke Samosir serta tidak menjadi pengalaman yang membosankan bagi mereka yang telah pernah mencicipi indahnya Pulau Samosir.
“Kami bukan pemulung, kami bukan kurang kerjaan, kami juga bukan mau viral tetapi kami sadar dan peduli untuk menjaga keindahan alam cipataan Tuhan. Tuhan telah menganugerahkan keindahan Samosir bagi kita bersama, pengunjung maupun yang tinggal di Samosir pada umumnya. Untuk itu… “Mari menjaga dan merawat keindahan alam cipataan Tuhan sehingga benarlah Samosir ini menjadi Negeri Indah Kepingan Surga”.