Menjadi Perempuan Tangguh Tanggap Bencana
Komsoskam.com – Pandemi Covid-19 memberi dampak luar biasa pada peran perempuan atau ibu di rumah. Bencana ini mengharuskan perempuan menjadi tangguh dan tanggap bencana. Daya tahan perempuan sangat tinggi di era adaptasi kebiasaan baru seperti sekarang ini. Seperti salah seorang ibu bernama Erna (37 tahun) yang hidup di Deli Serdang, menyampaikan pengalaman bahwa ia sebagai ibu mengalami kepanikan saat pandemi Covid-19 melanda.
“Pertama-tama berita Covid 19 ini muncul rasanya saya panik, dan takut. Rasanya takut sekali anggota keluarga kita khususnya anak-anak terkena virus ini. Saya jadinya berusaha menjaga mereka dengan cara di rumah aja. Menjaga kebersihan dan pakai masker. Itu saya yang bisa saya lakukan,” keluh Erna saat dikonfirmasi.
Perempuan Tanggap Bencana
Hal di atas memberikan kita gambaran bahwa para ibu tidak tahu bagaimana cara tanggap akan bencana terlebih bencana non-alam seperti Covid-19 ini. Namun ditengah kepanikan, seorang ibu tetap saja harus berpikir kreatif untuk menyelamatkan anak-anaknya dari ancaman virus. Seorang ibu harus menjadi perempuan tanggap bencana.
Ressi Dwiana, Akademisi Universitas Medan Area saat diwawancarai di Talkshow, menjelaskan bahwa masalah tanggap bencana di tengah pandemi terbagi atas 2 layer. Layer pertama ialah persiapan bencana dan mitigasi tidak pernah dipersiapkan.
“Masalah tentang manajemen bencana kita masih sangat kurang pengetahuan,” ujarnya.
Lalu layer kedua adalah sistem sosial yang menjadikan wanita sebagai second gender yang memiliki peran beban ganda. Sehingga terjadi pelimpahan beban secara langsung kepada wanita. Lalu upaya apa yang bisa dilakukan dalam hal ini ?
Ressi mengatakan sebenarnya ada dua upaya yang bisa dilakukan, yakni terbagi atas mikro dan makro.
“Dengan mikro bisa dilakukan dengan adanya inisiatif berbagai pihak seperti adanya pembelajaran jarak jauh berbasis frekuensi radio. Sehingga, tidak memerlukan paket data seluler dan bisa diakses oleh berbagai jenis handphone. Lalu secara makro, jika saat ini kita belum berorientasi pada pengurangan resiko berencana, kedepannya pemerintah harus memperhatikan penyebaran informasi terkait pra bencana dan pasca bencana secara detail,” jelasnya.
Perempuan Tangguh
Erna (37 tahun) juga mengatakan bahwa “Karena pandemi ini yah saya harus bisa semuanya. Saya harus kerja di dapur, saya harus jadi guru. Makin repotlah”. Pernyataan Erna tersebut menandakan bahwa keadaan memaksa kaum perempuan untuk mampu berbuat tentang semua hal.
Kondisi ini juga serupa dengan apa yang diamati Bakhrul Khair Amal, seorang peneliti Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Bakhrul mengatakan bahwa peran orang tua saat ini sangat besar di masa pandemi. Khususnya bagi pendidikan anak didik. Namun, persoalan yang muncul ialah orang tua harus mampu menghadirkan sekolah di dalam rumah. Tentunya hal ini menuntut orang tua agar memiliki kemampuan lebih tinggi dari anak.
Dalam paparannya ketika diwawancarai pada kesempatan Talkshow, Bakhrul mengatakan bahwa perempuan harus hadir di publik dan laki-laki juga harus mampu hadir dalam domestik.
“Yang menjadi solusi permasalahan ini ialah perempuan mampu berinteraksi di luar dari aktivitas dan rutinitas. Berikan kesempatan untuk menambah pengetahuan baik itu dari luar keluarga ataupun masyarakat. Jangan membahas selalu hambatan dan tantangan tanpa membahas solusi,” tutur Bakhrul.
Menanggapi pernyataan itu, Ressi Dwiana menambahkan bahwa jangan sampai segala upaya dan inisiatif saat ini hanya bersifat sementara. Namun dapat dinaikkan menjadi sebuah regulasi.
“Kegiatan positif yang sudah dilakukan hari ini boleh menjadi pembelajaran untuk kita agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Perempuan dan laki-laki harus mampu beriringan untuk mengadvokasi apa yang telah terjadi hari ini. Bagaimana supaya menjadi lebih baik. Perempuan harus mampu terus bersuara dan terus memberdayakan dirinya sendiri agar semakin maju.”
Dalam penjelasannya, Ressi mengatakan bahwa pada hakikatnya perempuan itu tangguh, multi talenta, multi tasking, kreatif, inovatif dan berkapasitas.
“Jadi jangan mereduksi perempuan sebagai sosok yang lemah. Ia hanya butuh support dan apresiasi. Perempuan di era pandemi dan new normal, memegang peranan penting dalam aspek keamanan keluarga dari penularan Covid-19. Karena perempuan sebagai ibu yang mengontrol anak-anak dan anggota keluarga yang lain,”
Multiperan Perempuan
Perempuan mampu mengatur mobilitas keluarga dan interaksi sosialnya. Sebagai ibu, perempuan juga yang mengatur gizi keluarga agar tetap sehat. Perempuan mampu menjaga asupan makanan yang bergizi dan pola makan yang teratur. Dengan cara rutin menyediakan vitamin demi menjaga kesehatan keluarga. Ibu juga yang mengatur kondisi rumah yang nyaman, sehat, bersih dan kondusif untuk kegiatan sehari hari anggota keluarga. Baik dari alat makan, minum, tidur maupun bermain.
Sebagai penutup, Bakhrul mengatakan bahwa perempuan itu kuat. Secara motif ekonomi perempuan sendiri yang menghasilkan. Seperti memasak makanan, mencuci, menjaga anak. Perempuan yang memiliki pendapatan yang besar. Perubahan yang besar akan terjadi jika ada keinginan diri untuk berubah.
“Kita dituntut untuk tidak mengeluh dan menyalahkan keadaan tanpa menyelesaikan persoalan. Karena mengeluh hanya mempersulit keadaan,” ujar Bakhrul mengingatkan.
Menurutnya, pandemi ini justru harus mampu mempererat hubungan keluarga dan saling meng-upgrade diri. Maka dari itu perempuan harus mau memberdayakan dirinya. Perempuan harus mampu mengakses informasi yang mendukungnya, serta menjalin relasi dengan perempuan hebat lainnya. Jadilah perempuan tangguh dan tanggap bencana.
Penulis: Sry Lestari Samosir
Fellowship PPMN-UNESCO