KATOLIKNISASI: KETAKUTAN YANG TIDAK MENDASAR

Beberapa peristiwa intoleransi di bumi +62, dasarnya hanya karena ada kecemasan bahaya kristenisasi, dalam hal ini, katoliknisasi. Tulisan singkat ini mengajak anda semua melihat lebih jauh bahwa menjadi Katolik itu tidak segampang membalikan telapak tangan. Tidak akan pernah diakui oleh gereja Katolik bahwa dengan mendengarkan lagu halelluya atau memandang salib, maka anda menjadi Katolik. Menjadi anggota gereja Katolik harus melewati sebuah proses yang panjang dan proses itu berlaku umum bagi semua orang di dunia ini, karena hakekat gereja Katolik (Satu, Kudus, Umum, dan Apostolik) Tidak ada cerita bagi orang Katolik, bahwa orang bisa menjadi Katolik hanya dengan mengucapkan Syahadat, atau pokok-pokok ajaran gereja.
Seseorang resmi tercatat sebagai anggota gereja Katolik, pada saat menerima Sakramen Permandian. Proses sampai pada tahap menerima Sakramen Permandian menuntut usaha yang serius, bertanggung jawab, tekun, dan sabar. Dalam gereja Katolik, dikenal: ada permandian anak, permandian dewasa dan permandian darurat. Permandian darurat pada umumnya untuk bayi yang orang tuanya katolik dan bayi itu sedang berada dalam bahaya kematiaan, maka setiap orang Katolik boleh membabtisnya dan mencatat identitas anak itu, lalu memberikan catatan itu kepada Paroki.
Permandian anak. Berlaku bagi anak yang kedua orang tuanya beragama Katolik atau anak-anak dibawa tanggung jawab keluarga yang beragama Katolik. Orang tua yang anaknya hendak dipermandikan juga harus sudah menikah secara Katolik, dan mengikuti pembinaan iman yang paling kurang di Indonesia 7 kali pertemuaan dari tim katekese setempat. Disertai beberapa tanggung jawab lainnya, yang harus dipenuhi sesuai dengan keputusan gereja lokal setempat. Kalau tidak memenuhi syarat-syarat tersebut maka anaknya tidak dipermandikan. Dengan kata lain bahwa tidak ada jaminan bahwa karena sudah memeluk agama Katolik maka, otomatis anakmu akan langsung menerima Sakramen Permandian. Terjadi beberapa peristiwa, bahwa karena tidak mau mengikuti tuntutan yang ada, sehingga anaknya tidak dipermandikan lantas kecewa dan meninggalkan gereja Katolik.
Permandian dewasa: Orang dewasa yang dipermandikan. Tanggung jawab langsung dari orang yang bersangkutan. Permandiaan anak, tanggung jawab sepenuhnya pada kedua orang tuanya. Orang dewasa yang hendak dipermandikan, harus melewati 4 tahap proses bimbingan iman. Pra katekumen, Katekumen, lalu Permandiaan yang pada umumnya berlangsung pada malam Paskah. Berarti setahun sekali. Setelah Permandiaan, masih ada lagi tahapan bimbingan lainnya yang disebut Mistagoga. Proses dari PRA KATEKUMEN sampai BABTISAN pada malam Paskah berlangsung kurang lebih selama 6 bulan. Selama 6 bulan, orang yang hendak dipermandikan harus menghadiri ibadat pada hari Minggu di gereja, dan sesudah itu mengikuti bimbingan atau pelajaran agama. Hal ini wajib, ada daftar absensi. Beberapa kali, tidak menghadiri bimbingan maka akan dinyatakan gugur. Masa bimbingan sesudah babtisan pada malam Paskah(mistagoga) kira-kira berlangsung dua sampai tiga bulan. Proses ini pada umumnya bagi para babtisan baru dijalankan dengan sukacita karena apa yang diimpikan menjadi Katolik sudah terwujud. Seluruh Proses bimbingan ini menuntut kesabaran dan tanggung jawab yang tinggi dari pribadi yang bersangkutan. Tidak heran banyak yang gugur dalam perjalanan, karena tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan itu. Hanyalah tanggung jawab, kedewasaan pribadi, dan kehendak bebaslah yang akan menghantarnya menjadi anggota gereja Katolik.
Seluruh proses diatas, menunjukan bahwa gereja Katolik konses pada kualitas iman dan menghargai kehendak bebas seseorang. Ketakutan dan mencurigai bahwa kehadiran orang Katolik, akan mengkatolikan orang-orang disekitarnya, baik secara langsung maupun tidak langsung adalah tidak mendasar dan berlebihan. Lihat saja prosesnya, sekali lagi tidak gampang menjadi Katolik. Gereja Katolik itu mempunyai sistim dan struktur yang sangat jelas dan rapi, sehingga tidak mungkin seseorang atau salah satu komunitas melakukan sesuka hatinya tanpa ada koordinasi yang lebih luas, misalnya paroki setempat. Orang Katolik diharapkan selalu memberikan kesaksiaan hidupnya, melalui tutur kata, sikap hidupnya, dan perbuatan kasih dengan orang-orang disekitarnya. Ia harus menjadi berkhat bagi orang lain. Kesaksian hidupnya ini tidak berarti dia sedang mengkatolikan orang-orang disekitarnya, tetapi dia sedang menjalankan tuntutan agamanya. Semua agama mengajarkan agar pemeluknya berlaku baik, terhadap sesama manusia dan ciptaan Tuhan yang lain. Termasuk alam semesta dan segala isinya. Mengapa harus mencurigai kalau seorang yang beragama berbuat baik? Wahai umat beragama mari kita berlomba-lomba untuk menciptakan kebaikan bersama sehingga dunia ini secara kusus Indonesia, menjadi tempat huni yang aman, damai, suka cita dan bersaudara. Sekalilagi proses untuk menjadi Katolik itu tidak gampang!
Campo Belo, 14 September 2020