Kepercayaan Feng Shui dalam Iman Katolik
Medan – komsoskam.com, Dalam memaknai Bulan Maria, Regia Ratu Para Syahid, KAM melalui Paroki Kristus Raja Medan, menyelenggarakan Seminar Budaya tentang Kepercayaan Feng Shui dari sudut pandang iman Katolik, pada Sabtu (18 Mei) di Gedung Catholic Center Medan.
Seminar terbuka untuk seluruh umat dan paroki di KAM ini menghadirkan RP. Agustinus Lie, CDD. yang merupakan Dosen Teologi, Liturgi dan Filsafat Cina di STFT Widya Sasana, Malang, sebagai narasumber. Materi diulas secara ringan dan sederhana sehingga mengundang antusias peserta yang hadir untuk menyimak dan mengikuti kegiatan.
“Hal yang menarik dari bangsa Tionghua adalah bangsa yang naturalistik karena selalu memandang dirinya sebagai bagian dari alam semesta. Segala peristiwa kehidupan merupakan reaksi dari alam terhadap segala yang ada. Fengshui dianggap berhubungan erat dengan alam, angin dan air,” tutur Pastor Agustinus.
Dia menambahkan, ereka yang percaya pada fengshui melihat bahwa alam semesta memiliki kekuatan yang dapat menentukan nasib manusia, bahwa kekuatan qi yang tak kelihatan yang ada di alam menjadi entitas yang harus diikuti (kalau merupakan qi positif) atau dihindari (kalau merupakan qi negatif).
“Maka manusia tunduk kepada kuasa dari energi qi yang ada di alam. Manusia harus menyesuaikan diri dengan aliran qi ini kalau mau mengalami hidup bahagia dan bernasib baik,” katanya.
Lebih lanjut beliau menjelaskan, “Pandangan seperti ini percaya bahwa fengshui “memiliki kekuatan tertentu” yang menentukan nasib manusia, sama dengan kepercayaan dinamisme, yakni bahwa benda-benda alam memiliki kekuatan gaib yang memancarkan pengaruh baik atau buruk kepada manusia dan benda di sekitarnya. Jadi orang meletakkan harapannya pada kekuatan gaib qi yang ada dalam alam.”
Menurutnya, bila berhadapan dengan segala ajaran tentang fengshui, kata-kata rasul Paulus dapat dijadikan pegangan: “Kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala (Ef 4:14-15).”
“Sebab apapun ajarannya, semuanya itu mengarah kepada satu titik: supaya dalam nama Yesus bertekuklutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!” dia mengimbuhkan.
“Maka, kalau berbicara tentang fengshui yang mengatakan hidup kita akan susah, akan menderita, lihatlah teladan Bunda Maria. Maria tidak diombang-ambingkan oleh berbagai macam pengajaran, tetapi ia tetap setia pada janji Tuhan,” ujar RP.Agustinus mengakhiri.
Seminar ini juga dirangkai dengan pemaparan tentang keberadaan dan kegiatan-kegiatan Legio Maria, terutama Regia Ratu Para Syahid. Acara ditutup dengan doorprice dan makan malam bersama.
(Anne Griselda Manullang)