MENERIMA MAHKOTA KEHIDUPAN

Why 11:19a.12:1.3-6a.10a; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56
Hari Raya Maria Diangkat ke Surga
Perbuatan besar dikerjakan bagiku oleh Yang Mahakuasa
Kehidupan Maria tersembunyi dalam tradisi harian seorang perempuan. Sejarah berubah saat dikunjungi oleh Malaikat Tuhan. Maria takut, sebab hamil di luar nikah adalah aib. Ia berpikir bagaimana harus mengatakan itu pada Yusuf yang secara hukum sudah menjadi suaminya. Maria mungkin mengira Yusuf akan sakit hati dan merasa dikhianati. Dalam pergulatan itu, ia menjawab, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Maria tidak kalah oleh resiko sehebat apa pun.
Maria memperlihatkan diri sebagai pribadi sederhana, rendah hati dan seumur hidup bersedia mencari tahu kehendak Allah. Maria tidak menuntut perlakuan istimewa. Dia membawa sukacita ketika mengunjungi Elisabet. Perjalanan Maria untuk menjawab panggilan Tuhan tak mudah.
Di mana letak kekuatan Maria? Maria selalu ingat akan pernyataannya: Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu. Dia melihat seluruh hidupnya dalam bimbingan Tuhan. Kala kesulitan menimpa, dia tak menyerah, dan imannya justru kian dimurnikan. Setelah perjalanan panjang penuh liku itu, Maria melihat buah perjuangannya. Ia diangkat ke surga dan dimuliakan Allah Bapa. Habis gelap, terbitlah terang.
Suatu hari seseorang bertanya pada seorang pembuat dan pemain biola yang sangat pintar, “Di mana Anda mendapat kayu sebagai bahan membuat biola? Jawab orang itu, “Dulu saya mencari balok-balok yang keras dari kayu-kayu dari negeri selatan dan negeri seberang. Tetapi, setiap kali saya memainkan biola yang telah selesai, selalu ada sejumlah nada yang hilang. Kini saya menggunakan kayu dari pohon mahoni yang usianya sudah tua. Gaungnya sempurna. Pohon mahoni itu sudah matang, tinggi dan keras. Ia tumbuh di lereng gunung. Pohon seperti itu selain mempunyai bentuk khusus juga memiliki sejarah. Angin menerpa dahannya. Rantingnya yang patah melambai-lambai di angkasa seperti baling-baling. Pohon mahoni adalah pahlawan pegunungan. Kehidupan yang sulit membuat gaung yang sempurna dalam kayu yang dijadikan biola.
Walau dipilih jadi ibu Tuhan, Maria tetap rendah hati dan sederhana. Maria selalu melihat hidupnya dalam terang iman dan rencana Allah. Dia menyerahkan diri pada rencana ilahi dan membiarkan Tuhan berkarya lewat hidupnya. Kemuliaan tampak dalam pelayanan. Ibarat kayu yang telah teruji oleh terpaan alam nan dahsyat, Maria memberi teladan cara menapaki hidup yang penuh rintangan dalam kesetiaan dan penyerahan diri.
Maria menunjukkan cara beriman, yaitu terbuka bagi rencana Allah dan memberi diri jadi alat bagi Tuhan. Maria melihat hidup sebagai perjalanan meraih mahkota kehidupan abadi, bukan di dunia ini melainkan di surga. Ia bersedia mendengarkan, merenungkan dan melaksanakan Sabda Allah. Hari ini, kita menyambut Sabda yang telah menjadi daging dalam rahin Maria dan tinggal di antara kita. Dialah yang menuntun kita meniti jalan menuju kehidupan yang kekal. Amin.