MELAYANI SEBAGAI HAMBA
KOTBAH MINGGU | RP FRANS SITUMORANG OFMCap.
Tuhan, tambahkanlah iman kami
(Hab 1:2-3; 2:2-4; 2Tim 1:6-8.13-14; Luk 17:5-10/Hari Minggu Biasa XXVII )
Merasakan betapa sulit terus-menerus mengampuni orang yang berbuat dosa, para murid meminta supaya iman mereka ditambahkan. Iman mereka belum cukup kuat, masih terlalu lemah dan sulit untuk melakukan apa yang diajarkan Yesus. Yesus justru menegaskan betapa dahsyatnya iman, meski sebesar biji sesawi, yaitu biji yang paling kecil dari semua biji-bijian yang dikenal para petani di Palestina. Jika mereka memiliki iman sejati, mereka dapat memerintahkan pohon dicabut dan ditanam di laut atau memindahkan gunung. Tanggapan Yesus ini mau menyatakan bahwa iman para rasul tidak perlu ditambahkan. Iman bukanlah soal kuantitas, tetapi kualitas.
Selanjutnya, Yesus menyampaikan perumpamaan tentang hamba yang baik untuk mengajarkan kerendahan hati kepada para murid. Saat melayani Allah lewat tugas yang dipercayakan kepada mereka, para rasul seharusnya bersikap seperti seorang hamba yang tidak mengharapan pujian atau ucapan terima kasih. Mereka hanya melakukan apa yang mesti mereka buat. Yesus tak bermaksud mengesampingkan ganjaran dan pujian, tapi agar para murid tidak bersikap seperti orang Farisi yang melakukan segala ketentuan hukum Taurat demi memperoleh pahala. Allah menghendaki agar agar para murid melakukan tugas pelayanan mereka sebagai ungkapan cinta dan pengabdian kepada Allah dan sesama manusia.
Para rasul tidak boleh melihat relasi mereka dengan Allah seperti relasi tuan dengan buruh. Allah tak membeli layanan mereka ibarat tuan membeli keterampilan para karyawannya. Jika Allah memberi ganjaran, itu diberikan dengan cuma-cuma, bukan karena prestasi mereka. Para rasul mesti sadar bahwa keinginan untuk melaksanakan kehendak Allah tidak boleh dilandasi oleh keingin untuk mendapatkan pujian dan ganjaran. Itu juga berarti, keliru dan salahlah beranggapan bahwa Allah harus melakukan hal-hal yang baik bagi mereka sebagai ganjaran atas hal-hal baik yang telah mereka kerjakan. Para murid harus tetap memandang dirinya sebagai tetap hamba yang tidak berguna, yang hanya melakukan apa yang diperintahkan. Tidak ada ruang untuk merasa diri berjasa, sebab mereka tak melakukan sesuatu berdasarkan inisyatif mereka dan juga tidak melampaui apa yang diperintahkan kepada mereka. Mereka melalukan apa yang telah diperintahkan, sehingga tak ada alasan untuk sombong atau menuntut balas jasa.
Sebagai pengikut Kristus, kita diingatkan agar tidak menyombongkan prestasi apa pun. Kita dipanggil untuk selalu rendah hati dan memandang diri sebagai hamba. Kita mendapat tugas dan perutusan dari Tuhan. Sesuatu yang patut kita syukuri. Kita berusaha melaksanakan semuanya itu dengan sebaik mungkin, bukan karena mengharapkan pujian dan imbalan, tetapi karena bakti dan kasih kepada Allah yang telah memercayai kita sebagai hamba-Nya. Kita senantiasa perlu bersyukur diberi tugas melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki. Amin.