MARIA DI DALAM AL-QUR’AN (MARYAM)
Nama Maria bukan hanya dikenal baik oleh penganut agama Kristen tetapi juga Islam. Banyak muslimah menyandang nama Maria (Maryam = مريم dalam bahasa Arab). Bahkan masjid juga sekian banyak memakai nama Maryam. Salah satunya masjid Maryam Umm ‘Isa (Maria Bunda Yesus) di Abu Dhabi. Di dalam hadis Islam ada beberapa kisah menceritakan keunggulan Maryam. Cerita itu beredar cukup umum dalam lingkup Islam, misalnya, Maryam tak tersentuh setan dan Maryam wanita sempurna. Al-qur’an sendiri, sumber asli dari semua ajaran dan syariat Islam, berkisah tentang Maryam.
Maryam ternyata figur penting di dalam al-Qur’an. Bukan hanya karena namanya disebut sebanyak 34 kali secara langsung dan 24 kali dalam kaitan dengan puteranya Isa Almasih. Jumlah ini memang membuatnya menempati urutan keempat terbanyak disebut sesudah Musa, Abraham dan Nuh. Terkenal karena Maryam merupakan salah satu nama Sura dalam al-Qur’an dan satu-satunya nama Sura dengan nama wanita. Sura Maryam adalah salah satu Sura yang lebih indah di antara Sura-sura dalam al-Qur’an. Selain itu ia dikisahkan dalam 12 Sura lainnya.
Al-qur’an menyatakan bahwa ayah Maryam bernama ‘Imran (3:35; 66:12; 19:28). Sayang bahwa ibunya Maryam tidak disebutkan namanya. Namun dikatakan bahwa ia seseorang yang dikuduskan kepada Allah sebelum Maryam, anaknya, lahir. Dan Maryam memiliki saudara bernama Harun (19:28) dan Musa (7:150).
Kisah kelahiran Maryam merupakan suatu mukjizat karena ibunya sudah tua dan secara manusiawi tidak mungkin lagi berketurunan. Namun kerinduan akan seorang anak yang diungkapkan dalam doa dan berjanji akan mempersembahkan anaknya kelak menjadi abdi dikabulkan oleh Tuhan. Setelah lahir, Maryam kecil dibawa ke Baitul Maqdis dan menyerahkannya dalam pengawasan Nabi Zakaria. Ia bertumbuh seperti tanaman yang subur. Menurut Thabari, Zakaria memelihara Maryam sampai berumur 12 tahun. Selama dalam pemeliharaan Zakaria, Allah menyediakan makanan kepada Maryam (3:37). Masa hidup Maryam dipenuhi oleh kesucian dan ketaatan kepada Allah karena berada di tempat suci dan dan selalu dikelilingi oleh orang saleh. Bahkan al-Qur’an bersaksi bahwa keperawanan Maryam terjaga bukan saja selama dalam pemeliharaan Zakaria tetapi sampai akhir hayatnya, kendati mengandung dan melahirkan ‘Isa puteranya, karena Maryam tidak pernah mengenal laki-laki (menikah).
Pada waktunya Maryam mengasingkan diri dari keluarganya. Allah pun mengutus malaikat Jibril untuk mengatakan kepada Maryam bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki yang suci. Maryam bimbang akan maksud perkataan itu. Namun Jibril menguatkan Maryam dengan pernyataan ilahi (19:16-17, 3:42-43). Maryampun mengimani perkataan Allah melalui Jibril, kemudian mengandung. Walau tidak dikisahkan, kehidupan Maryam saat mengandung menghadapi masa-masa sulit karena ia seorang diri saja, tidak mempunyai suami dan berada di pengasingan. Ia juga harus menjadi bidan untuk dirinya sendiri. Namun Allah melalui malaikatnya tidak pernah membiarkan dia sendirian. Pada waktu yang ditentukan Maryam melahirkan ‘Isa di bawah pohon kurma yang memeliharanya secara ajaib (19:23-26).
Setelah melahirkan ‘Isa, Maryam kembali ke kampungnya (19:27). Ia dituduh berzina dan hendak dilempari dengan batu, lantaran memiliki anak tanpa suami. Allah pun menunjukkan kuasa-Nya. Al-Qur’an mencatat apa yang dilakukan Maryam ketika harus memberikan pertanggungjawaban. “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, ’Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan? Berkata ‘Isa, ’Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku wafat dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali’… Dan sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus’” (19:28-33,36).
Bagaimana sikap orang-orang setelah mendengar perkataan ‘Isa yang baru lahir tidak dituliskan di dalam al-Qur’an. Tulisan-tulisan Islam lain mengisahkan bahwa orang-orang yang mendengar ‘Isa berselisih, ada yang percaya namun sebagian tidak percaya. Kisah kehidupan Maryam pasca kelahiran ‘Isa juga tidak lagi dimuat al-Qur’an.
Dari keseluruhan kisah Maryam dalam al-Qur’an, kita melihat bahwa Allah memilih Maryam dan menyucikannya untuk melahirkan seorang nabi suci. Dapat ditarik beberapa kesimpulan yang merupakan kualitas Maryam antara lain, menjaga keperawanannya (19:20-22, 21:91), melebihi wanita-wanita di dunia (3:42), patuh/taat (66:12), terkemuka di dunia dan akhirat (3:45), seorang wanita berbakti (3:42), berlindung kepada Tuhan (19:18), tanda kebesaran Allah (23:50).
Sebagai tanda penghormatan kepada Maryam ada beberapa gelar yang diberikan kepadanya seperti, Qānitah (66:12), Siddiqah (5:75, 66:12), Rāki’ah, Sājidah dan Ruku’ (3:43), Tāhirah (3:42, 19:20), Mustafia dll. Di banyak tempat ditemukan situs atau benda sebagai tanda penghormatan kepada Maryam yang oleh umat Islam juga dihormati seperti Permandian Maryam di Yerusalem, Matariyyah di Mesir, Maryammiah & Kaff Maryam, Rumah Maryam di Turki-wilayah Efesus, Tempat Ziarah Maryam Harissa Lebanon, Mariamabad Vergine Mary Shrine Pakistan, dan beberapa nama masjid seperti Maryam Umm ‘Isa, Abu Dhabi, Maryam Galway, Irlandia, Maryam Bunda Yesus in Hoppers Crossing, Victoria, Australia, Maryam, the Nation of Islam National Center, Chicago, IL, Maryam di Turkmekistan, Yesus Putera Maryam di New York.
Dari keseluruhan informasi yang diberikan al-Qur’an tentang Maryam ada beberapa pokok pemikiran yang pantas diperdalam. Terlebih karena informasi tersebut ada yang sama dengan kisah dalam Alkitab dan ada yang berbeda. Kisah yang sama seperti Maryam dikandung dari Allah, Maryam adalah perawan mengandung dan Maryam beriman sempurna. Sementara kisah yang berbeda adalah Islam tidak mengakui keilahian ‘Isa Al-Masih putera Maryam, sang Kalimat/Firman/Sabda yang menjadi daging/manusia. Kendati sebenarnya Qur’an sendiri mengakuinya (3:45). Lalu, kisah Maryam melahirkan ‘Isa menurut al-Qur’an di bawah pohon kurma sementara menurut Alkitab di dalam gua/kandang. Hal lain adalah bahwa Maryam dipelihara oleh Zakaria, sementara Alkitab tidak membenarkan ini. Belum lagi bahwa dalam al-Qur’an Maryam disebut sebagai salah satu oknum dari Trinitas (5:116).
Hal yang paling penting dari semua informasi ini adalah bagaimana agar sosok Maryam menjadi Pintu Dialog bagi Kristen dan Islam. Kendati ada versi berbeda, al-Qur’an dan Islam memberikan informasi positip dan menginspirasi tentang Maryam. Maryam memiliki posisi unggul di hadapan Allah dalam hal beriman, bersikap dan seluruh peri hidupnya. Nah, andaikata penganut agama Kristen dan Islam mengedepankan Maryam dengan bersama-sama berjuang meniru Maryam yang satu dan sama ini pastilah penganut kedua agama “dipersatukan” olehnya. Islam dan Kristen harusnya berdiskusi mendalami Iman Maryam dan kemudian bersepakat melakukan satu tindakan nyata seperti pernah dilakukan Maryam semasa hidupnya misalnya memelihara dan mendidik anaknya dengan sangat baik. Masih banyak teladan lain dari Maryam, hanya perlu bersama untuk mencarinya. Artinya Maryam bisa menjadi titik temu untuk mempersatukan. Dengan demikian Maryam bisa menjadi sarana dialog antar agama. Semoga ada orang yang berani memulainya.