NEWS

Ternyata, Ini Rupanya Makna Penting di Balik Rabu Abu!

Loading

Komsoskam.com. Pernah nggak sih, melihat orang-orang dengan tanda abu di dahinya dan bertanya-tanya, “Kenapa sih mereka melakukan itu?” Atau mungkin, kamu sendiri pernah ikut menerima abu di gereja, tapi masih belum benar-benar paham maknanya? Tenang, kamu nggak sendirian!

Ternyata, Rabu Abu bukan sekadar tradisi tahunan yang dilakukan begitu saja. Ada makna yang dalam dan penting di baliknya, yang mungkin selama ini belum kita sadari. Yuk, kita kupas bersama!

Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap, memberikan abu di dahi umat mengawali masa prapaskah.

1. Kenapa Disebut Rabu Abu?

Rabu Abu selalu jatuh pada hari Rabu—ini adalah hari pertama Masa Prapaskah, yaitu 40 hari sebelum Paskah. Nah, kenapa ada “abu”-nya? Karena di hari ini, umat Katolik menerima tanda salib dari abu di dahi mereka. Abu ini dibuat dari daun palma yang dibakar dari perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Simbolik banget, kan?

2. Apa Sih Maknanya?

Ternyata, abu ini bukan sekadar hiasan atau formalitas. Ada dua makna utama yang ingin disampaikan:

  • Pengingat akan kefanaan – Abu melambangkan bahwa hidup ini sementara. Kita berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Seperti yang dikatakan dalam Kitab Suci: “Ingatlah, bahwa engkau adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (Kejadian 3:19). Artinya? Jangan sombong, jangan merasa paling hebat, karena pada akhirnya kita semua sama.
  • Simbol pertobatan – Rabu Abu adalah momen untuk mulai kembali ke jalan yang benar. Yesus sendiri mengajarkan pentingnya pertobatan dan hati yang tulus: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Markus 1:15). Gereja Katolik juga menegaskan bahwa Prapaskah adalah saat untuk lebih banyak berdoa, berpuasa, dan beramal sebagai bentuk pertobatan sejati (Katekismus Gereja Katolik No. 1438).

3. Kenapa Harus Peduli?

Mungkin ada yang berpikir, “Ah, ini cuma tradisi gereja, nggak ada pengaruhnya buat hidupku.” Tapi coba bayangkan, kapan lagi kita dikasih kesempatan khusus untuk benar-benar merenung, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri ke Tuhan?

Di zaman sekarang, kita sering terjebak dalam kesibukan—kerjaan, tugas, media sosial, hiburan—sampai lupa untuk berhenti sejenak dan bertanya: Aku sudah menjalani hidup yang baik belum? Nah, Rabu Abu itu kayak tombol reset buat kita. Waktunya untuk introspeksi dan mulai perubahan kecil yang berarti.

4. Gimana Cara Memaknainya?

Nggak cuma sekadar datang ke gereja dan menerima abu, kita bisa melakukan lebih dari itu:

  • Refleksi diri – Apa kebiasaan buruk yang ingin aku tinggalkan? Apa hal baik yang bisa aku mulai?
  • Mengurangi yang nggak perlu – Mungkin ini saatnya mengurangi waktu scrolling media sosial dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih bermakna.
  • Melakukan hal baik – Nggak harus sesuatu yang besar. Bisa mulai dari senyum lebih sering, lebih sabar, atau membantu orang tanpa mengharapkan balasan. Seperti yang diajarkan dalam kitab Yesaya: “Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk” (Yesaya 58:6).

5. Kesimpulan

Jadi, Rabu Abu bukan sekadar seremoni tempelan abu di dahi, tapi sebuah ajakan untuk berubah. Ajakan untuk hidup lebih baik, lebih peduli, dan lebih dekat dengan Tuhan.  Artinya, Tuhan selalu membuka pintu pertobatan, tapi kita sendiri yang harus melangkah masuk.

Nah, setelah tahu maknanya, kira-kira apa yang mau kamu lakukan di Rabu Abu tahun ini? Tulis di komentar ya.

 

Facebook Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *