KABAR SUKACITA DARI KISAH SENGSARA YESUS
Komsoskam.com – Katedral Medan- Pandemi COVID-19 masih mengisahkan kewaspadaan dan pencegahan akan bahaya meluasnya penularan virus mematikan tersebut. Dunia sedang berjaga, tak terkecuali Gereja Katolik. Bahkan di saat Gereja harus hidup dan mewujudkan karyanya pada masa Pekan Suci pun pendemi ini masih berlanjut. Pemberlakuan social distancing sesuai arahan pemerintah dengan menghindari dan meniadakan kerumuman menjadi sikap konkrit Gereja untuk memutus mata rantai penularan COVID-19. Umat hanya mampu terdiam seraya haru dan pilu merayakan iman secara online, menerima keputusan Uskup Agung KAM untuk tidak mengadakan Misa, pertemuan-pertemuan atau kegiatan apapun yang mengumpulkan khalayak ramai demi kebaikan bersama.
Jumat Agung tahun ini yang merupakan peringatan akan sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib yang terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Terasa sepi dan semaraknya pun seolah lenyap. Hanya keharuan dan kerinduan umat yang membara karena tidak bisa hadir dan mengikuti langsung perayaan demi perayaan dalam lingkaran Pekan Suci. Namun Gereja tetap menampilkan wajahnya, menayangkan Ibadah Jumat Agung yang dipimpin oleh Mgr.Kornelius Sipayung secara khikmad dengan metode online dan streaming melalui fan page KOMSOS KAM dan Youtube KOMSOS KAM, serta Radio Maria 104,2 FM,maupun Radio Karina 98,0 FM.
Umat diajak untuk tetap menghayati dan mengimani kisah sengsara Yesus disalibkan sampai wafatNya di kayu salib. Mendengar kisah sengsara, sepintas kita menangkap pesan akan berita dukacita atau kisah sedih. Dalam kisah ini Sang Juru Selamat, utusan Ilahi yang menampakkan wajah Allah yang berbelas kasih, tokoh yang baik dan peduli akan nasib manusia, yang memperhatikan dan menyembuhkan orang sakit, yang mengajar dengan otoritas, akhirnya harus mati secara terhina karena persekongkolan para elit agama. Yesus ditangkap, dituduh sebagai penista agama dan penghujat Allah, disiksa dan didera, dihina bahkan dibunuh.
“Kita mengenal Injil sebagai kabar sukacita, bukan kabar dukacita atau berita sedih. Yang disampaikan kepada kita lewat kisah sengsara Yesus dari Injil adalah berita sukacita. Bagaimana kisah sengsara bisa menjadi berita sukacita?” demikian disampaikan Mgr.Kornelius dalam hantaran khotbahnya.
Lebih lanjut Mgr.Kornel menyampaikan, “Penderitaan dan salib yang digambarkan dalam kisah sengsara Yesus mau menunjukkan kepada dunia bahwa dari antara manusia masih ada tokoh yang patuh kepada Allah, taat secara penuh kepada kehendak Bapa hingga rela mati. Hari ini kita mengenang seorang manusia yang karena ketaatan dan kepatuhanNya kepada Allah rela mati dan sesungguhnya dosa kitalah yang ditanggungNya. Dia membasuh kaki kita dengan darah dan kematianNya agar kita menjadi layak dan diperdamaikan dengan Allah. Dosa yang membuat kita sengsara telah ditebusNya, rahmat keselamatan ditawarkan dan pintu surga pun dibukakan karena satu orang yang rela mati karena ketaatanNya kepada Allah.”
“Kita boleh berharap bahwa kesaksian yang diperbuat Yesus akan diterima oleh Allah dan kebangkitan Yesus menjadi kesaksian Allah bagi manusia. Ini menjadi penegasan bahwa harapan manusia terpenuhi. Bukankah ini kabar sukacita? Kabar sukacita yang memberi harapan yang menyelamatkan. Inilah kebesaran Sang Utusan Ilahi, Sang Juru Selamat yang selama Pekan Suci ini dirayakan dengan sukacita. Jika Allah dalam diri Yesus Kristus rela mati di kayu salib, membasuh dan membersihkan kita dari dosa-dosa, maka marilah kita juga rela berkorban bagi kebaikan dunia ini, walaupun dengan hal-hal yang kecil. Pengorbanan kita akan sangat berharga dan mampu menyucikan banyak orang dari dosa-dosanya” ajak Mgr.Kornel mengakhiri khotbahnya.
Selama pandemi COVID-19 masih berlangsung, KAM akan selalu menyiarkan dan menayangkan Misa Online untuk tetap membekali hidup rohani umat. Meneladani Kristus akan membawa kita pada keselamatan dan sukacita atas pandemi yang sedang berlangsung. (AGM)