‘Mendengar’, Cara Menunjukkan Kasih
Komsoskam.com – Medan, Apakah yang abadi di dalam dunia ini? Apakah harta, persahabatan, kebahagiaan, kesedihan? Yang abadi di dunia ini adalah kepentingan. Mengapa demikian? Ego manusia selalu mengarahkannya untuk fokus pada kepentingan diri sendiri, namun sering diatur sedemikian rupa agar terlihat untuk kepentingan bersama.
Beberapa waktu lalu, aku bertemu seorang temanku semasa kuliah. Setelah tiga belas tahun, kami baru bertemu kembali saat itu. Saat itu saya hendak membeli sepatu olah raga. Alhasil dia segera menemaniku karena ingin bercerita tentang banyak hal.
Di sela-sela memilih sepatuku kami duduk bercerita, aku mendengar dia banyak sekali menceritakan tentang dirinya. Sebenarnya aku agak bosan, karena kebetulan waktu sudah agak malam dan badan sudah letih. Tetapi tetap saja aku mendengar curhatannya. Karena entah mengapa dia tiba-tiba begitu nyaman menyampaikan keluh kesahnya padahal saat kuliah kami tidak akrab.
Sebenarnya aku tidak nyaman dengan konflik, terutama ketika kondisinya tidak melibatkanku. Tapi, aku berusaha tetap menolong temanku itu dengan cara mendengar dan menghibur.
Mendengar adalah satu sikap yang sangat dibutuhkan masa ini. Dengan memberi perhatian terhadap orang lain, bukan hanya nasihat panjang, sangat dirindukan orang yang sedang terkena masalah. Saat seseorang diguncang ombak permasalahan, dia akan rindu seseorang yang mendengarkannya.
Orang-orang yang hidup di dalam Kristus adalah orang yang mengabaikan egonya untuk bisa peduli kepada orang lain, terlebih saat dia membutuhkan sandaran untuk berbagi. Menyatakan kasih lewat kepedulian terhadap masalah seseorang, duduk diam dengan tenang menjadi pendengar adalah wujud kasih.
Terkadang kita memiliki niat baik, tapi kita tidak tahu bagaimana cara menyatakannya melalui tindakan. Padahal, ‘mendengarkan’ adalah tindakan yang paling dibutuhkan saat ini.
Rasul Paulus memberikan teladan, lewat suratnya kepada Jemaat Filipi (Filipi 1:9-11), “Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus,penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.”
Ada dua kata yang sangat menarik bagiku adalah “pengetahuan” dan “segala macam pengertian”. Kata ‘pengetahuan’, bukan sekadar kumpulan fakta-fakta atau ilmu pengetahuan tentang dunia ini, melainkan pengetahuan untuk mengenal Allah sebagai kasih dan mewujudkannya kepada sesama.
Kata kedua ‘segala macam pengertian’, dapat diartikan sebagai hikmat atau kebijaksanaan. Yakni, kemampuan melihat hal-hal yang sungguh penting, dan mengetahui hal terbaik untuk dilakukan di setiap situasi.
Kasih yang bijak tidak berhenti dalam pikiran. Kasih itu akan membentuk sikap dan perilaku kita. Kecenderungan alami kita sebagai manusia yang egois, selalu ingin menjauh dari situasi yang sulit. Namun sebagai ciptaan Tuhan dan taat akan perintah Kristus untuk mengasihi sebagaimana Ia mengasihi kita dan mengetahui dengan jelas apa yang akan Kristus lakukan di dalam situasi tersebut, kita harus bisa berbuat sesuatu kepada sesama yang sedang di rundung masalah.
Aku lega karena keputusanku, saat bertemu dengan teman kuliahku tersebut yaitu mau duduk untuk mendengarnya. Dan sekarang aku tahu masalahnya belum selesai, namun aku sudah berusaha mendengar dan membesarkan hatinya. Mendengar adalah cara menunjukkan kasih.
Eva Barus