Kepala Pembimas Katolik Sumut, Wanton Naibaho: “Mungkin Ini lah kehendak Tuhan”
Menjemaat menyambangi Kepala Pembimas Katolik Sumut yang baru dilantik, Wanton Naibaho di ‘markas besar’-nya, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara – Jl. Gatot Subroto No.261, Medan. Dia mengaku baru dua minggu menjalani peran baru tersebut. “Berarti masih masa bulan madu,” seloroh Menjemaat dan disambut tawa bapa Wanton.
Kepada Menjemaat, Wanton mengisahkan riwayat hidupnya. “Saya lahir 8 Agustus 1971 di Desa Cinta Damai, kecamatan Air Putih, kabupaten Batubara. Saya tinggal di kampung tersebut dari kecil hingga SMP. Kemudian melanjutkan sekolah SMEA Negeri Kisaran tahun 1987. Pada tahun 1990, kuliah di IKIP (sekarang UNIMED) program Diploma III. Kemudian melanjut S1 Administrasi Negara di Universitas Sisingamangaraja,” ujarnya.
Pada tahun 2000, Wanton mengikuti ujian penerimaan CPNS di Departemen Agama (kini Kementerian Agama). “Di tahun 2001, saya ditempatkan di Bimas Katolik Depag Toba Samosir. Kemudian satu tahun dibuat jadi pengawas, karena keterbatasan SDM. Di tahun yang sama, saya dipercaya Plt Kepala Seksi Bimas Katolik karena pimpinan sebelumnya pindah. Pada tahun 2004, dilantik definitif sebagai Kasi Bimas Katolik. Dan tahun 2019, dilantik menjadi Kepala Pembimas Katolik Sumatera Utara.”
Wanton mengatakan, dirinya sempat heran mengapa bisa berkarya di Bimas Katolik. “Tidak pernah terbayangkan berurusan dengan gereja. Latar belakang saya tidak ada kaitannya dengan hal-hal gerejawi,” katanya. “Saya pernah minta pindah ke Pemerintah Daerah, tapi tidak pernah berhasil pindah. Lalu, saya pernah berangan-angan menjadi Kepala Kantor Kemenag di Samosir, namun tidak di Bimas Katolik. Malah, kini saya dipercaya menjadi Kepala Pembimas Sumut. Tapi, saya bersyukur. Mungkin ini lah kehendak Tuhan. Bukan kehendak-ku, bukan kekuatan-ku.
***
Di samping kesibukan sebagai pegawai negeri di Bimas Katolik, Wanton tak melupakan karya mengajar selaku guru. “Saya senang mengajar. Ada keasyikan sendiri ketika mengajar ini, pertama selain memiliki banyak relasi. Wibawa guru ini tinggi di depan anak-anak. Ketiga, ada yang tambah mereka ketahui dari kita. Ada di daerah saya jumpa seorang mantan siswa yang telah menjadi guru teladan, dan kemudian dia mengakui bahwa saya adalah gurunya. Itu sungguh membuat hati bangga,” ucapnya.
Dari masa berkarya selaku guru juga, Wanton bertemu pasangan hidupnya. “Saya menikah dengan Rohani Siburian pada tahun 2002. Dulu rekan saya mengajar. Kami dikaruniai dua anak. Sulung, Tabita Anjamete Naiboho, sekarang kelas III di SMP Budi Dharma Balige. Si bungsu, Tobias Naibaho, kini kelas V di SD Katolik San Fransisco Balige.”
Di sela waktu pribadi, Wanton tak lupa menekuni hobinya: olahrga dan membaca buku. “Hobi membaca ternyata menular juga ke anak-anak saya,” pungkasnya.
(Ananta Bangun)